Penanggulangan Bencana Urusan Bersama Dari Natuna Selamatkan Indonesia

Terbit: oleh -47 Dilihat
Kepala-BNPB-RI-Letnan-Jendral-TNI-Doni-Monardo

JAKARTA (KP),- Sembilan wartawan, tiga penggiat sosial media di perbatasan dan satu utusan dari Bakesbangpol Kabupaten Natuna, bersama dua perwakilan Natuna Institute, Senin 24 Februari 2020 kemarin bergerak seirama dari Bandar Udara Raden Sadjad Ranai terbang ke Bandar Udara Hang Nadim Batam menuju Bandar Udara Sukarno Hatta.

Mereka terbang menggunakan “burung besi” bernama Sriwijaya Air menembus awan diketinggian jelajah 12.500 kaki diatas permukaan laut, menghadiri undangan resmi Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) RI di Jakarta. Usai menurunkan beberapa penumpangnya di Bandar Udara Hang Nadim Batam, “burung besi” itu kemudian melanjutkan perjalannya menuju Bandar Udara Sukarno Hatta.

Mendarat di Bandar Udara Sukarno Hatta saat jarum pendek tepat pada angka 5 dan jarum panjang mengarah lurus ke angka 12 pada sebuah arloji bundar di tembok ruang tunggu bandara. Saat itu, hari belum seberapa gelap, mereka bergegas mencari tempat duduk melepas lelah, kemudian menghisap berbatang-batang rokok.

“Selamat sore pak,” sahut lelaki berbaju putih, menyapa satu persatu rombongan. “Saya Hafiz, Protokoler BNPB,” katanya tersenyum. Terlihat tidak sendiri, saat itu Hafiz bersama rekannya Andi. “Kami dari BNPB menjemput bapak ibu,” kata Hafiz, meminta rombongan membawa barang-barangnya menuju angkutan panjang warna biru bertuliskan Badan Nasional Penanggulangan Bencana yang sudah lama menunggu.

Sebelumnya, Hafiz sempat mendata satu-persatu nama rombongan. Kemudian membagikan beberapa buah kunci bertuliskan Photel. “Ini kunci, silakan di ambil, bisa berdua, satu kamar. Tolong isi data ini, untuk memisahkan yang merokok,” pungkas Hafiz tersenyum. Usai mendata rombongan, Hafiz kemudian memandu menuju Bus BNPB.

Saat itu, banyak mengira Bus BNPB bergerak kencang mengantar rombongan menyantap hidangan. Maklum sudah tiga bandara berhasil dilewati, belum sempat menyentuh nasi. “Kita kemana?,” tanya Anizar, Kabiro deltakepri.com saat pintu Bus terbuka. “Kita mampir ngecek Kantor Lembaga Kajian Strategis Natuna Institute dan LBH Natuna sebentar,” jawab Agung Tri Prawira, untusan dari Bakesbangpol Natuna.

“Lembaga Kajian Strategis Natuna Institute ini didirikan oleh Hermawanto, SH MH, Dwi Purnomo (Cakpur), dan Agung E. Hermawan. Logo Natuna Institute telah didaftarkan hak paten Kemenkumham. Natuna Institute bergerak dibidang kajian ilmiah yang komperhensif oleh sejumlah ahli dibidangnya, maupun LBH Natuna,” terang  Agung E. Hermawan, kepada rombongan saat berada di Moderen Golf Apartemen Yellow Lantai 8 Jalan Hartono Raya Modern Land Kota Tanggerang 15114.

Hari semakin gelap, dari apartemen itu, rombongan kembali manaiki Bus, menuju Rumah Makan Ampera Cabang Kebon Kelapa, tiba sekira pukul 21.10 Wib. Lapar terjawab, haus pun terjawab sudah. “Alhamdulillah luar biasa perjalanan kita hari ini,” pungkas Arifin, Kabiro Koran Rakyat. Usai menikmati berbagai hidangan, rombongan sepakat mengistirahkan diri menuju Photel.

Setelah satu hari berada di ibu kota negara, Selasa 25 Februari 2020, rombongan kembali berkumpul. Usai menikmati kopi panas pagi itu, mereka kemudian bersilaturahmi dengan wakil rakyat, Haripinto Tanuwidjaja, Anggota DPD-RI Dapil Provinsi Kepri.

