Pemberian Motivasi Atlet Prestasi Dibutuhkan, Eddy: Anggaran Pembibitan Atlet Minim

Terbit: oleh -1386 Dilihat
Kepala Bidang (Kabid) Keolahragaan Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) Kabupaten Natuna, Provinsi Kepulauan Riau, Eddy Iskandar, SE.

NATUNA – Kepala Bidang (Kabid) Keolahragaan Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) Kabupaten Natuna, Provinsi Kepulauan Riau, Eddy Iskandar, SE, mengatakan pola pembibitan atlet perlu dilakukan secara berkesinambungan mulai tingkat paling bawah. Pemberian motivasi kepada atlet muda dibutuhkan dalam meraih prestasi sebagai atlet.

Menurut Eddy hal ini perlu dilakukan untuk menyiapkan atlet pelapis dan mengikis kesenjangan prestasi. Oleh sebab itu pada tahun 2023 Dispora Natuna sudah mengusulkan program pembibitan dan pembentukan atlet muda salah satunya Cabang Olahraga (Cabor) tenis meja.

“Dispora pernah melakukan pembibitan itu tahun 2023, di cabang olahraga tenis meja menyiapkan pelatih dan asisten pelatih untuk mendidik atlet-atlet muda dan anak-anak usia dini. Sudah kita usulkan, tahun 2024 memang tidak ada,” ungkap Eddy menjawab koranperbatasan.com diruang dinasnya, Jum’at, 13 Desember 2024.

Meski anggaran terbatas namun dirinya tidak berkecil hati, tetap selalu memantau masing-masing cabor yang memang sudah ada pendidikannya pada setiap event Kejuaraan Daerah (Kejurda), yaitu ajang perlombaan mengevaluasi latihan, melihat perkembangan atlet, dan pelatih, serta meningkatkan performa atlet.

“Sudah ada setiap Kejurda di luar kita panggil pengurusnya yang aktif, kita lihat kesiapannya, kalau anggaran ada kita berangkatkan. Itu salah satu kegiatan tahun 2024,” ujar Eddy.

Menurut Eddy, para atlet bibit muda bisa dilihat potensinya apabila telah mengikuti event kejuaraan. Pada tahun 2024 pernah diadakan seleksi dan para atlet seluruh cabor diuji dalam latihan serta dipantau, jika ada kemampuan maka dianggarkan untuk dibawa keajang kompetisi Kejurda.

“Kita bisa melihat potensinya setelah ada event semua cabang olahraga yang sekarang aktif. Kalau tidak ada kompetisinya sulit. Kemarin pernah diadakan seleksi masing-masing cabor disitulah kita pantau seandainya dari Dispora punya kemampuan anggaran kita bawa mereka dikompetisi Kejurda. Jadi kita melihat prestasi bibit-bibitnya dari situ,” tutur Eddy.

Kata Eddy kendala untuk melakukan inovasi adalah kesiapan anggaran, namun pihaknya tetap memantau serta mensupport setiap cabor atlet muda. Cabor atletik juga minim sarana dan prasarana bahkan tidak ada anggarannya. Tetapi tidak menutup kemungkinan untuk para atlet cabor atletik Natuna meraih prestasi.

“Untuk berinovasi memang agak terhambat, tapi tetap kita lakukan walaupun punya kendala dari segi pendanaannya. Kita tetap selalu memantau dan mensupport kegiatan-kegiatan cabang olahraga. Misalnya di sekolah ada atlet-atlet pelajar, nanti dia berkompetisi mulai U16-U17. Biasanya anak-anak SMA Kelas 1, dan SMP Kelas 3 dari masing-masing cabor atletik ada dapat prestasi. Alhamdulillah kita punya prestasi di Kejurda kemarin, meskipun jalur jalan lurus tanpa sarana prasarana,” beber Eddy.

Eddy mengakui pola pembibitan atlet secara berkesinambungan mulai tingkat paling bawah dalam pemberian motivasi kepada atlet muda meraih prestasi memang agak sulit karena tidak didukung dengan kesiapan anggaran.

“Kalau lihat MoU-nya besar tapi anggarannya tidak begitu besar, tapi ada. Cuma memang sangat minim, kita maunya Dispora Natuna harus punya anggaran untuk pembinaan para atlet-atlet muda berprestasi. Sejauh ini Dispora cuma bisa memantau, melihat prestasi lewat cabang olahraga,” ungkap Eddy.

