NATUNA – Melalui program Pemajuan Kebudayaan Desa tahun 2021 dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbud-Ristek) Republik Indonesia. Desa Limau Manis, Kecamatan Bunguran Timur Laut, Kabupaten Natuna, akan mengadakan festival budaya desa pada tanggal 25 November 2021 mendatang.
Selaku Daya Desa Limau Manis, Johar mengatakan program tersebut terdiri dari tiga tahap. Pertama, tumbuh kenali, dimana daya desa diminta untuk menggali atau mendata budaya baik yang masih bertahan maupun yang sudah punah.
“Dimulai dari bulan Juni sampai Juli yang lalu,” sebutnya kepada koranperbatasan.com di Kantor Disparbud Natuna, Jum’at, 29 Oktober 2021.
Ia menjelaskan, setelah tumbuh kenali itu terselesaiakan, maka pada bulan Agustus sampai dengan September memasuki tahap pengembangan. Pada tahap tersebut, daya desa harus memilih dua objek budaya yang dijadikan unggulan.
“Untuk Limau Manis kami mengambil seni budaya Betingkah Alu Selesung dan Palok Saguk,” terangnya.
Kemudian lanjut Johar, pada tahapan yang ketiga ialah pemanfaatan. Dari dua objek budaya yang dijadikan unggulan, dilanjutkan dengan rencana aksi. Tujuannya ialah untuk lebih menghidupkan semangat masyarakat dalam mempertahankan, mengembangkan, bahkan sampai melestarikan budaya.
“Untuk Desa Limau Manis, kami mengambil pembuatan film dokumenter. Mulai dari memilih batang sagu, menebang, proses malok, hingga diolah menjadi sebuah makan khas Natuna,” ungkapnya.
Johar mamastikan, setelah pengambilan film dokumenter yang telah dimulai dari sekarang sampai tanggal 24 November 2021 selesai. Maka pada puncak Festival Budaya Desa Limau Manis, 25 November 2021 mendatang diadakan lomba Betingkah Alu Selesung diikuti oleh desa-desa yang ada di Kecamatan Bunguran Timur Laut.
“Alu bukan hanya milik Limau Manis, jika tidak salah kami di Bunguran Timur Laut ada empat atau lima desa yang bisa main alu, maka kita libatkan semua,” pungkasnya.
Beriramakan (Tung, Tik, Teu, Gam), para peserta lomba Betingkah Alu Selesung diwajibkan membawakan lagu Payang. Kemudian lagu bebas degan berbagai pilihan, seperti Pak Cik Majid (cepat/lambat), Burung Laut, Lang Paet, dan lain-lain.
“Kita juga mengadakan lomba masak makanan khas berbahan dasar sagu, dan beberapa lomba atau penampilan lainnya,” tutup Johar. (KP).
Laporan : Johan