JAKARTA (KP) – Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) tampaknya akan menguat di perdagangan pasar spot hari ini. Tanda-tanda apresiasi rupiah terlihat di pasar Non-Deliverable Market (NDF).
Berikut kurs dolar AS di pasar NDF pada penutupan pasar akhir pekan lalu dibandingkan hari ini, Senin (13/1/2020), mengutip data Refinitiv:
Periode | Kurs 10 Januari (15:53 WIB) | Kurs 13 Januari (07:14 WIB) |
1 Pekan | Rp 13.753 | Rp 13.752,55 |
1 Bulan | Rp 13.781,5 | Rp 13.755 |
2 Bulan | Rp 13.805 | Rp 13.794,9 |
3 Bulan | Rp 13.845 | Rp 13.833,9 |
6 Bulan | Rp 13.965 | Rp 13.958,55 |
9 Bulan | Rp 14.102,2 | Rp 14.091,55 |
1 Tahun | Rp 14.256 | Rp 14.244,5 |
2 Tahun | Rp 14.908,3 | Rp 14.953 |
Berikut kurs Domestic NDF (DNDF) yang kali terakhir diperbarui pada 10 Januari pukul 15:01 WIB:
Periode | Kurs |
1 Bulan | Rp 13.800 |
3 Bulan | Rp 13.850 |
Sepanjang pekan lalu, rupiah berhasil menguat tajam 1,19% di hadapan dolar AS. Namun sepertinya rupiah belum ‘bosan’ menguat, di mana hari ini keperkasaan mata uang Tanah Air kemungkinan bakal berlanjut.
NDF adalah instrumen yang memperdagangkan mata uang dalam jangka waktu tertentu dengan patokan kurs tertentu pula. Sebelumnya pasar NDF belum ada di Indonesia, hanya tersedia di pusat-pusat keuangan internasional seperti Singapura, Hong Kong, New York, atau London.
Pasar NDF seringkali mempengaruhi psikologis pembentukan harga di pasar spot. Oleh karena itu, kurs di NDF tidak jarang diikuti oleh pasar spot. Padahal NDF sebelumnya murni dimainkan oleh investor asing, yang mungkin kurang mendalami kondisi fundamental perekonomian Indonesia.
Bank Indonesia (BI) pun kemudian membentuk pasar DNDF. Meski tenor yang disediakan belum lengkap, tetapi ke depan diharapkan terus bertambah.
Dengan begitu, psikologis yang membentuk rupiah di pasar spot diharapkan bisa lebih rasional karena instrumen NDF berada di dalam negeri. Rupiah di pasar spot tidak perlu lalu membebek pasar NDF yang sepenuhnya dibentuk oleh pasar asing.
Sumber: CNBCINDONESIA.COM/Hidayat Setiaji