“Terima kasih sudah datang kesini. Kawan-kawan jangan tegang, santai aja. Aspirasi ini saya terima,” kata Haripinto usai meminta satu persatu rombongan menyampaikan aspirasinya di Ruang Rapat Mulawarman Badan Kehormatan Dewan Perwakilan Daerah.

Beranjak dari rumah penyambung lidah rakyat itu, rombongan kemudian kembali ke Jakarta Timur menuju Graha BNPB yang terletak di Jalan Pramuka, guna mengikuti pelatihan jurnalistik. Pelatihan berlangsung di Lantai 15, dipimpin oleh Rita Rosita S, Kepala Bidang Komunikasi Kebencanaan BNPB. Pelatihan diawali dengan menyaksikan hasil liputan yang dipersembahakan oleh BNPB TV.

“Agenda pertama dalam pelatihan ini, mari kita sama-sama mengikuti apa yang akan disampaikan oleh DR. Ir. Agus Wibowo selaku Kapusdatinkom BNPB,” kata Rita Rosita mengawali acara pelatihan usai berdoa bersama dan memperkenalkan diri satu persatu.

Dalam pemaparannya, Agus Wibowo lebih mengarah pada sejarah terbentuknya BNPB berdasarkan Undang Undang. Menghadapi ancaman bencana tersebut, Pemerintah Indonesia berperan penting dalam membangun sistem penanggulangan bencana di tanah air. Pembentukan lembaga merupakan salah satu bagian dari sistem yang telah berproses dari waktu kewaktu. Lembaga ini telah hadir sejak kemerdekaan dideklarasikan pada tahun 1945,” tutur Agus.

Tak hanya itu, pelatihan tentang cara mengabil gambar yang menarik terkait bencana juga diberikan kepada rombongan. Adek Berry/AFP selaku pemateri fotogarafi menyebutkan yang paling penting dalam hal ini adalah posisi kita saat mengambil gambar. “Kita harus selalu ingat, bahwa kita terlebih dahulu harus berada dalam posisi aman dan selamat,” terang  Adek.

Rombongan yang sekaligus menjadi peserta dalam pelatihan BNPB saat itu, juga mendapat penambahan wawasan komunikasi risiko dan jurnalisme bencana oleh Ahmad Arif, wartawan Harian Kompas.

“Tujuan dari komunikasi risoko adalah publik lebih bersiaga, bisa memproteksi diri dan keluarga sehingga meminimalkan dampak dan kekacauan saat dan setelah bencana (alam maupun sosial). Sebaliknya kegagalan komunikasi risiko selain bisa memicu ketidakpercayaan publik, juga bisa melemahkan kesiapsiagaan, memicu kepanikan, hingga kekacauan sehingga bisa memperdalam bencana,” terang Arif.

Selain Arif, ada Theophilus Yanuarto, Humas BNPB hadir memberikan ilmu terkait bencana. Yanuarto pada kesempatan itu tampil beda, ia lebih banyak memperlihatkan faka dan data ketimbang teori.

“Saya ingin memperlihatkan langsung, mari kita sama-sama tour ke Diorama dan meninjau Pusdalop BNPB yang ada di Lantai 11 dan 12,” ujar Yanuarto diikuti oleh seluruh peserta. Pelatihan kali ini, peserta menyaksikan langsung beragam jenis perlatan, dan dokumentasi hasil liputan bencana serta sejarah terjadinya bencana di Indonesia.

Waktu terus berjalan, tak terasa sudah pukul 17:30 Wib, rombongan kemudian diistirahatkan. “Istirahat dulu, jam 18:30 nanti kawan-kawan kembali ke Lantai 15 lagi ya,” pinta Hafiz, yang senantiasa mendampingi rombongan saat itu. “Jangan telat, sebab ini acara puncak kawan-kawan bersama Kepala BNPB,” katanya tersenyum.

Meski jarak Kantor BNPB dengan Photel tempat rombongan menginap hanya berbatas Jembatan Penyeberangan Orang (JPO) yang umum dikenal, namun tak satupun kembali. “Kita stanbay disini aja lah, jangan kembali ke hotel lagi,” kata Sholeh Arianto, Biro Koran Sindo Batam di Natuna.

