NATUNA, (KP),- Gasing merupakan salah satu permainan rakyat yang sudah membudaya. Selain menghibur melalui permainan gasing juga bisa mempererat hubungan silaturahmi. Lebih unik lagi, permainan gasing tidak memandang usia, para remaja, orang dewasa, hingga usia senja membaur menjadi satu. Bagi masyarakat perbatasan ujung utara NKRI permainan gasing tradisi turun-temurun yang harus dipertahankan.
Zakimin, S.Pi merupakan sososk pejabat yang terbilang hobby bermain gasing. Sejak kecil dirinya sudah lihai memutar gasing, menurutnya bermain gasing dapat menghilangkan kejenuhan dalam hidup bermasyarakat. “ Orang tua saya memang pemain gasing dan menurun keahlian tersebut pada diri saya. Ditengah kesibukan terasa beban kerja berat akan hilang sejenak apabila sudah bermain gasing. Jadi gasing merupakan permainan yang menghibur, disitu akan ada canda tawa diantara para pemain. “ ujar lelaki yang saat ini menjabat sebagai Kepala Dinas Perikanan di Pemda Kabupaten Natuna kepada koranperbatasan.com.
Kata Zakimin, di Rumah Gasing yang terletak tidak jauh dengan keberadaan Sekolah MTS Ranai saat ini sedang berkumpul para pecinta gasing. Mereka membaur dalam sebuah pertandingan persahabatan. “ Team KL dari Desa Kelarik Utara sedang melaksanakan pertandingan persahabatan dengan Team GPN (Gabungan Penggasing Natuna). Rombongan berangkat ke Ranai hari Sabtu kemarin, sejak tadi malam sampai siang ini mereka bermain gasing di Rumah Gasing Yahlang Bah tokoh penggasing Natuna, “ sebut Zakimin melalui pesan WhastApp yang dikirimnya langsung kepeda Redaksi koranperbatasan.com Minggu, (04/11/2018) sore.
Sebagaimana diketahui permainan gasing merupakan budaya lama yang tidak boleh hilang. Menurut Hardi salah seorang pembuat sekaligus pemain gasing yang tinggal di pengadah. Gasing terbuat dari kayu keras seperti pelawan, geremis dan mentagi. Biasanya yang dipilih adalah bagian tengah kayu. Karena pada bagian tersebut lebih keras. “ Ada tiga jenis gasing yakni, gasing tendin, gasing nahan dan gasing pangkak, “ ujar Hardi.
Kata Hardi, di Kabupaten Natuna sepertinya budaya bermaian gasing dilakukan secara turun menurun. Keberadaanya hingga kini masih tetap terjaga dan dilestarikan oleh masyarakat. Permainanya sangat sederhana yakni dengan cara membelit tali pada kepala gasing lalu menarik tali sehingga gasing bisa berputar selama mungkin. “ Dari remaja saya sudah bermain gasing. Dalam permainan gasing jalinan persaudaraan terasa sangat kental. Terutama disaat kita berkumpul memainkan gasing, ” ungkap Hardi.
Nada serupa juga disampaikan oleh lelaki bernama Harun. Kata Harun melalui media gasing justru bisa merasa lebih dekat dengan warga lain, yang sebelumnya tidak saling kenal. Dia menganggap budaya yang satu ini memiliki banyak nilai positif. Terutama saat berkunjung didaerah lain untuk bermain gasing. Harun menjelaskan dimana permainan gasing dapat dipertandingkan antar desa, kecamatan, bahkan antar kabupaten/kota. (Amran).