Duri Mungil Beracun yang Kaya Manfaat

Terbit: oleh -38 Dilihat
Ervina-Novitasari

Penulis : Ervina Novitasari

Universitas Maritim Raja Ali Haji (UMRAH) Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan


KALIAN pasti tahu Bulu babi kan? Itu loh hewan berduri yang biasanya juga disebut dengan Landak Laut, pernah dengar Bulu Babi kan sob? Jika belum, jom simak ulasan tentng Bulu babi.

Bulu Babi (Sea Urchin) hidup di pesisir pantai atau perairan dangkal yang umumnya memiliki terumbu karang yang indah. Hewan yang berduri disekujur tubuhnya ini memiliki sistem proteksi diri berupa racun yang ada pada duri-durinya. Hewan ini memang dirancang sedemikian rupa oleh sang pencipta untuk melindungi diri dari serangan predator dihabitatnya.

Bulu Babi ini termasuk kedalam hewan nokturnal loh, aktif pada malam hari untuk mencari makan disekitaran batu karang. Makhluk pasif ini sebenarnya tidak menyerang, namun bukan tidak mungkin saat kita berenang di laut terjadi kontak fisik oleh hewan satu ini. Efek terkena Bulu Babi pada kulit ialah nyeri pada kulit yang tertusuk Bulu Babi bahkan reaksi pada tubuh yaitu kesusahan bernapas.

Meski cukup membahayakan, dibalik durinya yang beracun, Bulu Babi juga banyak dimanfaatkan sebagai bahan makanan, bahkan pemanfaatannya sampai pada lingkup dunia kefarmasian. Pemanfaatan Bulu Babi sebagai bahan makanan adalah dengan mengambil gonadnya. Gonad (kelenjar kelamin) Bulu Babi merupakan komoditas pangan yang dikenal secara luas dan merupakan makanan yang bernilai gizi tinggi. Gonad Bulu Babi mempunyai sekitar 28 jenis asam amino yang sangat berguna untuk pertumbuhan dan kesehatan manusia.

Selain itu dalam dunia kefarmasian, Bulu Babi mengandung asam lemak tak jenuh omega 3 yang berkhasiat untuk menurunkan kandungan kolesterol manusia serta memiliki aktivitas sebagai antioksidan da. Bulu babi juga kaya kandungan vitamin A, vitamin B kompleks dan mineral yang dapat memperlancar fungsi sisstem saraf dan metabolism tubuh manusia.

Namun sayang di Indonesia Bulu Babi belum dimanfaatkan secara maksimal hanya sebagian kecil yang dapat dikomsumsi dan sisanya hanya dijadikan sampah dan dibuang begitu saja. Jangan menikmati keindahan alam hanya dengan menggunakan penglihatan saja. (KP).


Kiriman Pembaca koranperbatasan.com Minggu, 22 Desember 2019


 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *