Nelayan : “Bijak Penangkapan, Investasi Masa Depan Kelautan”

Terbit: oleh -33 Dilihat
Rizki-Abdullah

Penulis : Rizki Abdullah

Jurusan : Ilmu Kelautan dan Perikanan

Universitas Maritim Raja Ali Haji (UMRAH) Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan


TIDAK BISA dipungkiri bahwa wilayah Provinsi Kepulauan Riau merupakan wilayah yang kaya terlebih kekayaan baharinya. Hal ini tidak mengherankan dan sangat patut dikarenakan Provinsi Kepulauan Riau didominasi oleh perairan laut hingga 96% dari total wilayahnya.

Sebagai wilayah maritim tentunya akan ada banyak penduduk yang bermata pencaharian sebagai nelayan baik nelayan tradisional maupun nelayan yang telah menggunakan teknologi masa kini.

Sepanjang tahun laut akan mengalami perubahan musim, hal ini yang akan mempengaruhi variasi penangkapan dari komoditas perikanan tangkap. Namun bagaimana pun kondisi perairan laut sebagai nelayan haruslah memiliki kebijakan yang arif dalam menangkap hasil laut.

Mengapa demikian? Karena sama halnya dengan manusia, hewan di laut juga memerlukan waktu untuk berkembang biak. Kita tidak bisa seenaknya menangkap dengan sesuka hati anggar ketersediaannya dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan. Kita menginginkan anak cucu kita turut merasakannya bukan?

Perlu diketahui bahwa nelayan adalah subject atau tokoh utama dalam dalam pelestarian dan ketersediaan perikanan tangkap yang paling berpengaruh. Karena nelayan lah yang melakukan aktivitas secara langsung terhadap laut. Maka kiat-kiat kebijakan dalam menangkap patut untuk diterapkan.

Seperti apa kebijakan dalam penangkapan? yaitu seperti: pertama, tangkaplah hewan buruan yang sudah memenuhi standar seperti berat maupun ukuran. Jadi untuk biota yang belum memenuhi standar janganlah ditangkap agar memberi kesempatan untuk mereka tumbuh lebih besar. Yang kedua, gunakanlah alat yang ramah lingkungan ataupun alat yang telah distandarisasi oleh kementerian Kelautan ataupun dinas terkait.

Hal ini sangat penting karena alat tangkap yang tidak ramah lingkungan akan sangat memungkinkan merusak ekosistem yang ada di laut. Ekosistem yang sangat mungkin dirusak karena alat yaitu ekosistem terumbu karang dan ekosistem lamun (setu). Yang ketiga, para pelaku nelayan modern patut memperhatikan kapasitas tangkap agar tidak melebihi daya dukung lingkungan.

Dengan kata lain tidak melakukan penangkapan berlebih atau bisa disebut dengan istilah overfishing. Bukan tidak mungkin overfishing dapat menyebabkan kepunahan  hewan-hewan laut. Yang keempat, kurangi aktivitas penangkapan pada musim kawin. Memberikan kesempatan pada mereka untuk beregenerasi. Yang kelima, jangan menangkap hewan yang memiliki telur.

Dengan pengalaman melaut selama ini pastinya para nelayan tahu mana hewan yang bertelur dan mana yang tidak. Dalam sekali bertelur seekor ikan dapat mengeluarkan ribuan hingga harga jutaan telur. Bayangkan saja dengan benih sebanyak itu maka dapat menjadi stok ikan di masa depan. Sebaliknya jika yang bertelur ditangkap maka hal ini akan mempercepat kepunahan mereka.

Maka sangat tidak pantas bagi nelayan untuk mengeluh karena sulitnya hasil laut jika hal ini masih dilakukan. Yang memakan ikan bukan hanya manusia tetapi di laut juga memiliki rantai makanan tersendiri. Dan benih ikan sebanyak itu tidak akan semuanya tumbuh besar karena dipengaruhi oleh penangkapan dan rantai makanan tersebut.

Pemerintah Indonesia melalui KKP membuat beberapa kebijakan seperti :

  1. Larangan penggunaan alat tangkap pukat hela (trawl) dan pukat tarik (seine net).
  2. Keputusan Menteri Kelautan Perikanan No. 06 tahun 2010 tentang alat penangkap ikan di WPPNRI.
  3. Penetapan potensi sumberdaya ikan dan jumlah tangkapan yang diperbolehkan (JTB).
  4. Peraturan Menteri Kelautan Perikanan No. 08 tahun 2008 tentang penggunaan jaring insang (Gill net).
  5. Peraturan Menteri Kelautan Perikanan No. 71 tahun 2016 tentang jalur penangkapan ikan dan penempatan alat tangkap.

Tentu saja di luar itu masih terdapat peraturan yang lain. Kebijakan dan aturan pemerintah yang mengatur segala jenis aktivitas kelautan tidak akan berguna jika para pelaku perikanan (nelayan) tidak mematuhinya dan tidak bijak dalam penangkapan. Ingat! Nelayan adalah tokoh utama yang mempengaruhi kekayaan dan kehidupan laut. (KP).


Kiriman Pembaca koranperbatasan.com Kamis, 26 Desember 2019


 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *