Natuna, (KP), – Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ) ke IX Tingkat Kabupaten Natuna Provinsi Kepri Tahun 2018 Masehi 1439 Hijriah menuai polemik. Gawai akbar dalam rangka memuliakan kitab suci Al-qur’an yang berlangsung di Kecamatan Bunguran Timur Laut, sejak tanggal 26 – 31 Maret itu, menjadi buah bibir masyarakat Natuna. Kegiatan yang dibuka pada Selasa malam (27/03) oleh Bupati Natuna, Drs. H. Abdul Hamid Rizal, M.Si, tersebut terkesan dikerjakan setengah hati. “ Saya berharap, jangan sampai MTQ ke-X nanti, terjadi seperti MTQ ke-IX ini. Cukuplah kami, saja yang mengalami nasib buruk ini, “ ujar Wan Bujang Hairani, Ketua II LPTQ Kecamatan Bunguran Timur Laut, kepada Koran Perbatasan, Kamis (28/03) disalah satu warung kopi.
Dalam paparannya, lelaki yang juga dipercaya menjabat sebagai Ketua I Panitia Pelaksana Kegiatan di Tingkat Kecamatan Bunguran Timur Laut itu, mengaku kecewa dengan Panitia di Tingkat Kabupaten. “ Saya benar-benar kecewa, tadi malam pengunjung kafilah datang ke astaka duduk di semen. Sedangkan mereka adalah tamu yang kita undang. Kafilah adalah tamu terhormat dalam sejarah MTQ. Saya tanya sama Kabag Kesra katanya tidak tahu. Ceritanya kursi sudah dibawa pulang oleh Kabag Umum. Acara belum selesai kursinya sudah hilang. Sebagai tuan rumah, kami merasa malu. Kejadian ini merupakan hal terbaru dalam sejarah MTQ, tentu sangat menyedihkan bagi kami selaku tuan rumah, “ papar Bujang Hairani.
Lahirnya kekecewaan menurut Bujang Hairani, mengingat hasil keputusan rapat sebelum MTQ berlangsung. Dimana Kabag Umum berjanji menyiapkan semuanya, dan memastikan berjalan dengan baik. “ Terus terang kami sangat kecewa sama Kepala Bagian Umum, karena kemarin disaat rapat mereka mengatakan semuanya sudah siap, baik kursi maupun tenda, kami jamin katanya. Kenyataannya acara belum selesai kursi sudah hilang. Seharusnya tunggu selesai baru kursi, boleh di ambil. Kalaupun mereka ada acara ditempat lain, seharusnya hubungi kami dulu. Masak saya yang terlibat dalam panitia tidak dikasih tahu. Saya tahunya ketika ada orang tanya, mana kursinya. Kalau memang mereka tidak punya kursi, awal-awal kasih tahu, biar kami cari yang lain. Kejadian ini betul-betul aneh, entah pertanda apa, “ gerah Bujang Hairani.
Dalam rapat kemarin, lanjut Bujang Hairani, dirinya pernah mengusulkan agar susunan panitia jangan terlalu banyak melibatkan pejabat teras. Tujuannya agar kegiatan bisa berjalan sesuai harapan. “ Sudah saya katakan kemarin dalam rapat, jangan terlalu banyak melibatkan pejabat. Saya yakin tidak akan maksimal, karena pejabat banyak yang tidak bisa bekerja. Tetapi kalau masyarakat awam, mereka memang sudah terbiasa bekerja. Kalau pejabat-pejabat, dia tidak mau kotor, mana mau mereka main debu. Tapi kalau orang kampung, sudah terbiasa main debu, “ cetus Bujang Hairani tersenyum.
Belum sempat wartawan koran ini melontarkan pertanyaan baru, lelaki yang terlihat kesal itu, langsung menyebutkan bahwa dirinya sudah menerima banyak laporan dari masyarakat, terkait kesiapan jalan menuju astaka yang berdebu. “ Ada yang minta sama saya turunkan tim medis takut kafilah batuk terkena debu. Karena kita sudah punya jalan aspal model baru. Memang sebelum acara sudah di siram sama air, karena ini musim panas, tetap saja kering. Janji awal sebelum MTQ, jalan itu sudah di aspal. Rapat di Bukit Arai kemarin, ada Sekda, Dinas PU, dan Camat juga hadir. Kemudian dari DPRD mengatakan sudah di anggarkan supaya jalan bisa di aspal sebelum acara MTQ. Aspalnya 300 meter dulu, mamang tidak seluruhnya. Katanya sudah di lelang, dan sudah ada pemenangnya. Jadi kami tidak tahu mengapa jalan ini tidak jadi di aspal. Kalau tidak percaya, bapak boleh cek, kelapangan lihat sendiri, “ beber Bujang Hairani, seraya meminta agar wartawan koran ini segera meninjau lokasi.
