NATUNA (KP),- Kepala Desa Cemaga Tengah, Kecamatan Bunguran Selatan, Kabupaten Natuna, Provinsi Kepulauan Riau, Zaidan menyebutkan objek Wisata Batu Kasah termasuk dalam kawasan geosite geopark nasional.
Menurutnya, Batu Kasah merupakan wisata alam pesisir pantai dengan bebatuan granit alami. “Boleh diolah tapi yang sifatnya tidak permanen, seperti semenisasi. Contoh jembatan dari kayu sekeliling bebatuan kecil untuk spot-spot foto supaya kreatif,” kata Zaidan, menjawab koranperbatasan.com dikediamannya, Rabu, 05 Agustus 2020.
Asal mula dinamakan Batu Kasah menurut Zaidan, dahulu dikisahkan nenek moyang yang terkenal dengan sebutan Tok Nyong memiliki bentuk tubuh sangat besar. Batu itu digunakan untuk mengasah parang jikala Tok Nyong hendak menebas rerumputan. Sehingga ada batu yang bentuknya datar mirip seperti Batu Asah akhirnya di berinama Batu Kasah.
Berawal dari tahun 2003, Batu Kasah mulai dirintis oleh Abdillah, selaku Ketua Bumdes pada masa itu. Suasana lokasi masih dalam keadaan semak belukar. Abdillah secara rutin membersihkan lokasi dan menanam rumput hias. Sehingga hari ini kelihatan hasilnya begitu indah di pandang mata.
“Mulai dari tahun 2017 kami kelola menjadi tempat wisata. Sebelumnya dikelola oleh bapak Abdillah. Kemudian sekarang masuk dalam Kawasan Geopark Nasional Natuna,” jelas Zaidan.
Batu Kasah yang memiliki luas 7 hektar menawarkan keindahan perpaduan pantai dan bebatuan granit dengan kesegaran udaranya. Jarak tempuh menuju lokasi Batu Kasah dari Kota Ranai Ibu Kota Kabupaten Natuna menggunakan sepeda motor kurang lebih 40 menit.
“Daerah bersih, pengunjung disambut dengan ramah tamah dan memaksimalkan pelayanan kulinernya,” ujar Zaidan.
Pada kawasan Situs Geosite Batu Kasah dipersimpangan tiga Batu Bayan terdapat rambu-rambu. Dikawasan objek wisata itu, terdapat pula papan plang bertuliskan Kawasan Situs Geosite Batu Kasah merupakan kontribusi dari SKK Migas terhadap pengembangan Wisata Batu Kasah.
“Kemudian kedepan ada lagi wacana dari SKK Migas untuk berkontribusi dalam pengadaan lampu surya. Bumdes juga sudah ngusulkan pembangunan bak pendam dalam tanah untuk penampungan air bersih,” tegasnya.
Sebagai Kepala Desa, Zaidan berharap kedepan akan terwujudnya ajang festival Batu Kasah. Pada pestival tersebut akan menampilkan tradisi daerah seperti Mendu dan Silat Kampung. Diiringi dengan lomba-lomba seperti dayung kolek, volly pantai, lari karung, dan zapin.
“Kita akan menjual aksesoris dari kerajinan masyarakat untuk cenderamata bagi pengunjung yang pulang dari Batu Kasah,” tutupnya. (KP).
Laporan : Johan