NATUNA (KP),- Tangan-tangan Kecil Menata Lingkungan (Tacil Natalin) menjadi salah satu nama program strategi Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Natuna Provinsi Kepri dalam mengatasi sampah.
Sejalan dengan Tacil Natalin, Dinas Lingkungan Hidup juga memiliki Millennial Peduli Sampah (Milih). “Jadi ini strategi kami dalam penanganan sampah. Sasarannya adalah anak-anak sekolah dasar (Tacil Natalin) untuk tingkat SLTP dan SLTA sederajat (milih),” kata Kepala Dinas Lingkungan Hidup, Natuna, Boy Wijanarko, kepada koranperbatasan.com di ruang dinasnya, Selasa 23 Juni 2020.
Selain itu, kata Boy Wijanarko, ada juga namanya Gerakan Masyarakat Peduli Sampah (Gemas Pilih). “Jadi sampah-sampah yang ada di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Natuna ini rata-rata hampir 70 persennya jenis pelastik. Apakah itu berupa botol, kantong, dan sejenisnya. Karena sampah ini ada nilai ekonomis makanya kita perlu strategi penaganannya,” ujar Boy Wijanarko.
Menurut Boy Wijanarko, khusus untuk wilayah Bunguran Besar yakni Kota Ranai dan sekitarnya sebelum masa pandemi jumlah perharinya mencapai 14 ton. Jumlah tersebut meningkat dari 14 menjadi 15 ton perhari. “Karena ada pandemi, aktifitas rata-rata pada di rumah, sehingga membuat sampah juga meningkat. Kenaikannya dari 14 ton ke 15 ton lah sehari,” terangnya.
Boy Wijanarko memastikan aktifitas penanganan sampah tetap terus dilakukan meski berada dalam masa pandemi. “Terus berjalan, seperti di Sedanau dan Pulau Tiga itu, tetap kita lakukan pengangkutannya. Untuk Sedanau (Bunguran Barat-red) kita angkut melalui Binjai, jumlah perharinya mencapai 4-5 ton. Selama bulan puasa kemarin luar biasa kenaikannya hampir 2-3 ton. Biasanya 14 ton sehari, menjadi 15-16 ton. Sampahnya itu kebanyakan dari pelepah kelapa,” jelasnya.
Boy Wijanarko menyebutkan selama masa pandemi pihaknya telah menyiapkan berbagai program penanganan sampah. Sayangnya rencana itu, terbentur keadaan. “Karena status Covid-19 masih belum dicabut, jadi saya belum dapat mengumpulkan anak-anak sekolah dan masyarakat. Tapi saya sudah berjalan dor to dor menemui pak lurah. Seperti di Kecamatan Bunguran Timur, ada Kelurahan Ranai Kota, Bandarsyah, Batu Hitam, dan Ranai Darat,” tuturnya.
Lebih jauh disampaikannya, program Tacil Natalin, Milih dan Gemas Pilih merupakan strategi mengurangi sampah plastik bernilai ekonomis yang banyak ditemukan pada selokan. “Jadi konsep Tacil Natalin, Milih, Gemas Pilih, ini sudah saya sampaikan kepada kepala sekolah. Kami juga sudah mensosialisasikan program Bank Sampah ini dengan pihak Bank Syariah Mandiri agar mengeluarkan buku tabungan untuk sekolah dan kelompok komunitas masyarakat pengelolaan sampah,” paparnya.
Sosialisasi tersebut kata Boy Wijanarko dilakukan agar sampah-sampah yang ada bisa terkelola menjadi barang bernilai ekonomis. “Dimulai dari rumah tangga. Disitu ada anak, ayah dan ibu. Jadi sebelum diambil oleh petugas sampah, anak-anak itu akan bilang sama orang tuanya, ayah, bunda, adek minta ini. Untuk apa?. Untuk dibawa ke sekolah dilakukan penimbangan. Makanya saya sondingkan Bank Sampah dengan Bank Syariah Mandiri,” pungkasnya.
Artinya kata Boy Wijanarko, sampah ini bisa menghasilkan nilai ekonomis dan bisa dijadikan uang jajan anak-anak sekolah. “Selama ini mereka merasa Bank Sampah kan tak masuk ke sekolah. Karena transportasinya pake sewa pick up. Jadi nanti sampahnya kita jemput ke sekolah-sekolah mungkin setiap hari Senin, Rabu dan Jum’at. Begitu juga dengan yang Gemas Pilih, akan kita bantu pada hari Selasa, Kamis dan Sabtu. Jadi nanti di setiap RT, RW itu, akan ada komunitas ibu-ibu peduli sampah,” cetusnya.
Sebelum mengakhiri, Boy Wijanarko berharap apa yang sedang direncanakan oleh dinasnya bisa dipahami oleh masyarakat. “Harapan saya masyarakat lebih memahami tentang palstik. Karena pelastik ini merupakan salah satu sampah yang dapat mencemarkan lingkungan,” tutupnya. (KP).
Laporan : Sandi / Johan