Diam-diam kegiatan yang di anggarkan sebesar Rp. 2.737.205.400 miliar itu, menyimpan banyak polemik. Campur tangan berlebihan membuat tuan rumah merasa tidak dihargai. “ Saya pribadi, dan masyarakat juga kecewa dengan penari persembahan. Karena kami punya penari handal, baik dari anak-anak SD, SMP, maupun SMA. Kemarin tari persembahannya berasal dari Kecamatan Bunguran Barat, sedangkan tuan rumahnya adalah kami. Seharusnya Panitia Kabupaten tanya dulu, kami ada tidak penari. Kalau kami bilang tidak ada, baru boleh cari dari kecamatan lain. Malam itu, para penari dikasih makan, penyayi dibiarkan kelaparan. Apakah karena penyayi itu, umumnya orang Kecamatan Bunguran Timur Laut, “ sebut Bujang Hairani keheranan.
Lebih dasyat lagi kata Bujang Hairani, pada malam pembukaan acara, Camat Bunguran Timur Laut selaku tuan rumah tidak dilibatkan dalam pemukulan bedug. “ Kami juga pernah menjadi kafilah, seperti mengikuti MTQ di Kelarik, Serasan dan Midai. Disaat pembukaan acara, selaku tuan rumah camatnya ikut mendampingi bupati memukul bedug. Kenapa camat kami tidak dilibatkan, memang dasyat betul nasib kecamatan kami oleh panitia kabupaten. Malam itu, beberapa orang dari masyarakat naik ke panggung menanyakan kepada pembawa acara. Mereka tanya siapa yang menyusun acara, kenapa camat kami tidak di panggil, sedangkan dia tuan rumah. Seolah-olah kami tuan rumah tidak dihargai oleh panitia kabupaten sebagai penyusun acara, “ beber Bujang Hairani.
Sebelum mengakhiri, lelaki yang dulunya pernah diamanahkan menjadi Kepala Desa Tanjung itu, mengatakan, panitia kecamatan pada malam itu, sempat meluahkan kekesalnya dengan cara membiarkan acara berjalan apa adanya. “ Saking kesalnya, malam itu, sampah berserakan kami biarkan saja. Tetapi, menjaga nama baik Kecamatan Bunguran Timur Laut, setelah rapat akhirnya besok siang sampahnya baru kami pungut. Memang ini MTQ Kabupaten, tetapi tuan rumahnya adalah Kecamatan Bunguran Timur Laut, kalau acara ini gagal, yang dijelek-jelekan bukan bupatinya, tetapi camat beserta masyarakatnya. Bisa saja para kafilah sebut, Camat Bunguran Timur Laut beserta masyarakatnya, tidak sukses melaksanakan MTQ, “ tutup Bujang Hairani.
Syarifuddin : “ Hanya Miskomunikasi dan Salah Faham Saja “
Menanggapi yang terjadi, H. Syarifuddin, S.Ag. M.A selaku pemegang kegiatan mengatakan, MTQ IX merupakan gawai Pemerintah Kabupaten yang memilih Kecamatan Bunguran Timur Laut sebagai tuan rumah, dan dirinya tidak berhak memberi penjelasan terkait yang terjadi. “ Segala yang terjadi bukan keinginan kita. Berdasarkan urutan, saya adalah pemegang kegiatan, dan kuasa pengguna anggaran, karena kegiatan ini berada dibagian Kesra. Saya selaku Kabag Kesra memang diberi tanggung jawab sebagai pemegang kegiatan, dan melahirkan panitia-panitia. Jadi kami sudah membagi tugas, dimana perlengkapan dibagian umum, dan penyusun acara dibagian humas, “ jelas Syarifuddin menjawab Koran Perbatasan Jum’at (30/03) di kediamannya.
