Pencemaran Plastik di Laut Berakibat Garam Mengandung Mikroplastik

Terbit: oleh -39 Dilihat

Penulis : Aunnike Juniwati Br Marbun


Universitas Maritim Raja Ali Haji (UMRAH) Tanjungpinang


Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Program Studi Ilmu Kelautan (180254241035)


“PACARAN tanpa tahap pendekatan itu kayak makan sayur tanpa garam”. Perumpamaan tersebut menggambarkan pentingnya garam sebagai bahan yang hampir tak pernah dilupakan saat memasak. Apabila memasak  tanpa garam, rasa masakan bisa menjadi hambar.

Namun, pernahkah kita mendengar adanya campuran plastik pada beberapa produk garam laut? Selama ini, mungkin kita hanya mengenal “plastik” dalam ukuran materi yang besar dan merupakan bagian dari sampah yang sulit terdegradasi. Kini kita harus mulai mengetahui, bahwa plastik bukan hanya merupakan materi yang berkuran besar, melainkan juga terdapat dalam ukuran yang sangat kecil.

Mikroplastik adalah plastik dengan ukuran kurang dari 5 mm, yang merupakan hasil penguraian alami plastik baik secara fisik, kimia, maupun biologi. Mikroplastik yang berasal dari limbah polusi plastik dan memasuki lingkungan setelah terpecah menjadi potongan-potongan kecil bahkan hampir tak terlihat.

Mikroplastik yang tercemar di air laut menjadi tempat hidup ikan dan organisme laut lainnya, terutama kerang dan tiram. Kedua organisme laut tersebut memiliki risiko paling tinggi terhadap pencemaran mikroplastik dibandingkan dengan organisme laut lainnya.

Partikel plastik di habitat laut ini dapat tertelan oleh ikan dan menyebabkan bahan kimia beracun terakumulasi di dalam hati ikan. Sebuah penelitian menemukan bahwa kerang dan tiram yang dikonsumsi manusia memiliki 0,36-0,47 partikel mikroplastik per gram, yang berarti bahwa konsumen kerang dapat menelan hingga 11.000 partikel mikroplastik per tahun.

Selain itu, penelitian lain juga menemukan bahwa mikroplastik bahkan terdapat di organisme laut terdalam. Hal ini menunjukkan bahwa mikroplastik memengaruhi organisme laut yang paling terpencil sekalipun.

Sebuah studi tentang dampak mikroplastik ketika dicerna dilakukan dengan memeriksa hewan. Terungkap bahwa plastik mikro memiliki kecenderungan untuk menyerap bahan kimia yang beracun dan melepaskannya dalam sistem pencernaan.

Pelepasan bahan kimia beracun ke dalam saluran pencernaan dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan terkait dengan pencernaan dan dapat menghambat proses pencernaan. Partikel-partikel mikroplastik dapat mengiritasi dinding usus. Phthalates ditemukan dalam plastik, bahan kimia yang digunakan untuk memberikan fleksibilitas pada plastik terkait dengan pertumbuhan sel kanker payudara.

Terdapat beberapa cara pencegahan pencemaran mikroplastik di lingkungan. Pertama, mengurangi masuknya pembuangan plastik dan mikroplastik ke lingkungan. Kedua, mengubah persepsi masyarakat tentang dampak plastik, sehingga penggunaan plastik berkurang.

Ketiga, menilai pentingnya permasalahan plastik dan microplastik sebagai vektor yang dapat ditransfer pada organisme. Terakhir, menghitung resiko bahan kimia dari plastik yang tercerna. Jadi, belum terdapat solusi tepat yang dapat menghilangkan dampak plastik dan mikroplastik yang terdapat di lingkungan.

Nahh kita juga harus mengganti slogan “Buanglah Sampah Pada Tempatnya” dengan slogan baru yang lebih efektif, yaitu “Kurangi Sampahmu”. (KP).


Kiriman Pembaca Koran Perbatasan, Rabu, 29 Mei 2019


 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *