NATUNA (KP) – Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Natuna Provinsi Kepri melalui Kabid Pengelolaan Sampah Limbah B3 dan Peningkatan Kapasitas, Afriyudi membenarkan adanya edukasi dalam hal pengurangan sampah melalui Forum Anak Peduli Sampah.
Kata Afriyudi, upaya Kadis DLH yang hadir sebagai narasumber dalam rangkaian acara Forum Anak Peduli Sampah beberapa waktu lalu berharap mampu melahirkan pemahaman terhadap sesama anak-anak untuk menjadi duta sekaligus tauladan bagi anak-anak lainnya dalam hal penanganan sampah.

“Bicara lingkungan memang saat ini kita fokus kepenanganan sampah, program-program ini harus kita edukasikan dalam hal pengurangan sampah,” kata Afriyudi kepada koranperbatasan.com di ruang dinasnya, Jum’at 21 Mei 2021.
Kedepannya lanjut Afriyudi, Forum Anak Peduli Sampah kemungkinan akan diberikan edukasi untuk bisa menjadi duta DLH dalam memberikan pemahaman kepada masyarakat luas terhadap penanganan sampah di Natuna.
Upaya tersebut mendapat apresiasi dari Pelaksana Harian (Plh) Bupati Kabupaten Natuna, Hendra Kusuma. Menurut Hendra Kusuma program tersebut sebagai salah satu upaya pemberdayaan lembaga dan usaha menuju Natuna bersih dan bebas sampah.

“Hal positif semacam itu tentunya harus kita dukung karena ini merupakan salah satu upaya menuju Natuna bersih dan terbebas dari sampah,” ujarnya kepada koranperbatasan.com melalui telepon gengam, Sabtu, 22 Mei 2021.
Dalam hal ini, Hendra Kusuma sempat berseloroh melalui baitan pepatah “bisa karena terbiasa” dimana pepatah tersebut bisa saja menjadi gambaran para guru maupun orangtua menuntut anak-anak untuk senantiasa membuang sampah pada tempatnya.
“Membuang sampah, merapikan mainan, atau mencuci tangan menjadi sejumlah sikap yang bisa dilakukan spontan oleh anak bila ia telah dibiasakan untuk hidup bersih sedari kecil,” pungkasnya.
Pembiasaan ini lanjut Hendra Kusuma perlu diterapkan di mana saja, terutama di sekolah sebagai “rumah kedua” bagi anak termasuk melalui Forum Anak Peduli Sampah.
“Kalau di rumah, anak dapat lebih mudah dilatih untuk hidup bersih karena pengawasan orang tua maupun pengasuh hanya tertuju pada anak. Sedangkan di sekolah, guru perlu memiliki strategi agar kebiasaan hidup bersih dapat dilakukan oleh anak walau tanpa diawasi,” tutupnya. (KP).
Laporan : Sandi – Hamzah