NATUNA – Memasuki usia ke 20 tahun, Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Natuna tampak berkembang secara dinamis. Dari waktu ke waktu selalu ada peningkatan, dimana STAI hadir sejak 26 Agustus 2002 lalu dengan satu program studi (Prodi) yakni Pendidikan Agama Islam (PAI). Namun sekarang STAI Natuna sudah memiliki lima program studi, diantaranya PAI, Ekonomi Syariah, Hukum Pidana Islam (Jinayah), Pendidikan Islam Anak Usia Dini (PIAUD) serta Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI).
“Insya Allah setelah 20 tahun ini, kita merencanakan akan menambah dua prodi lagi yaitu Pemikiran Politik Islam dan Pariwisata Syariah,” ungkap Ketua STAI Natuna, H. Umuar Natuna, S.Ag, M.Pd.I pada malam puncak Gebyar Milad ke-20 STAI Natuna, Jum’at 26 Agustus 2022 di Kampus.
Selain adanya penambahan prodi kata Umar, perkembangan dinamis juga tampak dari sisi mahasiswa. Awal hadir perguruan tinggi satu-satunya di Kabupaten Natuna ini, pada tahun 2002 berjumlah 67 mahasiswa, sekarang tercatat 1.238 mahasiswa. Begitu juga alumni pertama berjumlah 17 orang, sekarang sudah tercatat 1.338 orang.
“Segi dosen dulu hanya 7 orang, sekarang 48 orang,” kata Umar.
Menurut Umar melalui pengabdian masyarakat, baik dari mahasiswa yang melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) maupun riset yang dilakukan oleh sivitas akademika. STAI Natuna hadir ditengah masyarakat dengan memberikan edukasi-edukasi terhadap pemahaman agama Islam.
“Selama ini Islam hanya dipahami sebagai sebuah ritual sempit. Kita memberi pemahaman Islam tidak hanya urusan ibadah tetapi juga urusan lain seperti politik, ekonomi, budaya dan seterusnya,” ujarnya.
Selain itu, juga merubah pola pikir masyarakat dan memberikan praktik keagamaan. Salah satu yang dikembangakan yaitu ibadah kurban Idul Adha di Desa Teluk Buton dan Kampung Tua Segeram.
“Dulu di Teluk Buton itu tidak ada orang yang berkurban, jadi kita mulai disana. Sudah mulai kita berpindah di Segeram. Segeram awalnya tidak ada orang mau berkurban, kita masuk 3 tahun disana orang sudah mulai mau atau berkurban,” jelasnya.
Melalui riset, Umar mengungkapkan rencana kedepan sivitas akademika STAI Natuna ingin menggali modal sosial masyarakat. Sehingga masyarakat bisa berkembang dari kekuatan yang ada pada dirinya.
“Kenapa masyarakat kita dulu bisa eksis, bertahan walaupun daerahnya terpencil dan tidak ada akses. Karena dia punya kebersamaan yang kuat, punya solidaritas yang kuat. Itu modal sosial yang harus kita bangkitkan kembali untuk kedepannya,” paparnya.
Umar meyakini, jika modal sosial itu bisa dibangun dan digerakan, maka akan memberikan pengaruh terhadap percepatan perkembangan Natuna kedepan.
“Dari hasil riset akan kita kaji kembali. Dari kajian-kajian ini akan kita sosialisasikan kepada masyarakat. Ini lo yang kita punya, ini lo yang kita miliki, yang harus kita perkuat kedepan. Soalnya masyarakat kita inikan masyarakat yang potensial, potensinya kuat, besar, semuanya ada. Cuma dia tidak berkembang karena kehilangan modal sosial atau modal awalnya itu,” pungkasnya.
Sedangkan untuk orientasi pembinaan dan pembelajaran kedepan lanjut Umar, STAI Natuna akan mendesain bagaimana mempersiapkan mahasiswa bisa berbuat. Oleh sebab itu, maka ada penambahan standar kelulusan.
“Disamping standar akademik, ada standar non akademik yaitu kemampuan keagamaan, tamadun melayu dan entrepreneur. Supaya mereka bisa berbuat apa?,” imbuhnya.
Dengan penambahan standar kelulusan, maka diharapkan setelah lulus mahasiswa bisa berbuat dan memiliki karakter yang menjadikan dirinya sebagai sumber inspirasi.
“Si A ini potensinya apa, oh punya talenta seni sastra. Maka harus kita arahkan dia itu, supaya bisa berbuat,” terangnya.
Dalam hal ini, Umar mencontohkan beberapa alumni STAI Natuna yang sudah bisa berbuat.
“Pak Sahidin jadi kepala sekolah, Supardi jadi camat misalnya, mereka memperkuat apa yang sudah ada. Tapi ada juga yang menciptakan yang baru, seperti Tomi, Pak Budi Nurhamid mendirikan sekolah, kan berbuat apa dia. Itu yang harus kita dorong,” sebutnya.
Umar berharap potensi yang sudah ada bisa dikembangkan lebih maju dan mendapatkan dukungan dari semua pihak terutama Pemerintah Daerah Kabupaten Natuna.
“Karena STAI Natuna itu aset daerah kan, harus ada dukungan politik, ekonomi, keuangan dan dukungan lainya,” cetusnya.
Seraya Umar berharap STAI Natuna bisa menjadi universitas Islam pertama di Kabupaten Natuna. (KP).
Laporan : Johan