Ketika pemerintah pusat menggencarkan program efisiensi anggaran sebagai bagian dari penyesuaian fiskal, narasi yang terdengar adalah tentang perbaikan tata kelola dan pengendalian belanja negara. Namun bagi jutaan rumah tangga rentan istilah “efisiensi” justru berarti satu hal yang berbeda, makin sempitnya ruang bertahan dalam mengelola kehidupan sehari-hari.
DALAM PENDEKATAN kebijakan makroekonomi, efisiensi anggaran kerap diposisikan sebagai langkah rasional untuk menstabilkan fiskal, sayangnya pendekatan itu sering kali tak memerhitungkan efek domino di tingkat mikro.
Pemotongan anggaran untuk sektor-sektor vital seperti subsidi pangan, jaminan kesehatan, atau bantuan sosial bukan hanya penghematan administratif, melainkan penarikan dukungan langsung dari lapisan masyarakat yang paling membutuhkan.
Bagi rumah tangga berpendapatan rendah, setiap rupiah memiliki peran penting dalam arsitektur pengeluaran bulanan. Ketika harga kebutuhan pokok terus naik tanpa diimbangi kompensasi sosial yang memadai, terjadilah apa yang disebut sebagai household financial strain atau tekanan ekonomi yang memaksa keluarga untuk menunda konsumsi, mengorbankan kualitas gizi, hingga menjual aset dasar untuk bertahan hidup.