NATUNA – Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Natuna, satu-satunya perguruan tinggi yang ada di Kabupaten Natuna, Provinsi Kepualauan Riau. Terhitung sejak tanggal 26 Agustus 2002 lalu, kini STAI Natuna sudah berusia 19 tahun.
Bermottokan “Berpikir Global Bertindak Lokal” STAI Natuna tentunya sudah banyak melahirkan generasi cerdas dan berkualitas, meskipun kehadirannya sempat pernah diragukan, bahkan tak jarang menjadi gurauan.
Bertepatan di hari jadinya yang ke-19 tahun, Kamis, 26 Agustus 2021, berbagai testimonipun mencuat ke publik, baik itu dari lisan para Alumni STAI Natuna sendiri, maupun dari buah pemikiran para tokoh serta elemen masyarakat khususnya Kabupaten Natuna.
Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Natuna, H. Mustafa, S. Pd.I, menyebut, untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, secara kualitas STAI Natuna sudah sangat luar biasa. Hal itu terbukti banyaknya Alumni STAI Natuna bekerja di lembaga-lembaga pemerintahan.
“Kemarin ikut tes (CPNS-red) itu, sudah banyak Alumni STAI Natuna yang lulus, sekarang sudah jadi guru, bahkan ada yang bekerja di kantor pemda, begitu juga di kantor swasta,” ungkapnya.
Senada dengan itu, Ketua KNPI Kabupaten Natuna, Haryadi S, SE juga mengakui adanya manfaat dan keuntungan bagi masyarakat terutama generasi muda atas kehadiran Kampus STAI Natuna.
“Hari ini, coba kita lihat dilingkungan sekitar se-Kabupaten Natuna, tidak bisa kita pungkiri bahwa banyak anak-anak muda Natuna yang pendidikannya sudah sarjana, salah satu faktor penyebabnya adalah STAI Natuna,” sebutnya.
Salah satu faktor penyebab dan berperannya Alumni STAI Natuna di lembaga pemerintahan diperkuat dengan adanya sosok Pelaksana tugas (Plt) Camat Bunguran Selatan, Syupardi, S.Pd.I.
Melalui jalur reguler Syupardi menceritakan sejak terdaftar dirinya sebagai Mahasiswa STAI Natuna dengan Program Studi (Prodi) Pendidikan Agama Islam (PAI) tahun 2002-2007, diakuinya memang terdapat banyak dinamika.
“Salah satu munculnya istilah STAI “Sekolah Tidak Ada Ijazahnya”, yang waktu itu bukan hanya singkatan mainan, tetapi memang sudah bergema di tengah masyarakat Natuna,” terangnya.
Apa lagi lanjutnya, dibandingkan dengan ruang kelas yang waktu itu terpopuler dengan sebutan “Laskar Pelangi”. Namun dengan adanya semangat tinggi para pengelola dan kawan-kawan saat itu, Alhamdulillah STAI Natuna akhirnya menjadi lebih baik.
“Teruslah berkarya STAI Natuna dan teruslah berkontribusi dalam dunia pendidikan, karena memang masyarakat Natuna sangat membutuhkan perguruan tinggi ini,” pungkasnya.
Dalam penilainya, Ia juga sempat mengajak masyarakat Natuna untuk terus mendukung program-program yang ada di STAI Natuna. Mudah-mudahan kedepan, STAI Natuna maju dan berkembang.
“Jika dibutuhkan, saya siap mendukung, apa yang harus didukung untuk STAI Natuna,” tegasnya.
Ungkapan serupa juga disampaikan oleh Lurah Ranai Kota, Syuparman, SE. Ia mengaku sempat merasa heren dengan istilah “Laskar Pelangi” yang ditunjukan kepada satu-satunya perguruan tinggi di Natuna tersebut.
Kata Syuparman, ia adalah saksi “cemohan” terhadap STAI Natuna sejak dirinya terdaftar sebagai Mahasiswa STAI Natuna di tahun 2004 sampai dengan 2009. Oleh karena itu, Ia mengingatkan serta mengajak Mahasiswa STAI Natuna yang ada saat ini senantiasa bersyukur. Sebab saat ini STAI Natuna telah hadir dengan gedung terbilang mewah, bahkan dilengkapi dengan berbagai fasilitas modern.
“Mudah-mudahan, SDM anak-anak STAI Natuna berakhlak mulia, mampu mengedepankan adat dan budaya kita,” harapnya.
