Setiap kebijakan ekonomi makro yang diumumkan dari ruang rapat pemerintah, sejatinya adalah keputusan yang menciptakan gelombang hingga ke ruang makan rumah tangga. Ketika anggaran negara ditekan atas nama efisiensi yang pertama kali merasakannya bukan para elite, melainkan rakyat biasa yang terpaksa mengencangkan ikat pinggang.
KEBIJAKAN makro sering dipresentasikan dengan grafik, indikator, dan statistik. Namun, kehidupan rakyat tidak berjalan di atas data, melainkan pada harga bahan pokok, biaya sekolah, dan isi dapur harian.
Ketika pemerintah pusat memangkas anggaran dengan dalih penghematan, realita yang muncul justru semakin memperlebar kesenjangan antara narasi ekonomi dan kehidupan nyata.
Pemotongan anggaran sosial dan subsidi berdampak langsung pada rakyat. Bantuan yang telat, pelayanan publik yang kian memburuk, serta daya beli yang terus melemah adalah bentuk nyata dari dampak mikro yang luput dari perhatian pembuat kebijakan. Rakyat dipaksa bertahan di tengah ketidakpastian, sementara jargon efisiensi terus digulirkan tanpa refleksi sosial.