NATUNA – Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Daerah Kabupaten Natuna, Provinsi Kepulauan Riau, mengadakan sosialisasi pencegahan pencemaran lingkungan serta pelatihan pengolahan sampah organik dan non organik diikuti sebanyak 25 peserta.
Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Daerah Kabupaten Natuna, Ir. Basri, M.Si melalui Kepala Seksi Deposit, Akuisisi, dan Pengolahan Bahan Perpustakaan, Bonar A. J. Tampubolon, SE menyebutkan kegiatan diadakan sebagai implementasi Transformasi Perpustakaan Berbasis Inklusi Sosial (TPBIS).
“Untuk meningkatkan pemanfaatan, pengetahuan serta keterampilan masyarakat melalui perpustakaan,” sebutnya kepada koranperbatasan.com melalui pesan WhatsApp, Kamis, 28 Oktober 2021.
Kata Bonar, kegiatan tersebut menghadirkan narasumber dari Fungsional Pengendali Dampak Lingkungan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Natuna, Hazriani, S. Pi.
Dalam penyampaiannya, Hazriani mengatakan untuk mengendalikan sampah setiap orang dan keluarga harus memiliki rasa tanggung jawab. Dimulai dengan merubah pola pikir dalam memberlakukan sampah. Bahkan tidak boleh lagi menyebutkan nama sampah, tetapi untuk sampah organik disebut dengan sisa komsumsi dan non organik disebut dengan sisa pakai.
Sebaiknya setiap keluarga berusaha mengurangi penggunaan kantong plastik. Setiap rumah berupaya memisahkan sampah berdasarkan jenisnya organik atau non organik. Selanjutnya sampah dapat dimanfaatkan dengan proses pengolahan yang sederhana.
Misalnya untuk sampah organik atau sisa komsumsi dengan pengolahan sederhana yaitu permentasi dapat menghasilkan Eco Enzyme yang memiliki berbagai manfaat untuk keperluan sehari-hari. Seperti bahan cairan pembersih perabot, penjernih air dan penyubur tanah yang ramah lingkungan.
Untuk sampah non organik atau sisa pakai seperti jenis kantong plastik berukuran besar dapat dimanfaatkan untuk membuat tas yang unik dan modern. Sedangkan jenis kantong plastik berukuran kecil seperti bungkus permen dan lain-lain dapat diolah menjadi Eco Brick (Batu Bata Ramah Lingkungan) hanya dengan menggunakan botol air mineral.
“Kesimpulannya seluruh sampah yang dihasilkan dari rumah dapat dimanfaatkan,” ungkap Bonar.
Diakui Bonar, kegiatan rutin yang diadakan minimal empat kali dalam satu bulan itu masih simulasi. Perpustakaan Daerah Natuna berkeinginan memfasilitasi kegiatan-kegiatan pelibatan masyarakat seperti itu. Hanya saja keterbatasan SDM, sarana dan prasarana serta anggaran masih menjadi kendala.
“Mudah-mudahan kedepan perpustakaan daerah dapat melaksanakan kegiatan seperti ini dengan jadwal yang teratur dan lebih berkualitas. Jika di perpustakaan daerah berhasil, akan direalisasi di perpustakaan desa. Artinya perpustakaan desa juga melaksanakan kegiatan-kegiatan seperti ini, buku dan fasilitas internet yang tersedia dapat dijadikan sebagai referensi,” tuturnya.
Bagi peserta yang mengkuti kegiatan lanjut Bonar, baik dari kalangan pegawai Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Daerah Natuna maupun pengunjung diharapkan mampu menerapkan di lingkungan masing-masing dalam kehidupan sehari-hari.
“Terima kasih kepada para pengunjung hari ini, sudah bersedia mengikuti kegiatan,” tutupnya. (KP).
Laporan : Johan