Sekretaris Lembaga Adat Melayu (LAM) Kabupaten Natuna, Ismail Sitam, melalui lantunan pantun juga ikut berbagi pandangan. Katanya, “kalau hendak memancing ikan, jangan lupa membawa umpan, kalau kita kerja sejalan, Insya Allah semuanya akan ringan”.
“STAI Natuna akan jadi rumah besar kita, dan segalanya akan menjadi ringan kalau kita sejalan,” cetusnya menjawab H. Umar Natuna, Pembina Yayasan Abdi Umat Natuna yang saat itu bertindak sebagai moderator, kegiatan puncak Milad STAI Natuna ke-19 digelar secara virtual, Kamis, 26 Agustus 2021 malam.
“Ke kebun sayur selepas subuh, ambil lunas bawa ke pekan, hablum minallah kita perkukuh, hablum minanas kita tingkatkan,” lanjut Ismail Sitam, melalui ungkapan kalam pantun, menceritakan penderitaan perjalanan awal perjuangan pendirian STAI Natuna.
Diceritakannya, waktu itu sangat amat kurang orang yang memenuhi syarat untuk dapat mendukung berdirinya STAI Natuna. Namun, Alhamdulillah terjawab dengan adanya Ikatan Sarjana Putra Natuna ikut andil.
Ismail yang mengaku juga pernah ikut serta berperan menjadi Dosen STAI Natuna pada masanya menyaksikan populernya istilah “Laskar Pelangi”. Ia mengingatkan kepada alumni yang masih memiliki “hutang” secepatnya membayar begitu juga dengan mahasiswa yang akan lulus.
“Malu kami sebagai orang yang dituakan ini, apabila anak tak membalas jasa, pandai kuliah “hutang” tak bayar,” ujarnya.
Tomi Sar, Alumni STAI Natuna, yang saat ini terbilang sukses sebagai pengusaha di bidang perikanan juga terpancing angkat bicara. Ia menceritakan pada masanya sempat berkeinginan menghentikan kuliah. Namun, semangat kawan-kawan sesama mahasiswa waktu itu, tidak bisa dipungkuri.
“Tidak terhitung berapa kali di jemput oleh kawan-kawan, mau berhenti di jemput lagi, hingga akhirnya dapat menyelesaikan kuliah,” sebutnya.
Ia juga menceritakan sempat bekerja di bidang pemerintahan kurang lebih delapan tahun sebagai tenaga honorer. Kemudian memutuskan, untuk bergerak di bidang perekonomian mandiri yaitu usaha ikan.
“Nah, bagi Alumni STAI Natuna, yang mau menjalankan bisnis ikan, ayo jumpa saya. Harapan saya di usia 19 ini yang penting elemennya berfungsi bagi masyarakat khusunya Natuna, bidang apa saja, baik itu ekonomi dan sebagainya,” pungkas Tomi Sar.
Senada dengan Tomi Sar, Alumni STAI Natuna tahun 2011, Roni Mayang Sari, S.E,Sy yang sempat gagal mengikuti test CPNS tahun 2013 di Tarempa, Kabupaten Kepulauan Anambas. Ia kembali mengikuti test CPNS tahun 2014 di Natuna dan dinyatakan lulus.
“Alhamdulillah, saya berbangga hati, karena lulus asli murni, kalau saja tidak kuliah di STAI Natuna mungkin hari ini tidak jadi PNS. Saya sangat bersyukur, makanya jika ada acara atau kegiatan di STAI Natuna. Diundang atau tidak, pokoknya saya datang,” imbuhnya.
Secara virtual, Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Daerah (Bangkesbangpol) Kabupaten Natuna, Drs. Muhtar Achmad, M.Eng berharap perjalan STAI Natuna menjadi STAI Negeri dapat segera terwujud.
Menurutnya, dengan terwujudnya STAI Natuna menjadi STAI Negeri, dapat berkolaborasi dengan kegiatan dalam skala internasional.
“Dalam lingkup global, sehinga kita dapat merasakan bahwa negara betul-betul hadir di daerah perbatasan,” ungkapnya.
Pada kesempatan itu, Tokoh Perempuan Natuna, Hj. Raja Peni Adnan mengapresiasi para perintis, pendiri STAI Natuna. Karena hanya dalam masa tiga tahun Natuna berdiri, sudah memilki perguruan tinggi.
“Ini dapat kita rasakan sekali, sudah ribuan SDM Natuna berkualitas dapat dilahirkan. Dan terbukti beberapa pimpinan atau jabatan untuk di daerah kita adalah lulusan dari STAI Natuna. Tidak tutup kemungkinan kedepan, menjadi universitas negeri,” tutupnya. (KP).
Laporan : Johan