Efisiensi anggaran kerap dipuja sebagai simbol tata kelola fiskal yang bijak, tetapi di balik jargon tersebut tersembunyi kenyataan pahit yang harus ditanggung rakyat kecil. Ketika penghematan terjadi di atas, tekanan justru terasa di bawah.
PEMANGKASAN belanja negara atas nama efisiensi sering kali tidak memperhitungkan efek berantai yang ditimbulkan terhadap struktur ekonomi mikro. Sektor informal, usaha mikro kecil dan menengah (UMKM), serta rumah tangga berpendapatan rendah merupakan pihak yang pertama kali terkena imbas dari kebijakan tersebut.
Pemerintah memang perlu menjaga defisit dan neraca anggaran negara tetap stabil, terutama dalam situasi global yang tidak menentu. Namun, realitas menunjukkan bahwa setiap pengurangan alokasi belanja publik berimplikasi langsung pada konsumsi domestik, lapangan kerja informal, dan sirkulasi uang di level akar rumput. Di sinilah efek domino kebijakan fiskal mulai terasa nyata.
Misalnya, pemangkasan anggaran infrastruktur atau kegiatan sosial akan mengurangi perputaran uang di daerah. Padahal, sektor informal di sekitar proyek pembangunan sangat tergantung pada belanja negara. Ketika proyek dihentikan atau dipangkas, bukan hanya kontraktor yang kehilangan kerja, tetapi juga pedagang kaki lima, penyedia jasa transportasi, hingga buruh harian yang ikut terdampak.