Dinas Pariwisata Natuna Sesalkan Pencoretan Bebatuan Pada Kawasan Geosite Geopark

Terbit: oleh -3417 Dilihat
Kepala Bidang Pemasaran Dinas Pariwisata Kabupaten Natuna, Provinsi Kepulauan Riau, Kardiman, SE, MAP, saat diminta keterangan oleh wartawan koranperbatasan.com, di ruang dinasnya, Kamis, 25 April 2024.

NATUNA – Kepala Bidang Pemasaran Dinas Pariwisata Kabupaten Natuna, Provinsi Kepulauan Riau, Kardiman, SE, MAP, menyayangkan tindakan vandalisme atau pengrusakan berupa coretan pada bebatuan dibeberapa kawasan geosite geopark Natuna.

Menurut Kardiman, bebatuan yang berada di kawasan geosite geopark Natuna adalah bagian dilindungi, dan perlu dijaga keasriannya. Tidak boleh dirusak, karena menjadi warisan geopark.

“Kami dari pengelola menyesalkan masyarakat atau pengunjung di objek wisata atau geopark geosite melakukan vandalisme. Kita seharusnya memelihara, menjaga, kenapa harus dirusak. Kalau terjaga dengan baik, jelas anak cucu dapat menikmati,” tegas Kardiman menjawab koranperbatasa.com di ruang dinasnya, Kamis, 24 Oktober 2024.

Kardimanpun pun mengapresiasi protes para pelaku, penggiat wisata, dan pecinta lingkungan kepada masyarakat, atau pengunjung yang melakukan perbuatan vandalisme pada bebatuan dibeberapa kawasan geosite geopark Natuna.

“Kami mengapresisi, bahkan kami berusaha menghapus vandalisme, seperti yang kami lakukan di Bunguran Tengah. Langkah yang kami lakukan sebenarnya sudah cukup. Kami sudah sosialisasikan kepada masyarakat pentingnya geopark, pentingnya menjaga objek wisata. Tapi memang kadang-kadang belum menyentuh hati, sehingga tindakan seperti itu masih dilakukan,” beber Kardiman.

Potret salah satu coretan pada batu dikawasan geosite atau hutan lindung rute pendakian Geosite Geopark Gunung Ranai. (Foto : Cherman).

Kardiman mengakui sejauh ini pihaknya memang belum memberikan sanksi kepada para pelaku pencoretan, pengrusakan bebatuan yang berada dikawasan objek wisata geosite geopark Natuna.

“Kami belum memberikan sanksi. Belum ada penetapan sanksinya, tetapi setidaknya kalau memang kami tau pelakunya, akan kami berikan pemahaman bagaimana sebaiknya sebagai warga Natuna harus ikut menjaga potensi wisata yang ada di Natuna,” ujar Kardiman.

Kardiman memastikan pihaknya telah berupaya semaksimal mungkin mengedukasi, memberikan pemahaman kepada masyarakat, maupun para pengunjung tentang pentingnya menjaga objek wisata dikawasan geosite geopark.

“Termasuk dengan pelajar kita sudah sosialisasi pentingnya geopark. Misalnya program Geopark Goes To School. Kami juga pernah sosialisi dengan 50 Babinsa, karena mereka berada di tengah masyarakat. Kami sampaikan kepada mereka, supaya mereka membantu memberikan pemahaman kepada masyarakat,” ungkap Kardiman.

Lebih jauh Kardiman menjelaskan, adapun beberapa objek wisata yang masuk dalam kawasan geosite geopark dilindungi adalah, Tanjung Datuk, Goa Kamak, Pulau Senoa, Tanjung Senubing, Gunung Ranai, Batu Kasah, Pulau Akar, dan Setanau.

“Geopark itukan taman bumi,  kalau geosite itu situs warisan geologi. Jadi Natuna ditetapkan sebagai geopark nasional karena memiliki tiga unsur. Pertama keragaman geologi, kedua keragaman hayati, ketiga keragaman budaya,” jelas Kardiman.

Sebagai instansi yang bertanggungjawab akan keselamatan objek wisata, Kardiman berharap masyarakat Natuna memiliki kesadaran tinggi untuk tidak melakukan pengrusakan pada bebatuan dikawasan geosite geopark.

“Kepada kelompok sadar wisata dibeberapa tempat wisata, dan para penggiat wisata, mari sama-sama memberikan pemahaman kepada pengunjung yang datang ke objek wisata agar tidak melakukan kegiatan-kegiatan merusak, seperti vandalisme,” harap Kardiman.

Cherman, Pelaku Wisata Natuna saat diminta untuk menjadi narasumber mengisi salah satu siaran radio di RRI Ranai, Kabupaten Natuna.

Sebelumnya, temuan tindakan vandalisme atau pengrusakan berupa coretan di bebatuan pada beberapa geosite membuat pelaku wisata di Natuna, Cherman sempat merasa geram.

“Saya menyayangkan tindakan oknum atau pengunjung objek wisata yang  melakukan perusakan lingkungan dikawasan geosite geopark, terutama berupa coretan di bebatuan, baik menggunakan cat maupun di ukir dengan semen,” ujar Cherman menceritakan sesalnya kepada koranperbatasan.com, Kamis, 24 Oktober 2024.

Menurut Cherman, kawasan tersebut bagian dari kawasan dilindungi dan perlu dijaga keasriannya sebagai warisan geopark, serta objek wisata yang menjadi daya tarik Natuna. Ia menemukan selain Geosite Tanjung Senubing, tulisan dan ukiran di batu juga ditemukannya di lokasi sepajang jalur pendakian Geosite Geopark Gunung Ranai.

Cherman berharap pengrusakan tidak dilakukan lagi karena akan memperparah kondisi kawasan, serta menjadi contoh buruk karena menjadi kesan negatif bagi para wisatawan domestik maupun mancanegara setelah melihatnya.

“Yang lebih kita khawatirkan status Natuna Geopark Nasional terancam di cabut hanya gara-gara hal seperti ini,” tegasnya.

Cherman mengaku telah melaporkan temuannya kepada Badan Pengelola Geopark Natuna dan Dinas Pariwisata. Ia berharap laporannya segera ditindaklanjuti, dan pelaku dapat segera ditemukan, serta diberikan teguran supaya tidak mengulangi perbuatan tersebut dikemudian hari. (KP).


Laporan : Cherman


Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *