BINTAN – Ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Persatuan Nelayan Budidaya dan Konservasi Perairan Indonesia (PNBKP-I) Kabupaten Bintan, Provinsi Kepulauan Riau, M. Safendi menilai masih banyak nelayan pesisir yang belum mendapatkan bantuan dari pemerintah baik Pemerintah Kabupaten Bintan maupun Provinsi Kepri.
Namun demikian anak muda yang dipercaya mewakili suara para nelayan di Kabupaten Bintan tersebut mengakui bahwa peran pemerintah dalam memperjuangkan nasib nelayan lokal sudah sangat baik, hanya saja belum maksimal.
“Bantuan dari pemerintah sejauh ini sangat baik, hanya saja belum merata seperti nelayan di Desa Mapur, menurut saya kurang mendapat perhatian dari pemerintah,” ungkap Safendi kepada koranperbatasan.com di salah satu perkampungan nelayan Sungai Enam Bintan, Jum’at 04 Maret 2022.
Lelaki yang akrab disapa Pendi oleh rekan-rekan nelayan setempat itu mengaku tidak mengerti megapa nelayan-nelayan yang berada di Desa Mapur Kecamatan Bintan Pesisir kurang diperhatikan.
“Kurang paham juga, mungkin karena daerahnya jauh dari jangkauan atau mungkin karena jauh dari Ibu Kota Kabupaten Bintan,” ujarnya.
Padahal lanjut Pendi, dari 600-700 jumlah jiwa masyarakat di Desa Mapur Kecamatan Bintan Persisir, Kabupaten Bintan diketahui hampir 80-90 persen bekerja sebagai nelayan.
“Artinya laut adalah sumber penghasilan utama masyarakat di daerah itu. Penduduknya cukup ramai kira-kira 600-700 jiwa,” terang Pendi.
Kata Pendi, dirinya tak kuatir kemana para nelayan harus menjual hasil tangkapannya, karena hampir setiap daerah di Kabupaten Bintan sudah ada penampung yang siap membeli. Tinggal bagaimana para nelayan meningkatkan kemapuan dan peralatan tangkapnya.
“Biasanya hasil tangkapan nelayan dijual kepada toke-toke. Jadi tidak susah menjualnya, karena ada banyak yang siap membeli bahkan hampir di setiap pulau di Bintan ini suadah ada toke yang siap membeli hasil tangkapan nelayan,” ungkap Pendi.
Dihadapan beberapa nelayan pesisir saat itu, budak Melayu yang juga dipercaya menjabat sebagai Ketua Gagak Hitam Sambang Bintan itu pun meceritakan jenis-jenis tangkapan nelayan yang terbanyak dan memiliki nilai jual cukup tinggi.
“Ada cumi, sotong karang, selar dan selikur serta ikan karang lainnya. Kalau nelayan pesisir mereka menangkapnya tidak jauh, biasnya di sekitar perairan laut Bintan saja, menggunakan alat tradisional jenis jaring, rawai dan bubu,” jelas Pendi.
Dalam hal ini, Pendi berharap Pemerintah Kabupaten Bintan melalui dinas terkait berkolaborasi mendampingi kelompok-kelompok nelayan yang ada di Bintan memberikan semacam pelatihan, pembinaan dan bantuan alat tangkap untuk nelayan-nelayan lokal.
“Kami berharap nelayan-nelayan ini diberikan bantuan berupa alat tangkap yang memadai, sesuai dengan kemajuan zaman agar hasil tangkapan mereka meningkat dan ekonominya terbantu,” tutur Pendi. (KP).
Laporan : Deny Jebat