Eddy menjelaskan sejauh ini Dispora Natuna terbilang aktif bahkan selalu mengadakan rapat dalam memantapkan sembilan cabor. Masing-masing pelatih dan pengurus sembilan cabor tetap aktif menjalankan perannya dalam mencari bibit-bibit muda seperti melalui kegiatan Pekan Olahraga Pelajar Daerah (POPDA).

“Misalnya di POPDA yang sudah kita lalui bulan Juli kemarin masing-masing pelatih dan pengurus aktif. Cuma memang untuk berkelanjutan susah, setelah event selesai aktivitasnya kurang. Kecuali pelatih-pelatih yang aktif berkenan melakukan kursus dengan tidak disupport dana. Jadi atlet yang mengikuti Kejurda atau POPDA ada pendataan bagi yang berprestasi dapat medali. Artinya pemerintah tetap memberikan reward,” jelas Eddy.

Eddy menegaskan indikator untuk bidang olahraga yang harus dicapai adalah medali dan prestasi. Semua itu sudah berjalan hanya saja tidak didukung dengan sarana-prasarana yang memamadai.

“Sekarang kita memang harus berbenah menyiapkan sarana prasarana menjadi prioritas. Jadi itu yang harus kita utamakan dulu, dan kami terus mensupport. Kedepan kalau bisa memang dari masing-masing pelatih sudah harus bersertifikat yang menjadi pembina. Supaya prestasi naik, kemudian setelah event kejuaraan kita adakan evaluasi dimana letak kekurangannya, dan apa yang harus kita tingkatkan untuk mempertahankan suatu medali,” tegas Eddy.

Pengambilan langkah seperti Kabupaten Lingga menurut Eddy bisa menjadi contoh positif dalam mensupport dan mengevaluasi setiap cabor. Langkah tersebut harus dilakukan jika kesiapan anggaran tidak memungkinkan.

“Langkah kedepannya misalnya kita ada 32 cabor terdaftar. Nanti kita pilih-pilih seperti Lingga. Kita evaluasi seandainya memang berat pada anggaran dan pendanaannya minim, maka tidak semua cabor kita libatkan. Misalnya PORPROV yang dipertandingkan ada 30 cabor, disitu kita evaluasi yang berprestasi saja kita libatkan untuk bertanding membawa nama Kabupaten Natuna,” cetus Eddy.

Sebagai Kabid Keolahragaan Dispora Natuna, Eddy berharap kedepan mudah-mudahan ada peningkatan anggaran untuk mensupport setiap cabor dalam jangka waktu panjang dan berkelanjutan.

“Misalnya pada bulan Agustus 2026 ada event, mulai dari April, Mei, Juni sudah harus ada persiapan anggaran. Kalau memang ada kemampuan anggaran tentu akan kita libatkan beberapa atlet dari setiap cabor. Terutama untuk kategori beregu, jadi tidak semua cabor kita libatkan, kecuali cabor umum seperti sepak bola, dan voli. Walaupun hanya satu medali direbut, tapi bergengsi, memang tidak bisa kita tinggalkan. Saya mau kedepan semua cabor berubah pola pikir, jangan hanya ada uang baru bisa aktif,” harap Eddy.

Sejalan dengan itu, Eddy berkeinginan agar program-program cabor berada dibawah pembinaan Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Kabupaten Natuna bisa terbenahi dengan baik. Program-program KONI tersebut harus mendapat support anggaran.

“Sekarang tidak ada support anggaran ke cabor, kebanyakan mandiri. Bagusnya semua cabor di KONI, jadi anggaran-anggaran yang berbau olahraga seperti ikut kejuaraan masing-masing di KONI. Nanti ketika mengajukan proposal, Dispora menyeleksi jadi tim verifikasinya. Jadi yang mengelola terkait dengan aksi memang kebanyakannya harusnya di KONI. Dispora hanya melakukan kerjasama,” pungkas Eddy.

Sebelum mengakhiri Eddy kembali berharap kedepan harus ada pembenahan bekerjasama dengan KONI. Pembenahan atlet masing-masing cabang harus sedini mungkin, berkolaborasi dengan dinas terkait, hidupkan kembali Porseni atau O2SN supaya Dispora mudah mencari bibit.

“Walaupun giat rutinitasnya setiap bulan melakukan pembibitan atau pelatihan terhadap atlet-atlet setiap cabor kalau tidak ada event tidak berfungsi juga. Memmbuat anak-anak kecewa sudah dilatih dari usia dini sampai menjelang SMP-SMA tidak ada event kompetisinya. Hal ini juga saya ingin nanti ada kompetisi batas usia supaya semua cabang olahraga hidup,” tutup Eddy. (KP).


Laporan : Dhitto


 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *