TANJUNGPINANG – Ady Indra Pawennari, warga Kota Tanjungpinang, Provinsi Kepulauan Riau yang berdomisili di Jalan WR Supratman Gang Nusantara I, Kelurahan Air Raja, Kecamatan Tanjungpinang Timur berhasil menanam padi dipekarangan rumah miliknya.
Lelaki yang pernah memperoleh penghargaan sebagai pahlawan untuk Indonesia 2015 bidang inovasi teknologi digelar MNC Media ini memang memiliki pekarangan rumah cukup luas, sehingga bisa dimanfaatkan untuk menanam berbagai jenis tanaman termasuk padi.
Kata Ady, khusus untuk menanam padi pada pekarangan rumah bekas tambang bauksit ini tidak lah begitu besar, hanya berukuran 9×4 meter saja. Namun, padi yang ia tanam tumbuh subur, dan telah melewati beberepa kali panen.
Menurut pengusaha muda yang terbilang ulet dan pernah dipercaya menjabat Ketua Asosiasi Industri Sabut Kelapa Indonesia (AISKI) Provinsi Riau (2012-2017) ini, padi yang berhasil ia tanaman adalah jenis Varietas CL 220. Benih padi tersebut diperolehnya dari Sulawesi Selatan, tempat dimana ia dilahirkan.
Ady menjelaskan padi jenis Varietas CL 220 biasanya akan panen jika telah berumur 100 hari. Tanaman padi tersebut diolahnya hingga hasil panen hanya untuk kebutuhan makan sendiri, sehingga tidak perlu lagi membeli beras.
“Alhamdulillah, sudah panen. Bisa makan nasi pakai padi hasil tanam sendiri,” ungkap Ady, Selasa, 13 Juni 2023.
Ady yang saat ini diketahui menjabat Ketua Umum Himpunan Penambang Kuarsa Indonesia (HIPKI) ini menyebut Tanjungpinang terkenal bertanah bauksit dengan struktur yang keras dan bebatuan. Sebagian orang menilai tanah keras dan bebatuan seperti tanah bauksit, mustahil dan sangat sulit untuk menanam padi.
Namun Ady mengesampingkan penilaian itu, ia pun mencoba menanam padi dipekarangan rumah miliknya yang bertanah bauksit. Meski bukan sarjana pertanian, melainkan hanya anak seorang petani di Sulawesi Selatan. Justru darah yang mengalir dari orang tuanya membuat ia tetap mencintai pertanian. Akhinya ia berhasil menanam padi di tanah bekas tambang bauksit yang dinilai orang mustahil tersebut.
“Saya kan memang anak seorang petani, jadi saya terinspirasi dan ingin mencoba,” ujar lelaki kelahiran Wajo, Sulawesi Selatan ini.
Awalnya Ady mengaku tertantang sehingga muncul rasa ingin mencoba membuktikan bahwa tanah yang keras dan bebatuan juga bisa dimanfaatkan untuk menanam padi. Namun dengan rekayasa teknologi tertentu. Ady menggunakan inovasi serbuk kelapa atau cocopeat. Tanah bauksit berwarna merah dan keras dipekarangan rumahnya itu, ia beri cocopeat.
Ady menceritakan, cocopeat mudah menyerap dan menyimpan air yang cukup lama. Saat musim kemarau, cocopeat membantu untuk melembabkan tanah. Karena itu lah padi yang ia tanam dipekarangan rumahnya dapat tumbuh subur, meskipun di atas tanah berstruktur bauksit keras dan bebatuan.
Ady mengaku tidak menggunakan pupuk khusus untuk menyuburkan tanaman padi tersebut. Ia hanya menggunakan pupuk biasa sama seperti yang digunakan oleh para petani lainnya. Sawah dicetak di belakang rumahnya dengan sistem tanam benih langsung (tabela) ditabur di atas tanah yang sudah ada pupuknya.
“Kalau malam hari, cocopeat bisa menyerap air dari udara,” tutur Ady.
Lebih jauh Ady menjelaskan, menanam padi di atas tanah bauksit bukan pertama kali dilakukannya. Pada Agustus tahun 2022 silam, ia pernah mencoba menanam padi, namun hasilnya kurang maksimal. Untuk kedua kalinya sekitar beberapa bulan lalu, Ady meyakini padi yang ditanamnya akan tumbuh subur secara maksimal.
Ady pun mengaku hasil percobaan kedua kalinya ini lumayan baik dan cukup maksimal. Padi yang ditanamnya terus tumbuh. Bulirnya penuh dan subur.
“Sekarang hasilnya maksimal. Bisa panen beras sebanyak kurang lebih 39 kilogram,” bebernya.
Selama ini, lanjut Ady, beras yang ada di Tanjungpinang, merupakan beras yang didatangkan dari daerah lain. Masyarakat harus membeli beras yang tersedia. Oleh karena itu, Ady mengajak masyarakat Tanjungpinang agar ikut mencoba menanam padi dengan memanfaatkan pekarangan rumah.
“Yang penting usaha dan mencoba,” pungkas Ady.
Ady merasa yakin dengan menanam padi di lahan yang sempit atau dipekarangan rumah dan tumbuh subur, masyarakat tidak akan bergantungan lagi dengan beras yang didatangkan dari daerah lain.
“Di Tanjungpinang kita juga bisa menghasilkan beras dari padi yang kita tanam sendiri. Semoga panen padi ini jadi inspirasi buat masyarakat,” tegas Ady.
Keberhasilan atas upaya kerja keras yang dilakukan Ady bukan hanya tentang menanam padi di lahan bekas tambang bauksit. Namun menjadi catatan sejarah baru bagi Kota Tanjungpinang. Karena ini pertama kalinya Tanjungpinang berkontribusi sebagai daerah penghasil padi di Indonesia.
Kedepan, Ady pun mengaku telah memiliki rencana jangka panjang untuk dapat mengembangkan lahan tanaman padi yang ia miliki saat ini. Ady berencana akan membangun ratusan hingga ribuan petak tanah di Tanjungpinang dan mengulang kisah sukses menanam padi.
Tujuannya adalah untuk mengembangkan tanaman padi di Tanjungpinang, khususnya di daerah bekas lahan bauksit yang keras dan bebatuan. Bahkan, Ady akan mengajak dua pemerintah daerah untuk membuat gerakan massal memanfaatkan lahan kosong menanam padi hingga panen.
Sebab saat ini, kata Ady, masih banyak lahan tidur atau lahan kosong di Kota Tanjungpinang yang bermanfaat untuk bertani dan bercocok tanam.
“Insya Allah saya siap jadi bapak angkat jika ada yang berminat. Artinya saya siap mendampingi dari sisi teknologi dan pembiayaan serta pengolahan pasca panen,” terang Ady.
Selain itu, Ady mengaku telah dihubungi oleh peneliti dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dan Kementerian Pertanian (Kementan) atas keberhasilan menanam padi di tanah bekas tambang bauksit. Ia mengapresiasi respon positif sejumlah pihak termasuk dua lembaga pemerintah atas keberhasilan menanam padi tersebut.
“Saya sudah dihubungi BRIN dan Kementan. Mereka mengajak untuk kolaborasi mengembangkan tanaman padi di Tanjungpinang,” papar Ady. (KP).
Laporan : Denny Jebat