JAKARTA (KP) – Wakil Bupati Nduga Wentius Nemiangge memutuskan untuk mundur dari jabatannya.
Hal itu dilakukan sebagai bentuk luapan kekecewaan karena konflik antara aparat keamanan dengan kelompok sipil bersenjata di Nduga, Papua, tak kunjung usai.
Puncak kekecewaannya itu terjadi saat sopir dan juga ajudannya, Hendrik Lokbere tewas terkena tembakan saat dalam perjalanan di Kampung Yosema, Distrik Kenyam, Nduga, Papua pada 20 Desember 2019.
Ia kemudian melepaskan baju seragam wakil bupati di samping jenazah Hendrik.
Berikut ini fakta selengkapnya:
1. Sopir wakil bupati tewas tertembak
Sopir yang sekaligus ajudan dari Wakil Bupati Nduga, Hendrik Lokbere tewas tertembak saat melintas di Kampung Yosema, Distrik Kenyam, Nduga, Papua pada 20 Desember 2019.
Meninggalnya Hendrik tidak hanya memukul keluarga, tapi juga membuat Wakil Bupati Nduga, Wentius Nemiangge merasa kecewa.
Sebagai bentuk luapan kekecewaannya itu, Wentius langsung melepaskan seragam wakil bupati yang dikenakan di samping jenazah korban.
“Saya kecewa terus, lebih baik saya (jadi) masyarakat biasa dari pada saya pusing terus,” sebut Wentius.
2. Aspirasinya tak pernah didengar
Setelah merasa kecewa sopirnya tewas tertembak, Wakil Bupati Nduga, Wentius Nemiangge melakukan orasi di Bandara Kanyam, pada Senin (23/12/2019).
Video orasinya itu juga sempat viral di sosial media.
Dilansir dari Tribunnews.com, dalam orasinya itu wakil bupati menyampaikan rasa kekecewaannya terhadap pemerintah pusat.
Pasalnya, aspirasi rakyat Nduga yang disampaikannya selama ini tak pernah didengarkan.
Karena itu, ia memutuskan untuk mengundurkan diri dari jabatan wakil bupati.
3. Pesan mundurnya wakil bupati
Mundurnya Wakil Bupati Nduga, Wentius Nemiangge bukan tanpa alasan.
Selain karena merasa kecewa dengan kebijakan dari pemerintah pusat, ia berharap konflik antara aparat keamanan dengan kelompok sipil bersenjata di wilayahnya bisa segera usai.
Karena ia tak ingin rakyatnya menjadi korban.
“(Pemerintah) harus perhatikan dulu masalah ini karena rakyat terus jadi korban. OPM juga tidak mau kalah, anggota terus bertambah, rakyat yang korban,” katanya.
Bahkan ia meminta Presiden RI Joko Widodo untuk segera turun tangan untuk menyelesaikan masalah.
“Pokoknya Jokowi harus turun tanggung jawab,” kata dia.
4. Konflik di Nduga sejak 2018
Seperti diketahui, konflik di Nduga, Papua sudah berlangsung cukup lama.
Peristiwa itu berawal dari adanya pembantaian terhadap karyawan PT Istaka Karya pada 2 Desember 2018 di Gunung Kabo.
Hingga saat ini konflik antara aparat keamanan dengan kelompok sipil bersenjata di daerah tersebut tak kunjung selesai.
Direktur Eksekutif Yayasan Teratai Hati Papua Pater Jhon Jongga mengatakan, masyarakat di Nduga sudah merasa lelah dan berharap bisa hidup tenang.
Bahkan, ia meminta pemerintah pusat bisa segera menarik aparat keamanan yang ditugaskan di wilayah tersebut.
“Apa yang diinginkan masyarakat? Setiap kali bertemu mereka, kami membawa tamu atau rombongan dari gereja-gereja mereka hanya meminta, ‘Kalau kami mau kembali ke kampung, satu orang TNI pun jangan ada di sana,” ujar Jhon saat penyampaian laporan Tim Kemanusiaan Kabupaten Nduga di Kantor Amnesty Internasional, Menteng, Jakarta Pusat, Rabu (14/8/2019).
Sumber: KOMPAS.COM/Penulis : Dhias Suwandi, Deti Mega Purnamasari | Editor : Teuku Muhammad Valdy Arief, Bayu Galih