Partisipasi Dekranasda Buteng Pada Lomba Fashion Show Sultra Tenun Karnaval 2024 Tampilkan Motif Lokal

Terbit: oleh -651 Dilihat
Dekranasda Buteng berpartisipasi dalam Lomba Fashion Show Tenun Daerah dan Pemeran Kerajinan Daerah dalam rangkaian kegiatan Sultra Tenun Karnaval Tahun 2024, di Hotel Claron Kota Kendari, Kamis, 05 Desember 2024.

BUTON TENGAH – Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Kabupaten Buton Tengah (Buteng), Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra), turut berpartisipasi dalam Lomba Fashion Show Tenun Daerah dan Pemeran Kerajinan Daerah dalam rangkaian kegiatan Sultra Tenun Karnaval (STK) tahun 2024, bertempat di Hotel Claron Kota Kendari pada Kamis, 05 Desember 2024.

Acara ini resmi dibuka oleh Sekretaris Daerah (Sekda) Provinsi Sulawesi Tenggara, Asrun Lio, yang mewakili Penjabat Gubernur Sulawesi Tenggra, Andap Budhi Revianto.

Hadir dalam kegiatan tersebut adalah Penjabat Bupati Buton Tengah, Kostantinus Bukide, para kepala Daerah se-Sultra, para kepala OPD lingkup Provinsi dan kabupaten/kota, serta penjabat ketua Dekranasda Provinsi Sultra, Waode Munanah Asrun Lio, bersama para ketua Dekranasda kabupaten/kota.

Mengusung tema “Perajin Sejahtera, Sultra Maju”, acara ini menjadi ajang promosi dan apresiasi terhadap kekayaan budaya Sultra yang di ikuti berbagai perwakilan daerah 17 kabupaten/kota se-Sultra.

Dekranasda Buteng berpartisipasi dalam Lomba Fashion Show Tenun Daerah dan Pemeran Kerajinan Daerah dalam rangkaian kegiatan Sultra Tenun Karnaval Tahun 2024, di Hotel Claron Kota Kendari, Kamis, 05 Desember 2024.

Pada kesempatan tersebut, Sekda Sultra, Asrun Lio, menyampaikan apresiasi atas upaya Dekenasda kabupaten/kota se- Sultra dalam melestarikan budaya tenun daerah. Ia juga menekankan pentingnya regenerasi perajin dan pemberdayaan masyarakat lokal dalam industri tenun.

“Melestarikan kain tenun Sultra dibutuhkan komitmen semua pihak berkolaborasi seperti Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, Dinas Koperasi, dan Dinas Pariwisata untuk berkolaborasi mendukung pengembangan kain tenun di Sultra,” ucap Asrun Lio saat menyampaikan sambutan.

Pada kegiatan tersebut, peserta Lomba Fashion Show Dekranasda berbagai daerah menampilkan kain tenun khas lokal dimiliki sebagai bagian dari identitas budayanya.

Sedangkan Dekranasda Buton Tengah menampilkan sejumlah karya unggulan yang mencerminkan keindahan dan keunikan motif lokal, diantaranya, motif waje, motif ketupat, motif kupu-kupu labaabate, motif ubur-ubur, motif lobster, motif lawalia, motif benteng, dan motif hadhaki.

Untuk diketahui, partisipasi Dekranasda kabupaten/kota pada lomba Fashion Show tidak hanya menunjukan komitmen dalam melestarikan tradisi, tetapi juga memperkenalkan kain tenun khas daerah sebagai bagian dari identitas budaya ekonomi kreatif berkelanjutan.

Sultra Tenun Karnaval 2024, mengusung tema “Beauty of Culture Southeast Sulawesi” bertujuan menggambarkan keindahan seni dan budaya, terutama dalam ragam motif tenun yang dihasilkan oleh penenun lokal Sultra.

Sebagai informasi tambahan, pada kegiatan Sultra Tenun Karnaval 2024, Pemkab Buteng memperkenalkan Budaya Kamoomoose Masyarakat Gu-Lakudo pada malam puncak kegiatan di saksikan langsung Penjabat Gubernur dan kepala daerah kabupaten/kota dan tamu undangan lainnya.

Pertunjukan Budaya Kamoomoose Masyarakat Gu-Lakudo pada acara puncak kegiatan Sultra Tenun Karnaval 2024 oleh Dekranasda Buteng dalam Lomba Fashion Show Tenun Daerah dan Pemeran Kerajinan Daerah Sultra Tenun Karnaval Tahun 2024, di Hotel Claron Kota Kendari, Kamis, 05 Desember 2024.

Berikut Sinopsis Budaya Kamoomoose Masyarakat Gu-Lakudo.

Kamoomoose adalah sejenis pertunjukan budaya dalam masyarakat Gu-Lakudo kecamatan Lakudo Kabupaten Buton Tengah. Pertunjukan budaya Kamoomoose yang hanya dilaksanakan pada malam hari (waktu bulan purnama) adalah sebuah pertunjukan budaya yang unik dan menarik.

Kamoomoose berasal dari kata “Kamomo” yang berarti bunga yang hampir mekar, dan kata “Poose-ose” yang berarti berjejer dan beriringan secara teratur. Sehingga kamoomoose diartikan sebagai tradisi budaya dimana bunga yang hampir mekar yaitu perumpaan untuk para gadis yang telah menginjak usia remaja duduk berjejer untuk dikenalkan kepada para pemuda.

Pertunjukan budaya kamoomoose pada mulanya hanya diadakan di Galampa dalam rangkaian acara pesta adat  Kahiya’a setelah para gadis selesai “ombo” (dipingit). Para gadis “kaombo” (pingitan) yang disebut Kamoose menjadi peserta utama dalam pertunjukan budaya Kamoomoose dengan didampingi oleh gadis cilik sebagai teman duduknya.

Para gadis kamoose tampil dengan dandanan dan pakaian adat lengkap. Kamomose juga berfungsi sebagai media untuk menjalin hubungan silaturahmi antara masyarakat tanpa memandang kasta sosial. (KP/ADV).


Laporan : Irfan


 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *