20 Tahun Natuna Daerah Kepulauan “Tak Punya” Transportasi Jangkauan Rakyat

Terbit: oleh -1254 Dilihat
Amran-Pemimpin-Redaksi-koranperbatsan.com

TAJUK KORANPERBATASAN.COM


KAPAL MOTOR (KM) Bukit Raya, route, Tanjung Priok, Belinyu, Kijang, Letung, Tarempa, Natuna, Midai, Serasan, dan Pontianak merupakan transportasi laut yang diminati sebagai besar masyarakat perbatasan Natuna ujung utara Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Jasa angkutan penumpang dan barang antar pulau yang sudah beroperasi sejak tahun 1996 ini menjadi satu-satunya andalan masyarakat Pulau Tujuh khususnya Kabupaten Natuna untuk dapat mencapai seluruh kabupaten/kota di Provinsi Kepri. Karena biaya yang dikeluarkan masih terjangkau oleh masyarakat kelas ekonomi lemah.

Salah satu dari 25 kapal angkutan penumpang milik PT Pelayaran Nasional Indonesia (PT. PELNI) Persero ini menjadi primadona pada musim lebaran maupun liburan sekolah dan musim utara berombak kencang. Bukit Raya merupakan satu-satunya transportasi laut pilihan. Sebab pada musim tertentu tidak ada angkutan lain yang setia melayani masyarakat perbatasan khusunya Natuna.

Sayangnya kapal dengan kapasitas yang terdiri dari beberapa kelas diantaranya Kelas I (14 orang), Kelas II (40 orang) dan Kelas Ekonomi (916 orang) penumpang ini hanya mampu melayani warga perbatasan sebanyak satu kali dalam dua minggu. Sementera kebutuhan aktifitas masyarakat yang berdomisili di cekungan negara Asean ini meningkat tajam.

Kehadiran kapal dengan kapasitas 900 tempat tidur yang sanggup mengangkut sekitar 1.500 penumpang ini masih terbilang setia melayani masyarakat perbatasan. Ia rela terombang ambing mengarungi Laut Natuna Utara yang dulunya bernama Laut Cina Selatan hingga ke Pulau Bintan, Jakarta dan Kalimantan Barat.

Saat kapal buatan galangan Jos L Meyer Papenburg Germany tahun 1994 ini istirahat berlayar docking menjalani perawatan di galangan, sebagai besar masyarakat perbatasan khususnya Natuna terlihat bingung. Kehilangan jasa transportasi kapal ini melumpuhkan arus keluar masuk orang dan barang.

Kondisi ini menjadi tantangan serius bagi pemerintah daerah, provinsi maupun pusat. Karena sampai saat ini Natuna hanya mengandalkan jasa layanan udara “burung besi” dengan tarif tinggi, mulai dari Rp 1,2 juta sampai dengan Rp 1,8 juta sebagai salah satu alternatif terahir jika Kapal Bukit Raya berhalangan berlayar.

Pada tanggal 12 Oktober 2019 ini Natuna salah satu kabupaten di Provinsi Kepulauan Riau yang menjadi teras Negara Kesatuan Republik Indonesia di utara Selat Karimata genap berusia 20 tahun. Sayangnya letak strategis dan limpahan hasil alam Natuna yang kerap menjadi perbincangan hangat bisnis internasional ini belum terdandankan.

Meski sudah berusia 20 tahun, daerah yang berbatasan langsung dengan negara-negara tetangga Vietnam, Kamboja, Singapura, Malaysia serta berada pada jalur pelayaran internasional Hongkong, Jepang, Korea Selatan dan Taiwan ini masih belum memiliki layanan transportasi yang harganya terjangkau oleh seluruh rakyat. Mampukah pemerintah memecahkan persoalan ini? (***).


Koranperbatasan.com, Jum’at, 11 Oktober 2019


Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *