Ketika harga kebutuhan pokok terus naik dan subsidi makin menghilang, rakyat kecil tak butuh janji baru, mereka butuh negara yang hadir nyata. Sayangnya, dalam hiruk-pikuk angka pertumbuhan dan narasi pemulihan, kehadiran itu terasa makin jauh dari dapur-dapur rakyat.
PEREKONOMIAN nasional boleh jadi tumbuh menurut angka, tapi denyut kehidupan rakyat kecil tak bisa dibaca dari data. Ketika harga kebutuhan pokok naik pelan tapi pasti, sementara penghasilan tetap stagnan, masyarakat hanya bisa bertanya di mana negara saat rakyat kesulitan menahan tekanan hidup?
Masalahnya bukan semata inflasi atau pengurangan subsidi. Masalah utamanya adalah absennya negara dalam bentuk perlindungan yang nyata. Rakyat kecil tak butuh banyak teori ekonomi, mereka hanya butuh harga beras yang tak melonjak, transportasi yang tetap terjangkau, dan jaring pengaman sosial yang benar-benar bekerja.
Sayangnya, yang sering mereka dapat justru sebaliknya. Ketika subsidi BBM dikurangi, rakyat yang paling terpukul. Ketika listrik disesuaikan, mereka yang pas-pasan jadi korban. Ketika bantuan sosial dikaji ulang, pencairannya makin lambat dan tak semua menjangkau yang berhak.