Presiden Jokowi Akan ke UEA, Proyek USD 18,8 Miliar Siap Diteken

Terbit: oleh -61 Dilihat
(Foto: Kumparan.com)

JAKARTA (KP) – Belasan proyek kerja sama antara Indonesia dan Uni Emirat Arab (UEA) bakal ditandatangani pada pekan depan. Ini merupakan kerja sama antara pemerintah dan perusahaan kedua negara dengan total nilai investasi miliaran dolar Amerika Serikat (AS).

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan sebelumnya mengatakan, nilai proyek-proyek tersebut mencapai USD 20 miliar. Tapi hingga malam ini, dia memastikan total nilai proyek sekitar USD 18,8 miliar.

Dari belasan proyek tersebut, empat di antaranya adalah proyek energi senilai USD 16 miliar. Pertama, proyek Kilang Balikpapan antara PT Pertamina (Persero) dan perusahaan minyak dan gas asal UEA yaitu Mubadala.

Kedua, proyek pengembangan Kilang Balongan antara Pertamina dan Abu Dhabi National Oil Company (Adnoc). Ketiga, proyek Inalum dan Enterprice Global Alumunium (EGA). Keempat adalah proyek Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Terapung di Waduk Cirata antara PT PLN (Persero) dan Masdar.

“Jumlahnya USD 3,9 miliar. Mereka (pendanaannya) masuk seperti ekuitas (dana segar langsung),” kata Luhut ditemui di kantornya, Jakarta, Selasa (7/1).

Luhut mengatakan, ini merupakan proyek tahap pertama. Ke depannya, pendanaan yang masuk bisa bertambah dari negara lain.

Penandatangan tersebut bakal disaksikan langsung oleh Presiden Joko Widodo di Abu Dhabi, UEA, pada 13 Januari mendatang. Jokowi dijadwalkan bertolak dari Indonesia pada 11 Januari sebab ada beberapa pertemuan lainnya di Dubai seperti dengan para pemimpin perusahaan di sana dan menghadiri diskusi lingkungan, yakni Abu Dhabi Suistainability Week.

Wakil Menteri BUMN Budi Gunadi Sadikin mengatakan, dengan kerja sama Pertamina dan Adnoc di Kilang Balikpapan, BUMN Perminyakan tersebut bakal membeli Liquid Petroleum Gas (LPG) ke UEA selama setahun ke depan secara langsung.

Pembelian langsung tersebut menurutnya bisa lebih murah dan efisien karena jual beli LPG tidak lagi melalui trader. Adapun volume LPG selama setahun yang bakal dibeli sekitar 10 persen dari kebutuhan LPG impor selama ini yang mencapai sekitar 5 juta ton per tahunnya.

“Volume 170 ribu ton – 520 ribu ton, satu tahun (kontrak),” kata Budi di tempat yang sama.

 

PLTS Terapung Dibangun Dua Tahap

Untuk PLTS Terapung di Waduk Cirata, Direktur Pengadaan Strategis I PLN Sripeni Inten Cahyani mengatakan, Power Purchase Agreement (PPA) yang bakal diteken pekan depan. PLTS tersebut dibangun dalam dua tahap. Dari total kapasitas listrik 145 MW, pada tahap pertama akan dibangun 50 MW.

“Pembangunan akan dilakukan bertahap, nantinya 50 MW pertama akan selesai pada awal 2021 mendatang. Baru nanti setelahnya yang penting pada 2022 mendatang 145 MW selesai semua,” kata Sripeni.

 

Sripeni Inten Cahyani. (Foto: Kumparan.com/Fanny Kusumawardhani)

 

PLTS Terapung di Waduk Cirata menjadi yang pertama dibangun di dunia. Dalam kerja sama ini, PLN memiliki saham mayoritas 51 persen dan Masdar 49 persen.

Setelah PPA, kata dia, bakal ada financial close. Harapannya, masalah pendanaan selesai tahun ini, jadi 2022 mulai berjalan. Nilai investasi proyek PLTS Terapung ini sebesar USD 129 juta yang akan berjalan selama 25 tahun dengan kesepakatan harga listrik sebesar USD 5,8 sen per kWh.

Selain proyek BUMN, kerja sama dengan UEA juga ada yang dilakukan antar swasta. Dua di antaranya adalah antara Maspion dengan DP World dan Chandra Asri dengan Adnoc.

 

 

 


Sumber: KUMPARAN.COM/Michael Agustinus


 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *