Di tengah narasi efisiensi fiskal yang digaungkan pemerintah pusat, masyarakat lapisan bawah justru bergelut dengan kenyataan yang kian pahit, anggaran negara mengecil tetapi harga kebutuhan terus melambung dan perlindungan sosial menyusut drastis. Ini bukan sekadar isu teknokratis, melainkan dilema eksistensial bagi jutaan rumah tangga Indonesia.
EFISIENSI anggaran adalah istilah yang lazim digunakan dalam ranah kebijakan fiskal, khususnya saat negara mengalami tekanan terhadap pendapatan atau ketika prioritas belanja harus diubah secara strategis.
Namun, ketika penghematan itu menyasar belanja sosial, subsidi energi, atau program bantuan langsung, maka yang terkena langsung adalah warga biasa yang mengandalkan kebijakan negara untuk bertahan hidup.
Banyak kepala keluarga kini dipaksa menyusun ulang rencana keuangan dengan pendekatan darurat. Ketiadaan jaring pengaman fiskal membuat mereka bergantung pada pendapatan harian yang tidak stabil. Literasi finansial yang minim menambah kompleksitas situasi. Dalam kerangka ekonomi rumah tangga, kondisi ini disebut sebagai defisit struktural, yakni ketika pengeluaran rutin melampaui pendapatan tetap dan tak ada lagi ruang untuk menyisihkan tabungan.