Menakar Efek Pemangkasan Anggaran Terhadap Daya Beli Rumah Tangga

oleh -410 Dilihat
Ilustrasi struk belanja dengan nominal tinggi dan uang receh yang tersisa, simbol merosotnya daya beli rumah tangga akibat tekanan ekonomi.

Di balik klaim efisiensi anggaran yang disuarakan para pembuat kebijakan, ada denyut ekonomi keluarga kecil yang mulai melemah. Pemangkasan anggaran mungkin terlihat rapi di atas kertas, namun efeknya menjalar ke meja makan, lemari belanja, hingga buku tabungan keluarga.

 

PEMANGKASAN anggaran negara seringkali diartikan sebagai strategi korektif untuk menjaga defisit fiskal tetap terkendali. Namun, pemotongan ini kerap menyasar sektor-sektor yang justru bersentuhan langsung dengan kebutuhan dasar masyarakat, seperti subsidi energi, bantuan sosial, dan program perlindungan kesejahteraan.

Secara teori, pengurangan belanja negara harus disertai dengan peningkatan efisiensi distribusi, namun dalam praktiknya yang terjadi justru ketimpangan. Rumah tangga kelas menengah ke bawah yang pendapatannya tidak bertumbuh dalam beberapa tahun terakhir kini menghadapi harga kebutuhan pokok yang tak terkendali. Fenomena ini memperlebar jurang antara pendapatan riil dan pengeluaran harian, menyebabkan daya beli keluarga mengalami kontraksi.

Daya beli rumah tangga adalah indikator penting dalam menjaga stabilitas ekonomi domestik. Saat konsumsi rumah tangga menurun, pertumbuhan ekonomi pun terdampak. Dalam struktur Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia, konsumsi rumah tangga menyumbang lebih dari 50 persen. Artinya, jika rumah tangga mulai menahan belanja karena anggaran menipis, maka perlambatan ekonomi menjadi konsekuensi logis.

Tentang Penulis: Penerbit

Pers Pilar Demokrasi Penjaga Kedaulatan Perbatasan Setia Mengawal dan Membangun Ekonomi Lokal Menyemai Harapan di Tapal Batas Negeri Dengan Karya Jurnalistik.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *