NATUNA – Kepala Sekolah (Kepsek) Sekolah Luar Biasa (SLB) Negeri Natuna, Raja Ipulidarni, S.Pd, M.Pd, memastikan SLB Negeri Natuna satu-satunya sekolah berkebutuhan khusus yang ada di Kabupaten Natuna Provinsi Kepulauan Riau. Keberadaanya sangat membantu bagi anak-anak penyandang disabilitas khususnya di Pulau Bunguran Besar.
Raja Ipulidarni menyayangkan keberadaan sekolah tersebut belum mampu menjangkau anak-anak disabilitas yang berada diluar Pulau Bunguran Besar untuk mendapatkan pendidikan. Hal itu dikarenakan sarana prasarana untuk menjangkau pulau-pulau yang dimiliki SLB Negeri Natuna terbatas.
“Kita satu-satunya sekolah berkebutuhan khusus di Natuna. Keberadaan kita sangat membantu anak-anak disabilitas yang ada di Ranai atau Pulau Bunguran Besar. Untuk diluar Pulau Bunguran maaf lahir batin, kami tidak mampu mengcover karena jarak mereka terlalu jauh. Tahun pertama ada dua orang dari Serasan, orang tuanya sampai pindah sini agar anaknya bisa sekolah. Alhamdulillah satu orang sudah lulus tinggal satu lagi masih ada, dan orang tuanya juga ada disini,” ungkap Raja Ipulidarni kepada koranperbatasan.com di ruang kerjanya, Jum’at, 06 September 2024.
Menurut Raja Ipulidarni, selain sarana prasarana untuk menjangkau antar pulau, juga dikarenakan minimnya tenaga pengajar yang memiliki kemampuan sebagai pengajar anak-anak berkebutuhan khusus. Sebab focus utama pendidikan di SLB Negeri Natuna adalah melatih kemandirian dan memberikan pelayanan kepada siswa berkebutuhan khusus.
“Sebetulnya guru SLB ini kurang, baru ada tiga orang. Guru-guru yang lain itu bukan guru yang basicnya SLB. Awalnya mereka kesulitan karena tidak pernah ketemu anak-anak model kayak gini, cuma mereka mau belajar, tidak ada masalah. Jadi memang kita masih kekurangan guru berbasic SLB,” ujar Raja Ipulidarni.
Raja Ipulidarni mengaku sempat berpikir keras bagaimana agar semua anak-anak disabilitas yang ada di Natuna dapat mengenyam pendidikan di SLB Negeri Natuna. Sebab sekolah yang dipimpinnya dapat membantu meringankan beban orang tua dalam mendidik anak-anak disabilitas. Selain itu SLB Negeri Natuna juga memberikan pelayanan secara gratis.
“Sekarang orang tuanya masih ada, bisa ngurus atau mampu bayar orang untuk ngurus dia (anak disabilitas-red). Coba nanti kalau orang tuanya sudah tidak ada, siapa mau ngurus dia, jadi kita focus disitu. Kemudian pelayanan disini siswa nomor satu, apapun yang terjadi pokoknya layanan terhadap siswa harus diutamakan, dan disini semuanya gratis. Tidak ada SPP, dapat baju, jemputan walaupun terbatas tapi gratis,” kata Raja Ipulidarni.
Kata Raja Ipulidarni keberadaan SLB Negeri Natuna melayani anak-anak peserta didik berkebutuhan khusus seperti tunanetra, tunarungu, tunadaksa, autis, dan down syndrome. Khusus di SLB Negeri Natuna, jumlah tunanetra terbilang sedikit, peserta didik paling banyak adalah down syndrome, dan autis.
“Semua ada termasuk tunanetra, tunarungu, tunadaksa, autis, dan down syndrome ada semua. Tunanetra paling sedikit dari awal cuma ada tiga, sekarang sudah lulus dua, terus ikut orang tuanya pulang pindah bertugas ke Medan, tinggal satu orang. Paling banyak di daerah kita ini down syndrome dengan autis,” terangnya.
Raja Ipulidarni menerangkan metode yang mereka gunakan dalam proses belajar mengajar adalah implementasi kurikulum merdeka. Implementasi dari kurikulum merdeka tersebut menekankan kepada apa yang menjadi kebutuhan anak-anak. Dalam mendidik, para guru SLB Negeri Natuna memfokuskan dirinya pada kemandirian, dan kebutuhan anak-anak didik, metode ini disebut pelayanan dengan hati.
“Setiap kelas tidak sama kebutuhannya, kurikulum merdeka bagi yang lain baru, tapi bagi kami tidak. Kami mengajar sesuai dengan apa yang dibutuhkan, kalau kami melihat kebutuhan anak adalah kemandirian, maka kemandirianya kami asah. Kita mengasah apa yang mereka butuhkan, kalau butuh intelektual atau keterampilan maka itu yang kita asah. Saya selalu membahas ambil gampangnya saja, metode pelayanan dengan hati,” terang Raja Ipulidarni.
Lebih jauh Raja Ipulidarni menjelaskan SLB Negeri Natuna melayani semua jenjang pendidikan mulai dari SD, SMP, hingga SMA. Dalam perjalananya SLB Negeri Natuna perlahan mulai dikenal. Meski berada dibawah naungan Pemerintah Provinsi Kepri, kehadiran SLB Negeri Natuna juga sudah mulai mendapat perhatian dari Pemerintah Daerah Natuna.
“Ada semua jenjang, SD, SMP, SMA, namanya SLB Negeri Natuna Satu Atap, berada dibawah naungan pemerintah provinsi. Semua pengelolaan kita lewat provinsi. Tapi sekarang Pemda juga sudah welcome dengan kita untuk segala kegiatan, terutama berkaitan dengan pemberdayaan perempuan dan anak selalu dilibatkan,” jelas Raja Ipulidarni.
Sebelum mengakhiri Raja Ipulidarni berharap kepada masyarakat Natuna yang anaknya menyandang disabilitas atau berkebutuhan khusus untuk mau menyekolahkan anak-anaknya ke SLB Negeri Natuna. Harapan tersebut disampaikannya mengingat setiap anak memiliki hak untuk memperoleh pendidikan.
“Di Natuna masih banyak anak-anak yang berkebutuhan khusus, datanya kami dapatkan dari dinas sosial. Ayolah anaknya disekolahkan disini, walaupun kekurangan guru tapi masih bisa kami handle. Sekolah ini sudah ada di kampung halaman kita, semuanya gratis, ayo sekolahkan anak-anak yang memang punya hak untuk bersekolah. Kami juga berharap Pemda Natuna sering-seringlah libatkan SLB dalam kegiatanya,” tutup Raja Ipulidarni. (KP).
Laporan : Dhitto