Untuk memperoleh keterangan lebih lanjut, dengan ramah, Syarifuddin, meminta agar wartawan koran ini, bertanya langsung kepada panitia yang membidanginya. “ Jadi kalau masaalah ini kami tidak bisa ikut campur. Karena kita sudah beri kepercayaan kepada mereka untuk melakukan tugasnya masing-masing. Untuk masaalah seperti ini silakan mengkonfirmasi pihak-pihak yang sudah saya sebutkan tadi. Kalau saya yang jawab, takutnya salah. Tentu akan lebih jelas lagi, kalau persoalan ini dijawab langsung oleh orang yang membidanginya. Artinya, kenapa Pak Camatnya tidak dipanggil, mungkin Kabag Humas bisa menjawabnya. Kemudian kenapa kursi diambil, ini bisa dijelaskan oleh Kabag Umum, “ ujar Syarifuddin tersenyum.
Saat ditemui, Syarifuddin hanya bisa menjelaskan mengapa tari persembahan tidak dilakukan oleh Kecamatan Bunguran Timur Laut selaku tuan rumah. Keputusan itu, kata Syarifudin berdasarkan rapat yang sudah beberapa kali dilakukan oleh pihaknya di Kantor DPRD Natuna. “ Kemarin dalam rapat panitia meminta agar tari kolosal dan padus dibudayakan. Memang, sama sekali tidak ada permintaan dari panitia kecamatan kepada kami panitia kabupaten. Kebetulan kami pernah melihat ada salah satu tari persembahan yang terbilang bagus di Kecamatan Bunguran Barat. Kemudian kami coba dekati mereka, dan membuat MoU. Mereka kemudian bersedia untuk datang ke Kecamatan Bunguran Timur Laut, “ sebut Syarifuddin.
Syarifuddin memastikan jika saat itu, panitia kecamatan meminta agar tari persembahan dilakukan oleh mereka selaku tuan rumah, tidak menutup kemungkinan akan terealisasi. “ Jadi kalau ditanya adakah panitia kecamatan meminta kepada kami, jawabnya tentu tidak ada. Artinya tidak ada permintaan dari Panitia Kecamatan Bunguran Timur Laut tentang tari persebahan, yang menjadi pegangan kami adalah hasil rapat di Kantor DPRD itu. Alhamdulillah, bisa terakomodir walaupun padus yang kami minta 100 hanya dapat 60 orang. Kemudian tari kolosal 50 yang kami minta, dari anak-anak di Kecamatan Bunguran Timu Laut, setelah seleksi hanya dapat 25 orang. Untuk melengkapi kekurangan itu, terpaksa harus bergabung dengan SMA Negeri 1 Bunguran Timur, “ terang Syarifudin.
Sebenarnya, kata Syarifuddin panitia sudah mengetahui polemik yang terjadi. Hanya saja, waktu yang tersisa tidak memungkinkan lagi untuk dilakukan perubahan. “ Saat ini muncul, kami panitia sudah mendengarnya, tetapi kami tidak bisa lagi merubahnya. Karena waktu terlalu singkat, dua hari lagi kegiatan akan dibuka. Seharusnya ketika mengajukan kolosal, mereka juga harus mengajukan tari persembahan. Mengapa setelah geladi, polemik baru muncul. Sebelum itu, mereka sama sekali tidak pernah bertanya, tari persembahan dari mana. Kalau jauh-jauh hari mereka mengusulkan, insya allah panitia kabupaten pasti akan mensuport. Memang dalam hal ini, kami tidak pernah menawarkan, “ ungkap Syarifuddin.
Menurut Syarifuddin, sebenarnya tidak ada persoalan yang terjadi, hanya miskominikasi saja, sehingga menimbulkan kesalah fahaman. “ Persoalan salah faham dan miskomunikasi. Kita maklumi, bahwa setiap kegiatan apalagi gawai besar sepertti ini, memang tidak ada yang bisa kita sebut 100 persen sukses. Pasti ada kelemahan disana sini. Kelemahan-kelemahan itu, terjadi karena kurangnya koordinasi dan pemahaman-pemahaman yang berbeda. Sehingga membuat sebuah kegiatan itu, tidak seutuhnya sukses. Secara keseluruhan dari yang kita lakukan, sudah termasuk sukses. Saya melihat jumlah pengunjung pada MTQ kali ini cukup ramai. Pada dasarnya, kami selaku panitia kabupaten, berkeinginan kegiatan ini sukses. Tidak ada niat ingin merusak nama baik Kecamatan Bunguran Timur Laut, selaku tuan rumah. Jadi kami mohon maaf sebesar-besarnya, “ tutup Syarifuddin.
