NATUNA – Kepala Sesi Kedaruratan, Logistik, Rehabilitasi dan Rekonstruksi Bidang Penanggulangan Bencana, Dinas Pemadam Kebakaran Kabupaten Natuna, Provinsi Kepulauan Riau, Elkadar Lismana, S.A.P.,M.Si, mengakui telah menerima laporan dari warga terkait cuaca ekstrem mengakibatkan kerusakan dibeberapa daerah.
Laporan warga tersebut diterimanya sejak Rabu, 14 Juli 2021, seperti adanya musibah pohon tumbang di pelabuhan Desa Tanjung yang diakibatkan oleh angin kencang atau lebih dikenal dengan angin puting beliung skala kecil.
Kata Elkadar, kerusakan parah akibat cuaca ekstrem itu juga terjadi di Desa Sepempang, dimana 17 rumah warga dan Kantor RRI atapnya bertebangan, bahkan beberapa rumah warga juga dilaporkan rusak tertimpa pohon.
“Jadi setelah selesai melaksanakan operasi di pelabuhan Desa Tanjung. Kami melanjutkan operasi di Desa Sepempang, mulai beroperasi lebih dari jam 10 siang sampai jam 3 sore baru selesai,” kata Elkadar kepada koranperbatasan.com di Jl. Soekarno-Hatta, Ranai Kota, Rabu petang, 14 Juli 2021.
Terus lanjut Elkadar, ada juga kejadian rumah roboh di Selat Lampa, keramba masyarakat rusak di Sededap. Bahkan di Midai, 3 buah pompong nelayan terdampar disebabkan gelombang tinggi dan angin kencang.
“Karena keterbatasan sarana dan prasarana serta jumlah personil, rentang kendali juga, maka kita minta maaf, belum bisa mengatasi atau menangani kejadian-kejadian diluar pulau bunguran besar. Terutama kejadian di pulau-pulau,” ujarnya.
Saat ini penanganan musibah yang terjadi di pulau-pulau ditangani langsung oleh pemerintah desa dan kecamatan setempat. Namun apabila skalanya lebih besar tidak menutup kemungkinan pemerintah kabupaten akan turun ke pulau-pulau tersebut.
Dalam hal ini, Elkadar menghimbau kepada masyarakat untuk tetap siaga dan antisipasi terhadap kondisi cuaca yang tidak menentu saat ini. Terutama kepada para nelayan, untuk sementara menahan diri agar tidak melaut.
“Jika pun tetap memaksa melaut, diharapkan jangan terlalu jauh dari bibir pantai atau dekat dengan pulau. Kalau bisa jangan satu pompong, tapi bergandengan dengan beberapa pompong. Terus dilengkapi alat keselamatan diri, persedian BBM dan sembako mencukupi. Yang paling penting, alat komunikasi harus tersedia,” sebutnya.
Elkadar juga menyebutkan bahwa pihaknya telah menjalin kerjasama dengan Basarnas Natuna, antisipasi kejadian-kejadian yang tidak diinginkan di laut. Misalnya pompong rusak atau gelombang terlalu tinggi sehingga menyebabkan patal bagi nelayan-nelayan tersebut.
Sejalan dengan hal itu, Elkadar juga memastikan bahwa Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Natuna akan segera disahkan.
“Alhamdulillah kita dari Bidang Penanggulangan Bencana Dinas Pemadam Kebaran sudah menyediakan dan menyelesaikan dokumen-dokumen yang diperlukan. Data-data yang dibutukan sudah kita lengkapi juga, info terakhir dari organisasi itu verifikasi pun sudah selesai, sudah ada berita acara verifikasi. Kita mohon, tahun ini BPBD disahkan dan semoga tahun 2022 mulai operasi,” tuturnya.
Kemungkinan operasinya lanjut Elkadar, akan mulai diresmikan pada bulan Januari tahun 2022 mendatang. Karena menyangkut penganggaran, dan proses penganggaran tersebut akan dimulai dari APBD Murni tahun 2022.
Elkadar berharap, dengan adanya BPBD nanti, kewenangan penanggulangan bencana bisa lebih luas, kuat dan tangguh terhadap bencana. Bahkan bisa berkoordinasi langsung dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), maupun BPBD Provinsi.
“Karena apa, kalau kita masih bergabung dengan dinas pemadam kebaran dalam bentuk bidang, agak susah mendapatkan bantuan dari BNPB maupun BPBD Provinsi, menyangkut berita acara serah terima barang,” tutupnya. (KP).
Laporan : Johan