NATUNA – Satu-satunya solusi menyediakan cadangan air untuk mengantisipasi kekeringan di musim kemarau di Kabupaten Natuna, Provinsi Kepulauan Riau adalah mengkatifkan Embung Sebayar yang telah dibangun oleh Kementerian PUPR melalui Balai Wilayah Sungai (BWS) Sumatera IV Batam, Direktorat Jenderal (Ditjen) Sumber Daya Air.
Penegasan pemanfaatan Embung Sebayar sebagai satu-satunya solusi untuk mengatasi krisis air bersih di Natuna tersebut disampaikan langsung oleh Direktur Perusahaan Umum Daerah (Perumda) Air Minum Tirta Nusa Kabupaten Natuna, Zaharuddin.
Menurut lelaki yang akrab di sapa Bang Deng, tidak ada solusi lain, selain dari mengkatifkan pemanfatan Embung Sebayar. Karena embung tersebut mampu menghasilkan 68 liter air perdetik, diperkirakan sanggup mengcover sekitar 6.000 pelanggan.
“Maksud saya Embung Sebayar itu diaktifkan untuk mengcover kekurangan air di musim kemarau. Cuma itu solusinya, apa lagi jumlah penduduk semakin hari semakin bertambah, kalau solusi lain belum ada,” ungkap Bang Deng menjawab koranperbatasan.com di ruang dinasnya, Selasa, 06 Agustus 2024.
Saat ini, kata Bang Deng, selain stok air terbatas, penyebab utama terjadinya krisis air bersih di Natuna juga dikarenakan kondisi pipa jaringan yang berfungsi membawa air baku dari sumber ke lokasi pengolahan, dan atau dari bangunan pengumpul ke titik awal distribusi sudah tidak lagi memadai.
Bang Deng memastikan pipa-pipa saluran air yang ada saat ini tidak layak digunakan lagi. Pipa-pipa tersebut terpantau sudah kadaluarsa, sehingga tidak mampu menahan tekanan air dalam volume besar. Pipa-pipa tersebut sering pecah, menghasilkan kebocoran pada saluran air berulang kali. Jika dihitung, biaya memperbaiki pipa-pipa pecah juga tidak sedikit, tentunya akan lebih baik menggantinya dengan pipa baru.
“Tidak layak lagi, sudah kadaluarsa, pipa-pipa itu punya batas umur, makanya kebocoran air akibat pipa pecah sangat tinggi. Kami melakukan perbaikaan hampir setiap hari. Yang paling parah lagi ketika keran rusak, kami harus mematikan keran induk, tentu berdampak pada pelanggan,” ujar Bang Deng.
Bang Deng menjelaskan, pipa jenis PVC yang digunakan saat ini hanya mampu bertahan 15 tahun. Lama pipa yang terpasang sudah melebihi batas waktu, dan harus diganti dengan pipa baru. Sementara pihaknya belum mengetahui dari mana mendapatkan biaya untuk mengganti pipa-pipa tersebut.
Persoalan ini, lanjut Bang Deng, sudah disampaikan kepada Bupati Natuna Wan Siswandi. Tindaklanjut dari hal itu, Bupati Natuna Wan Siswandi pun telah meneruskan usulan tersebut kepada kementerian terkait. Saat ini posisi Perumda Air Minum Tirta Nusa Natuna sedang menunggu hasil usulan yang telah disampaikan.
“Sekarang kita menggunakan pipa PVC, bagusnya untuk pipa transmisi menggunakan GIV, dan distribusi menggunakan HDPE. Pipa PVC batasan umurnya 15 tahun saja, setelah 15 tahun dikategorikan kadaluarsa. Pipa itu pecah karena gesekan air, terutama air yang terikut material pasir, dan sebagainya. Sudah tidak ada toleransi lagi, kita harus segera mengganti seluruh jaringan. Jika tidak diganti, sampai kapanpun begini terus,” tegas Bang Deng.
Sebagai Dirut Perumda Air Minum Tirta Nusa Natuna, Bang Deng menyakini keluhan atas kebutuhan pihaknya telah disampaikan oleh Bupati Natuna Wan Siswandi kepada kementerian dan pihak-pihak terkait. Sebab dirinya sendiri sempat bertemu salah satu pimpinan lembaga yang mengatakan semua itu telah mereka terima, dan sedang diusahakan untuk direalisasikan.
“Sudah diusulkan bupati ke kementerian, pak bupati sendiri bertemu langsung menyampaikan surat permohonan. Kemarin pas acara di Bali saya ketemu dengan pak direktur melengkapi secara teknis. Beliau bilang kemarin pak bupati sudah bertemu sama saya, menyampaikan permintaan dan permohonannya kepada saya. Mudah-mudahan tahun 2025 terealisasi. Memang kita tidak boleh diam, harus kejar terus. Secara sistem sudah komplit, sudah masuk di SIPPa PUPR, sudah sampai tahap Bappenas,” terang Bang Deng.
Lebih jauh, Bang Deng menegaskan, persoalan krisis air bersih di Natuna memang harus segera diselesaikan. Sebab air merupakan kebutuhan dasar yang harus terpenuhi. Selain untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, ketersedian air bersih memang menjadi tanggungjawab pihaknya.
“Kementerian harus bantu, karena ketersediaan air adalah untuk melayani alat negara yang ditempatkan di Natuna, dan masyarakat. Kalau tidak dibantu, Natuna akan krisis air sepanjang masa. Masalahnya cuma dua, instalasi dan sumber air baku. Sumber air baku kita sekarang sungai-sungai di gunung. Akibat pemanasan global debit air turun drastis. Biasanya panas dua minggu tidak ada efek, sekarang jangankan panas dua minggu, panas satu minggu saja debit di sungai menurun,” beber Bang Deng.
Bang Deng mengaku mengetahui sebab utama terjadinya krisis air bersih di Natuna, dan bagaimana cara mengatasinya. Hanya saja, pihaknya tidak bisa berbuat banyak terbentur anggaran. Anggran dibutuhkan terpaut pada kesiapan Pemda, karena PDAM Natuna belum berdiri sendiri, masih berbentuk perusahaan umum milik daerah.
“Kami tergantung kesiapan Pemda Natuna, karena kami adalah operator, makanya disebut Perumda. Kami ini perusahaan miliknya pemerintah, pemegang sahamnya 100 persen pemerintah diwakili bupati selaku KPM. PDAM ibaratkan supir mobil, kalau mobil habis minyak, atau pecah ban, supir minta uang lapor sama bos,” pungkas Bang Deng.
Dalam hal ini, Bang Deng mengapresiasi perjuangan Pemda Natuna yang telah mengajukan permohonan bantuan anggaran kepada pemerintah pusat sebesar Rp240 miliar lebih, untuk mengatasi krisis air bersih khusus di ibu kota. Perjuangan tersebut bertujuan agar tidak terlalu membebani kesiapan APBD Natuna.
“Kalau melihat history tidak mampu menggunakan APBD. Kita pun tidak tega membebankan anggaran sebesar itu kepada APBD. Kami hanya menjalankan tugas yang sudah ada dalam Perbup. Intinya pipa sudah tua, sudah menipis, mudah pecah, dan harus diganti sesuai standart perpipaan. Kalau sudah diganti, dan embung diaktifkan, saya jamin tidak ada lagi masalah air di Natuna,” tutup Bang Deng. (KP).
Laporan : Dhitto