Oleh : Dede Farhan Aulawi (Pemerhati Industri Musik)
MUNCULNYA banyak penyanyi Indonesia yang membuat decak kagum berbagai masyarakat manca negara terkait suara emas yang dimiliki oleh orang-orang Indonesia memberi peluang sekaligus tantangan bagi industri musik agar bisa mengemas keunggulan menjadi nilai-nilai ekonomi.
Tidak semata kepentingan individu penyanyinya, tapi sekaligus bisa mengangkat nama baik bangsa. Hal ini bisa kita lihat di youtube terkait suara-suara emas anak Indonesia. Mampukah industri musik Indonesia mengemas peluang ini dengan baik ?. Tentu ada tantangan dan kendala-kendala yang tidak mudah, tetapi itulah seni untuk mencapai sebuah sukses dan keberhasilan pasti ada kesulitan-kesulitannya.
Suara emas yang dimiliki oleh Nisya Sabhan, Deden Gonzales, dan lain-lain merupakan tambang-tambang emas negara yang belum dikemas dan dikelola dengan baik untuk “dijual” keluar sehingga menimbulkan devisa. Bahasa lagu atau bahasa musik itu adalah bahasa yang universal. Tanpa mengerti arti dari syair lagunya saja banyak orang yang bisa menikmati. Apalagi kalau mengerti syairnya. Jadi soal bahasa mestinya tidak menjadi masalah karena kata kuncinya adalah “Mengemas Peluang”.
Disaat Migas sebagai salah satu andalan pendapatan negara sudah tidak bisa diharapkan lagi. Pajak yang digenjot juga sudah cukup maksimal. Hutang juga terus meningkat, maka diperlukan terobosan-terobosan kreatif untuk mencari sumber-sumber pendapatan negara lainnya. Salah satu yang bisa menjadi gerbang pendongkrak adalah Industri Parawisata dan Industri Musik Indonesia. Soal nanti seninya digabung dan disesuaikan dengan pangsa pasar masyarakat dunia, tentu persoalan lain.
Fokus pemecahan masalah industri musik, selain masalah pembajakan, juga adalah masalah kreativitas untuk menembus pasar musik internasional, sekaligus eksplorasi bakat-bakat muda Indonesia yang belum tergali, yaitu segmen masyarakat yang termarginalkan oleh kesempatan, padahal potensi suaranya sangat luar biasa indahnya.
Sensitivitas mengelola seni menjadi peluang memang tidak mudah, karena harus memahami karakteristik musik itu sendiri dan membaca “market need”. Tentu akhirnya akan bermuara pada kualitas SDM di bidang industri musik itu sendiri. Sementara kalau dari sisi iklim usaha sebenarnya tidak masalah, karena kebutuhan manusia akan industri hiburan khususnya di bidang musik tidak mengenal musim.
Baru berikutnya bicara soal permodalan untuk pengembangan industri musik, dan aplikasi teknologi mutakhir di bidang permusikan. Intinya Indonesia tidak boleh meninggalkan momentum peluang musik yang besar saat ini. Gebyar suara emas anak Indonesia diberbagai internet harus dimanfaatkan dengan baik. Baik musik dengan pesan religius, sosial, kemanusiaan, atau hiburan semua ada segmennya masing-masing.
Oleh karena itu, industri musik sesungguhnya tidak sekedar hiburan tapi juga bisa menyampaikan pesan-pesan, misalnya pesan perdamaian, dan lain-lain. Ada banyak bentuk perjuangan musik yang bisa dilakukan untuk menata peradaban di dunia ini.
Koran Perbatasan, 17 Desember 2018