Tasrif : “ Lelang Tergantung Kesiapan Kasda “
Jauh hari sebelum gawai berlangsung, tepatnya pada Senin, (05/03) kemarin, Kepala Dinas Pekerjaan Umum (Kadis PU) Kabupaten Natuna H. Tasrif, S.Sos, M.Si, mengatakan belum ada paket pembangunan yang bisa dikerjakan dari Anggaran Pendapat dan Belanja Daerah (APBD) tahun 2018. Karena kesiapan anggaran di Kas Daerah (Kasda) belum terlihat. Rencananya, pada bulan Mei, sejumlah paket pembangunan akan segera dilelang, melalui Unit Layanan Pengadaan (ULP).
Saat itu, Tasrif memastikan lelang akan segera dilakukan jika Kasda sudah memadai. Kecuali untuk pembangunan peningkatan jalan lapis hotmix di Teluk Sekelong Desa Limau Manis Kecamatan Bunguran Timur Laut, sebesar Rp 8,7 miliar. “ Memang rencananya hari ini ingin kita masukan, tetapi kita masih menunggu arahan dari bagian keuangan. Tidak mungkin kita paksa lelang, sementara anggarannya belum ada. Kecuali untuk peningkatan jalan lapis hotmik di Teluk Sekelong, itu memang harus segera dikerjakan, sebagai penunjang kegiatan MTQ nanti “ sebut Tasrif.
Menurut Tasrif, belum adanya paket pembangunan bukan karena kelalaian pihaknya, tetapi kesiapan keuangan daerah yang belum menjamin. Transfer dana dari Pemerintah Pusat ke Kasda pada triwulan pertama kata Tasrif hanya sebatas untuk membantu kelancaran kinerja pemerintah. “ Anggaran di Kasda sudah ada, tetapi bertahap sesuai ketentuan pertriwulan, kalau triwulan pertama sudah kemarin, cuma bukan untuk kegiatan pembangunan sebagaimana yang saya sampaikan tadi. Artinya ini sudah ada peruntukan khususnya, guna menunjang kelancaran kerja kita, seperti belanja pegawai, belanja barang dan jasa, termasuk belanja modal. Jadi kita kalau ingin melakukan sesuatu menunggu keputusan dari keuangan dulu, “ jelas Tasrif.
Upaya Mencari Fakta Terkendala
Demi kebenaran informasi, Tim Redakasi Koran Perbatasan langsung turun ke lokasi. Usai acara berlangsung, Camat Bunguran Timur Laut, Drs. Ahmad saat diminta keterangan terkait yang terjadi terlihat lesu, dan memilih tersenyum. “ Jangan sekarang, nanti saja, kalau bisa jangan tanya sama saya, tanya saja sama bapak ini, “ ujar Ahmad tersenyum, seraya menunjukan ibu jari kearah salah seorang pejabat Pemkab Natuna yang berada disampinya saat itu.
Sementara, Suhardi, Kepala Bagian Umum (Kabag Umum) selaku panitia yang membidangi bagian perlengkapan, sampai berita ini dinaikan belum berhasil ditemui. Selain dikarenakan kalender merah, dan hari libur, nomor telepon genggam milik peribadinya yang pernah diberikan kepada Redaksi Koran Perbatasan juga tidak berhasil dihubungi. Setelah dicoba beberapa kali, dalam dua hari berturut-turut, hanya memperoleh jawaban singkat dari operator. “ Nomor yang anda tuju sedang tidak aktif, atau berada diluar jangkauan, “ jawab operator terkait nomor yang dihubungi.
Upaya memperoleh keterangan dari Kabag Umum masih terus berlanjut, disamping mendatangi astaka tempat berlangsungnya acara, Redaksi Koran Perbatasan juga sempat mengirim sebuah pesan ke WhatsApp telepon genggam miliknya, dengan memuat satu pertanyaan terkait kursi yang telah diambil oleh bagian umum. Pesan yang dikirim sampai berita ini dinaikan Sabtu, (30/03) terlihat hanya bergaris dua, tebal bewarna hitam. Guna melengkapi kelanjutan penulisan berita ini, akan dimuat pada media cetak Surat Kabar Umum Koran Perbatasan. (Amran).