Orang Tua Guru Utama Bagi Anaknya Saat Pandemi

Terbit: oleh -31 Dilihat
Suherman, SH, Kadisdik Natuna, poto bersama wartawan koranperbatasan.com di ruang kerjanya usai memberi keterangan terkait tantangan baru dunia pendidikan.

NATUNA – Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Natuna, Suherman, SH membenarkan pandemi Covid-19 tantangan baru dunia pendidikan, menjadi gambaran kelangsungan dunia pendidikan di masa depan melalui bantuan teknologi.

Suherman juga mengakui dimana proses belajar mengajar menggunakan teknologi sejenis HP Android tetap tidak dapat menggantikan peran guru, dosen, dan interaksi belajar antara pelajar dan pengajar sebab edukasi bukan hanya sekedar memperoleh pengetahuan tetapi juga tentang nilai, kerja sama, serta kompetensi.

“Situasi pandemi ini menjadi tantangan tersendiri bagi kreativitas setiap individu dalam menggunakan teknologi untuk mengembangkan dunia pendidikan,” ungkapnya kepada koranperbatasan.com di ruang kerjanya, Jum’at 16 Juli 2021.

Kata Suherman, kelemahan pertama yang dialami ketika belajar jarak jauh menggunakan HP Android baik murid maupun orang tuanya ketika hendak memulai belajar melalui zoom.

“Namun kesulitan ini bukan hanya terjadi di tempat kita saja, juga di daerah lainnya. Memang keterbatasan perangkat komunikasi ini yang sulit. Kadang ada perangkatnya jaringan tidak ada. Perangkatnya ada, jaringan ada, uang untuk membeli pulsa paketnya pula tidak ada,” ujarnya.

Menurut Suherman, memang ada banyak persoalan yang telah mereka temukan. Oleh karena itu, sekolah harus bisa mencarikan solusi seperti apa berinteraksi. Apakah dengan cara mempotocopikan lembar kerjanya.

“Kemudian ada juga orang tua kesulitan karena bukan latar belakang guru, bahkan ada juga orang tuanya yang tidak sekolah. Makanya guru itu memang harus berinteraksi,” tuturnya.

Sejalan dengan itu, kepedulian orang tua terhadap kedisiplinan belajar anak-anaknya di rumah juga masih sangat diragukan. Kebanyakan mereka yang rutin belajar adalah anak-anak yang orang tuanya berpendidikan dan berlatar belakang guru.

“Memang sulit jadinya, tidak sebaik tatap muka. Jadi ini tantangan anak-anak saat berada di rumah, apakah mereka tetap belajar apa tidak, dalam hal ini perlu peran orang tua,” imbuhnya.

Kondisi saat ini membuat Suherman sebagai Kadisdik Natuna merasa terpukul akan kesiapan pendidikan anak-anak terutama bagi mereka yang baru duduk di bangku kelas 1 sekolah dasar.

“Ada guru bilang ke saya, anak SD itu, jangankan di suruh nulis. Ini pensil saya pegang tanganya gementeran, bahkan ada yang tidak bisa memegang pensil ketika diminta menulis. Nah, itu dibimbing langsung, apa lagi kita bilang A melalui zoom, kira-kira apa yang akan mereka tulis,” pungkasnya.

Dalam hal ini, peran orang tua menjadi sangat penting akan masa depan anak-anaknya. Orang tua harus berusaha keras mendidik anak-anaknya saat berada di rumah dengan dibantu bimbingan para guru melalui bantuan teknologi.

“Sebenarnya dering itu atas permintaan dari sebagian besar orang tua murid, karena mereka takut anak-anaknya terpapar Covid-19. Jadi ada yang mau shif ada juga yang minta daring,” terangnya.

Tantangan dunia pendidikan saat ini bahkan sempat membuat Suherman menceritakan kondisi anak-anaknya sendiri. Katanya hampir setiap hari anak-anaknya tidak berada di rumah.

“Pergi saya ke kantor dia pun pergi. Jadi wajar jika ada yang berpikir lebih baik dia main di sekolah. Beda sama anak-anak di kota besar seperti Jakarta. Mungkin, tidak pandemi pun di rumah, karena memang tidak ada tempat bermainnya. Rumahnya rata-rata apartemen, berpagar tinggi, tidak ada interaksi dengan tetangga. Maka anak-anaknya bisa di rumah dan mereka sudah terbiasa dari kecil. Beda dengan kita, pandai sedikit merangkak sudah pergi main,” tutupnya. (KP).


Laporan : Johan


 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *