Hanya Bertahan, Petani Selemam Mengaku Sulit Cari Modal Tambahan

Terbit: oleh -3249 Dilihat
Sulaiman, petani jagung, cabe, dan kacang panjang, di Desa Selemam, Kecamatan Bunguran Timur Laut, Kabupaten Natuna, memperlihatkan kebun cabe yang ditanamnya, Senin, 06 Mei 2024.

NATUNA – Sulaiman, petani jagung, cabe, dan kacang panjang, di Desa Selemam, Kecamatan Bunguran Timur Laut, Kabupaten Natuna, mengaku sulit mendapatkan bantuan modal pengembangan usaha pertanian. Baik dari pemerintah daerah, maupun pemerintah desa, dan isntansi terkait lainnya. Padahal dirinya sangat membutuhkan bantuan tersebut.

Menurut Sulaiman, dirinya sudah pernah mengajukan permohonan bantuan penambahan modal usaha pertanian dan perkebunan kepada instansi terkait. Sayangnya permohonan bantuan tersebut belum ada yang terealisasikan. Alhasil usaha yang ditekuninya menjadi sulit berkembang.

“Sudah pernah ngajukan ke koperasi desa, sejak 2017-2023 cuma belum ada. Kalau bantuan dari pemerintah untuk perkebunan juga belum ada. Jadi bibit kami beli sendiri di toko-toko. Kebun di Selemam itu milik saya, memang hasil kelola pribadi. Dari tahun 2017 sudah mulai berkebun,” kata Sulaiman, kepada koranperbatasan.com di Pantai Sujung, Senin, 06 Mei 2024.

Melalui pemberitaan ini, Sulaiman pun mengutarakan harapannya untuk disampaikan kepada para pemilik modal yang berkenan membantu pengembangan usaha para petani. Selain modal usaha, sebagian besar petani di Selemam sangat membutuhkan dukungan alat bajak tanah dari pemerintah setempat.

“Saya harapkan dari pemerintah semoga bisa memberi bantuan atau dukungan berupa peralatan, terutama traktor kronos, karena sangat dibutuhkan oleh petani disini. Traktor kronos beda dengan traktor quick. Kalau traktor quick untuk persawahan, kami nggak mampu,” harapnya.

Namun demikian, Sulaiman tidak pula menganggap keberadaan alat-alat tersebut sebagai kendala utama bagi para petani dalam bercocok tanam. Ketersedian peralatan tersebut hanya sebagai ungkapan dari melihat kondisi lapangan jika pemerintah berkenan membantu.

“Saya pribadi kendala utamanya modal, kalau peralatan kita masih bisa pakai manual. Kalau di desa alat bajak petani ada, tapi nggak maksimal, karena bukan bajak itu kita inginkan. Bajak kayak traktor kronos boleh, tapi kalau traktor quick itu kan untuk persawahan,” beber Sulaiman.

Sulaiman, petani jagung, cabe, dan kacang panjang, di Desa Selemam, Kecamatan Bunguran Timur Laut, Kabupaten Natuna, saat diminta keterangan oleh wartawan koranperbatasa.com, Senin, 06 Mei 2024.

Sulaiman menceritakan bagi kelompok tani didaerahnya memang pernah terdengar menerima bantuan, hanya saja terpantau kurang maksimal. Sulaiman mengaku secara identitas ikut bergabung dalam kelompok yang ada, hanya saja tidak mengetahui seperti apa kegiatan berjalan.

“Membuat kelompok itu rumit. Saya bergabung dengan kelompok hanya nama saja yang di pakai, tapi pekerjaan tidak ada, kegiatanpun tidak ada,” terangnya.

Lebih jauh Sulaiman menjelaskan, selain tidak maksimal, bantuan yang disalurkan kepada kelompok tani juga terkesan pilih kasih.

“Berjalan ketika ada anggaran saja, tidak bisa jalan terus menerus. Pembagian pupuk, dan bibit tidak merata, hanya kelompok tertentu yang dapat. Kelompok tani beli di kantor pertanian, setelah di bawa pulang ke rumah ketua kelompok, pembagian ditentukan oleh ketua kelompok, siapa saja yang berhak dapat,” pungkas Sulaiman.

Sebagai petani, Sulaiman memastikan tidak ada kendala bagi dirinya mendistribusikan hasil panen aneka tanaman yang terseber pada hamparan tanah seluas seperempat hektar.

“Seperempat hektar itu kalau cabe kisaran 200 kilo panennya. Dalam satu tahun kisaran empat kali panen. Hasilnya jual ke pasar, kadang kita antar sendiri, kadang ada pengepul yang datang ke kebun. Jumlahnya tergantung rezeki, kadang ada waktu dapat banyak,” ujar Sulaiman.

Kata Sulaiman, proses penanam jagung, cabe, maupun kacang panjang mulai dari pengolahan lahan hingga penyemaian bibit menggunakan peralatan seadanya membutuhkan waktu maksimal 15 hari.

“Pengolahan lahan menunggu pembibitan baru bisa kita tanam itu sekitar 15 hari,” papar Sulaiman. (KP).


Laporan : Iskandar

Editor : Dhitto


 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *