Dampak Plastik Terhadap Biota Laut

Terbit: oleh -45 Dilihat
Anggi Ayuni Mahasiswa Teknologi Hasil Perikanan Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Universitas Maritim Raja Ali Haji

Kawasan pesisir dan laut merupakan lingkungan perairan yang mudah terpengaruh dengan adanya buangan limbah dari darat. Bahan pencemar yang berasal dari berbagai kegiatan industri, pertanian, rumah tangga di daratan akhirnya menimbulkan dampak negatif bukan saja pada sungai, tetapi juga pesisir dan lautan. Dampak yang terjadi antara lain kerusakan ekosistem mangrove, padang lamun, terumbu karang, kehidupan dari jenis-jenis biota laut yang hidup di dalamnya, dan abrasi (UNEP, 2011). Salah satu bahan pencemar yang berdampak negatif pada biota laut adalah pembuangan sampah plastik.

Plastik merupakan jenis makromolekul yang dibentuk dengan proses polimerisasi, yaitu proses penggabungan beberapa molekul sederhana (monomer), melalui proses kimia menjadi molekul besar (makromolekul atau polimer). Untuk membuat plastik, salah satu bahan baku yang sering digunakan adalah naphta, yaitu bahan yang dihasil- kan dari penyulingan minyak bumi atau gas alam (PlasticsEurope, 2013).

Pencemaran laut adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan komponen lain ke dalam lingkungan laut oleh kegiatan manusia, sehingga kuantitasnya turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan laut tidak sesuai lagi dengan baku mutu dan fungsinya (PP-RI 19/1999). Bahan pencemar termasuk partikel kimia, limbah industri, limbah pertanian dan perumahan, yang masuk ke dalam laut memiliki dampak yang bermacam-macam. Sampah plastik yang dibuang, terapung dan akan terendap di lautan. Massa plastik di lautan diperkirakan menumpuk hingga seratus juta metrik ton. Kondisi ini sangat berpengaruh buruk, dan sangat sulit terurai oleh bakteri. Sumber sampah plastik di laut juga berasal dari jaring ikan yang sengaja dibuang atau tertinggal di dasar laut.

Dampak langsung sampah plastik pada biota (plastic-pollution.org).

Menurut NOAA (2003), sampah laut ialah benda padat yang kuat dan tahan lama, diproduksi atau diproses oleh manusia, secara langsung atau tidak langsung, sengaja atau tidak sengaja, dibuang atau ditinggalkan di dalam lingkungan laut. Tipe sampah laut di antaranya plastik, kain, busa, styrofoam, kaca, keramik, logam, kertas, karet, dan kayu. Sampah plastik merupakan salah satu jenis plastik yang mencemari laut. Penggunaan plastik dalam berbagai kegiatan manusia menyebabkan produksi plastik semakin meningkat. Produksi global polimer organik sintetik, yang disebut “plastic” telah meningkat dari sekitar 0,5 juta ton per tahun pada tahun 1950 sampai dengan 288 juta ton pada tahun 2012. Sekitar 10% dari seluruh plastik, menjadi sampah di lautan dunia melalui pembuangan yang disengaja dan penanganan yang tidak tepat .

Konsumsi berlebih terhadap plastik, mengakibatkan jumlah sampah plastik yang besar. Plastik sintesis merupakan 90% dari total produksi dunia. Plastik sintesis bukan berasal dari senyawa biologis, dan memiliki sifat yang sulit terdegradasi. Plastik diperkirakan membutuhkan waktu 100 sampai 500 tahun, hingga dapat terdekomposisi dengan sempurna. Plastik merupakan tipe sampah laut yang dominan. Polusi plastik telah ditemukan dalam habitat laut dari kutub ke khatulistiwa dan dari garis pantai ke laut dalam.

Sampah plastik dapat memiliki dampak ekologi dan ekonomi yang luas di perairan tawar dan lingkungan laut. Dampak negatif langsung dari perkem-bangan jumlah plastik yang sangat banyak pada organisme laut, seperti terjerat oleh plastik dan membuat penyumbatan pada saluran pencernaan (Gregory, 2009). Sekitar 370 spesies hewan laut telah ditemukan terjerat dalam atau telah menelan sampah laut di seluruh dunia (CBD, 2012; Galgani et al., 2013).

Tujuh spesies penyu laut, 14 spesies cetacean, 20 spesies anjing laut, dan 56 spesies burung laut ditemukan terjerat dan mengkonsumsi plastik dalam jumlah besar dan mengakumulasi bahan kimia yang menempel di plastik (Katsanevakis, 2008, Tanaka et al., 2013; Acampora et al., 2014).

Sampah plastik ukuran besar, megaplastik dan makroplastik, menimbulkan resiko kesehatan secara langsung bagi hewan air, termasuk ikan, penyu, burung, serta penyu laut, karena salah konsumsi (Boerger et al., 2010). Konsumsi plastik oleh hewan air dapat menyebabkan pendarahan internal dan bisul, serta penyumbatan pada saluran pencernaan (Wright et al., 2013). Efek negatif dari plastik juga dapat memberi- kan dampak lain seperti terikatnya invertebrata bentik, burung, ikan, mamalia dan penyu oleh kabel plastik dan jaring. (KP).


Penulis : Anggi Ayuni
Mahasiswa Teknologi Hasil Perikanan Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Universitas Maritim Raja Ali Haji


Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *