Revolusi Hijau Upayakan Konservasi Tanah dan Air

Terbit: oleh -93 Dilihat
Poto Dinas Kehutanan Provinsi Kalsel, pada salah satu kegiatan penanaman pohon dalam program revolusi hijau di Kalsel.

BARABAI – Bencana banjir besar dan tanah longsor, khususnya di Kabupaten HST beberapa waktu lalu, mengingatkan kita akan kelalaian dalam menjaga dan mempertahankan keseimbangan alam.

Sebuah teguran agar kita harus segera bertindak, melakukan aksi nyata dan massive sebagai upaya antisipasi agar bencana ini tidak terulang lagi. Dan tidak lupa untuk selalu memohon ampunan dan perlindungan kepada Tuhan YME.

Sebagai pengelola kawasan hutan di 3 kabupaten, yaitu Kabupaten Tapin, HSS dan HST, KPH Hulu Sungai pun tidak tinggal diam. Aksi nyata penanaman pohon yang dibungkus dalam bentuk Gerakan Revolusi Hijau terus ditingkatkan.

Sebuah gebrakan aksi penyelamatan hutan dan lingkungan sejak tahun 2017 yang dimotori oleh Dinas Kehutanan Provinsi Kalsel ini Sabtu, 07 Agustus 2021 kemarin, melalui Revolusi Hijau KPH Hulu Sungai sasar Kawasan Ekowisata Pedalaman Pegunungan Meratus Dusun Pantai Mangkiling Desa Datar Ajab Kecamatan Hantakan Kabupaten HST.

Gerakan tersebut dilakukan bersama Kelompok Jurnalis Lingkungan Pena Hijau, Relawan Posko Meratus, Pecinta Alam dari beberapa Universitas di Kalsel, tokoh masyarakat serta masyarakat setempat.

“Revolusi Hijau kali ini kita fokuskan pada daerah terdampak banjir. Salah satu upaya kita untuk konservasi tanah dan air,” ungkap Rudiono Herlambang, Kepala KPH Hulu Sungai sembari menyerahkan secara simbolis bibit Alpukat kepada Denny, Ketua Pena Hijau Indonesia.

KPH Hulu Sungai telah mengantarkan 625 batang bibit yang terdiri dari Alpukat sebanyak 100 batang, Jengkol 500 batang, Lengkeng 10 batang dan Sirsak 15 batang untuk kegiatan penanaman hari itu.

Penanaman dilaksanakan pada sepanjang Jalan Dusun Pantai Mangkiling yang  berbatasan langsung dengan sungai. Yang nantinya akan menjadi vegetasi penopang sempadan sungai. Kehadiran vegetasi di sempadan sungai sangat penting dalam melindungi tanah  dari erosi.

Seperti diketahui, ketika aliran air sungai tinggi, tumbuhan berada dalam genangan air, maka aliran air tersebut rata dengan riparian atau zona peralihan sungai dan daratan.  Dan tumbuhan tersebut berperan sebagai pelindung permukaan sempadan dari erosi serta dapat menangkap polutan yang terkandung dalam air sungai.

Begitu pula ketika curah hujan tinggi, vegetasi yang ada di sempadan sungai, apalagi daerah lereng akan berfungsi mengurangi laju air permukaan, mengatur tata air agar tidak jenuh dan akar pohon mampu menjadi pengikat tanah agar tidak rekah dan longsor.

Denny mengungkapkan bahwa kegiatan tersebut juga dalam rangka memperingati Hari Lingkungan Hidup Sedunia dan Hari Sungai Nasional, sekaligus bentuk dukungan dan upaya merehabilitasi daerah aliran sungai. (KP).


Laporan : Adam


 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *