NATUNA – Wakil Kepala Sekolah Bidang Urusan Kurikulum SMP Negeri 1 Bunguran Timur, Kabupaten Natuna Provinsi Kepulauan Riau, Bumiselan, S.Pd, mengatakan pentingnya pendidikan berbasis karakter bagi sekolah menengah. Hal tersebut berdasarkan pangaturan kurikulum 2013 dan kurikulum merdeka.
Kata Bumiselan, SMP Negeri 1 Bunguran Timur sudah menerapkan hal tersebut dengan meningkatkan sikap spiritual agama dan norma sosial siswa melalui kegiatan kerohanian yang dilaksanakan setiap hari Jum’at. Kegiatan tidak hanya diterapkan kepada siswa-siswi beragama islam saja.
“Bagi yang muslim ada pembiasaan sholat zuhur berjamaah setiap hari. Bagi yang kristen, katolik, buddha, dan konghuchu kegiatannya di tempat berbeda dan hal itu berjalan secara terus-menerus,” kata Bumiselan kepada koranperbatsan.com di ruang kerjanya Kamis, 16 Januari 2025.
Menurutnya selain bimbingan kerohanian diterapkan juga kegiatan ekstra kurikuler mendorong keaktipan dan kreativitasan siswa seperti sepak bola, takraw, basket, voli, dan tenis meja untuk bidang olahraga. Sedangkan bidang seni diantaranya seni tari, paduan suara, english conversation dan seni baca Al-Quran.
Selain itu ada juga penerapan pembinaan dan pelatihan peningkatan kemampuan para guru dalam proses belajar mengajar. Pendidikan karakter dalam kurikulum 2013 sebenarnya sudah berjalan dengan adanya kegiatan literasi pagi ditambah kurikulum merdeka dimana karakter siswa dibangun atas dasar profil pelajar pancasila.
“Implementasinya kita lakukan kegiatan-kegiatan bersifat membangun karakter nasionalisme maupun karakter agamanya,” ungkap Bumiselan.
Bumiselan menjelaskan, proses pembelajaran yang dulunya dengan pendekatan saintifik sekarang lebih kepada pendekatan belajar berdiferensiasi dimana dalam prakteknya guru akan menghadirkan materi dan aktivitas disesuaikan dengan tingkat pemahaman dan gaya belajar masing-masing siswa.
“Siswa yang kesulitan dalam belajar dan memahami biasanya ada pembimbingan. Bimbingan itu tidak langsung dari gurunya saja, ada juga namanya bimbingan teman sejawat atau siswa memimbing siswa,” jelas Bumiselan.
Menurutnya program-program yang diterapkan sangat efektif dalam peningkatan proses belajar siswa karena siswa yang membutuhkan penjelasan lebih lanjut bisa bebas bertanya baik kepada guru maupun sesama siswa. Metode tersebut lebih fleksibel tidak hanya terpaku pada saat jam pembelajaran.
Terkait permasalahan sosial di sekolah yang berujung pada tindakan negatif, Bumiselan menilai perilaku bullying berbentuk verbal seperti siswa saling bercanda mengejek berebihan hingga membawa nama orang tua banyak terjadi dikalangan siswa.
Pihaknya menindak tegas setiap siswa yang melakukan hal tersebut dan akan ditangani oleh Guru Bimbingan Konseling (BK), jika permasalahan sudah sangat berat maka akan ditindaklanjuti oleh tim disiplin dan memanggil orang tua siswa untuk dilakukan mediasi.
“Kalau bullying bentuknya perundungan dengan pemaksaan belum pernah kita terima laporannya. Kasus yang sering terjadi itu bukan di sekolah tetapi diluar sekolah. Kita juga tidak pernah melapor sampai ke Dinas Pelindungan Anak dan Perempuan kecuali memang kasus itu diluar sudah besar. Pastinya kita lakukan pemanggilan orang tua. Kita tidak mau hanya selesai di sekolah dan ternyata di luar tidak selesai. Apapun alasannya orang tua tidak bisa menerima kalau anaknya di bully,” ungkap Bumiselan.
Bumiselan berharap orang tua siswa dan pihak sekolah saling membantu mengatasi permasalahan negatif dilingkungan sosial pada era digitalisasi. Seperti memberikan contoh positif kepada anaknya saat bermain hp.
“Batasi anak-anak terhadap media sosial karena ini ibarat dua mata pisau, dia bisa tajam untuk kebaikan atau tajam untuk kejelekan. Tergantung bagaimana dia bermain gadget jadi harus kita perhatikan. Ibarat kata kalau dalam hadist nabi anak itu lahir seperti kertas putih, kitalah orang tua mau jadikan dia apa tinggal nulis aja. Kalau mau jadi baik kita arahkan kekebaikan, kalau mau jadi jelek kita arahkan kekejelekan,” pungkasnya.
Sebagai Wakil Kepala Sekolah Bidang Urusan Kurikulum SMP Negeri 1 Bunguran Timur, Bumiselan juga berharap adanya penerapan kebijakan oleh pihak berwenang terhadap Peraturan Bupati (Perbup).
“Harapan kepada pemerintah Perbup tentang larangan siswa keluar malam harus dijalankan. Terutama pada jam-jam istirahat kadang mereka kumpul di belakang sekolah ada anak SMA, SMK, MTS tujuannya merokok. Kalau Satpol-PP melakukan razia pasti banyak tempat mangkal mereka, seperti di Masjid Agung, Batu Sindu, dan lintasan motocross dekat kuburan covid,” beber Bumiselan. (KP).
Laporan : Dhitto