Malam itu, Ruang Sutopo Purwo Nugroho Lantai 15 Gedung Graha BNPB tampak mengagumkan. Pintu ruangan terlihat beberapa penjaga cantik tersenyum menyambut tamu undangan. Begitu juga Satpam tampak sibuk memainkan perannya, satu persatu yang hadir terlihat memenuhi ruangan.

Rombongan peserta pelatihan mendapat tempat terdepan. Mereka duduk bersama Kepala BNPB, Letjen TNI, Doni Monardo. Selain Kepala BNPB hadir juga Plt Deputi 3 Penanganan Darurat, Ir. Dody Ruswandi, MSCE. Deputi 4 Rehab Rekon, Ir. Rifai, Deputi 5 Logistik, Ibu Prasinta dan para Tenaga Ahli serta Esselon 2.

Meja lain terlihat beberapa utusan dari kementerian terkait seperti kementerian perikanan. Turut hadir pula beberapa pengusaha yang disebut-sebut telah berhasil mengelola hasil kelautan, rempah-rempah dan pembuatan bahan baku alat kecantikan sampai makanan ringan.

“Jujur saya katakana, pemerintah tidak mungkin melakukan suatu hal yang dapat menimbulkan masaalah baru. Kita tidak ingin menyelesaikan masaalah kemudian menimbulkan masalah. Kita tidak ingin mengatasi bencana alam kemudian menimbulkan bencana sosial. Tujuan dari silaturahmi ini adalah bagaimana kita mengatasi bencana secara bersama, maka dari itu kawan-kawan diberikan pelatihan,” ujar Letnan Jendral TNI, Doni Monardo mengawali sambutannya.

Doni Monardo pada kesempatan itu, mengaku terpanggil untuk dapat memajukan Natuna. “Jadi bagaimana kedepan kita bersama-sama memberikan dorongan agar Natuna bisa lebih maju. Karena Natuna adalah estalase bangsa kita. Karena Natuna berada pada teras terdepan memiliki begitu banyak potensi. Memiliki laut jalur lintasan logistik terpadat di dunia, setiap hari dilalui oleh ratusan bahkan ribuan kapal-kapal yang membawa nilai-nilai perdagangan mencapai miliyaran,” terangnya.

Pertanyaannya lanjut Doni Monardo, apa kira-kira yang bisa kita optimalkan agar Natuna bisa menjadi lebih makmur? “Bicara energi dan mineral pada akhirnya bisa habis. Tambang itu tidak akan pernah abadi. Kedepan kita perlu membangun sebuah ekosistem, pemikiran yang dinamakan kemampuan untuk mengelola SDA berkelanjutan dan tidak menimbulkan dampak pada lingkungan, apa itu? Emas Biru,” sebut Doni, seraya meminta semua yang hadir saat itu menyaksikan sebuah video tentang hasil budidaya perikanan yang disebutnya “Emas Biru”.

Selain budidaya perikanan, Doni Monardo juga berupaya menghidupkan sektor pertanian seperti bantuan bibit pala, gaharu dan cengkeh. “Kita minta dari kelompok, bukan perorangan. Apakah itu Kelompok Desa, RT, RW, bantuan ini akan saya berikan kepada meraka, syaratnya dirawat dengan baik. Urusan panen itu nanti hak mereka, yang penting pohon diberikan di tanam,” pungkas Doni Monardo, meminta Dr. Juliana menceritakan pengalamannya mengelola tanaman lokal di Maluku dan sekarang sudah berhasil mengekspor ke Eropa berupa makanan ringan, untuk disampaikan kepada peserta.

Malam semakin larut, waktu sudah menujukan pukul 22:15 Wib, usai doa bersama, acara silaturahmi pun diakhiri. Sebelum meninggalkan ruangan, sembilan wartawan, tiga penggiat sosial media, dua perwakilan Natuna Institute dan satu utusan dari Bakesbangpol Natuna terlebih dahulu diminta untuk naik ke panggung, guna menerima sertifikat penghargaan “Penanggulangan Bencana Urusan Bersama” dan beberapa bingkisan dari BNPB. (KP).


Laporan : Amran


Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *