NATUNA – Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Natuna, akan merekomendasikan hasil riset dari aksi yang telah dilakukan di Kampung Segeram, Kelurahan Sedanau, Kecamatan Bunguran Barat, Kabupaten Natuna, pada tanggal 12-15 Agustus 2021 lalu.
Rekomendasi itu berupa penguatan kepemimpinan dan kelembagaan pemerintahan di Kampung Segeram, untuk diperjuangkan menjadi Desa Istimewa. Pelestarian nilai-nilai sejarah dan khasanah sosial budaya di Kampung Segeram, serta pengembangan sekolah SMP berbasis pesantren, dengan memperjuangkan pembangunan asrama dan biaya hidup kiyai.
“Ini rekomendasi yang akan kita diskusi dengan pemerintah daerah dan dinas terkait,” sebut H. Umar Natuna, S.Ag, M.Pd.I selaku Pembina Yayasan Abdi Umat Kabupaten Natuna, kepada koranperbatasan.com, Rabu, 18 Agustus 2021.
Menurut H. Umar, berdasarkan hasil riset aksi yang telah dilakukan terhadap salah satu daerah binaan serta pengabdian mahasiswa-mahasiswi STAI Natuna sejak tahun 2017 lalu kemunduran Kampung Segeram dikarenakan ketiadaan kepemimpinan yang bisa mempersatukan masyarakat setempat.
“Oleh karenanya, penguatan kepemimpinan menjadi penting. Demikian juga karena statusnya hanya RW dari Kelurahan Sedanau yang rentang kendalinya jauh. Makanya potensi ekonomi dan nilai-nilai sejarah yang besar di Kampung Segaram sulit berkembang,” ujarnya.
H. Umar menegaskan, pelestarian nilai-nilai sejarah di Kampung Segeram harus segera dilakukan, karena nilai-nilai sejarah itu merupakan aset bagi daerah dan Umat Islam, yang tentunya menjadi modal sosial untuk kemajuan Natuna kedepan.
“Nilai-nilai sejarah akan memperkokoh jati diri masyarakatnya, serta menjadi modal sosial untuk perekat dan ketahanan masyarakat dari krisis global,” tegasnya.
Kemudian lanjut H. Umar, SMP di Kampung Segeram harus dikembangkan berbasis pesantren, untuk melanjutkan karakter pendidikan di masa lalu dan menjadikannya sebagai pelopor pendidikan Natuna kedapan.
“Jika pendidikan hanya seperti sekarang, maka orang-orang dari Seluan, Selaut, termasuk Kelarik dan lainnya tidak mungkin tertarik menyekolahkan anaknya di Kampung Segeram karena tidak ada nilai tambah. Jika hal ini tidak segera direalisasikan, maka kedepan SMP di Kampung Segeram terancam kehilangan siswa,” pungkasnya.
H. Umar menuturkan, dalam mewujudkan SMP berbasis pesantren, tentunya perlu dukungan dari pemerintah daerah, terutama untuk membangunan asrama serta biaya hidup kiyai selama 3 tahun.
“Mungkin bisa di honor daerahkan, karena kita datangkan dari luar Natuna yang hafiz qur’an. Untuk tenaga tambahan akan dibantu Dosen STAI Natuna. Setelah itu bisa mandiri, karena banyak potensi ekonomi yang bisa dikembangkan seperti industri rumahan, hasil dari perikanan, pertanian dan perkebunan,” imbuhnya.
Sebagai Pembina Yayasan Abdi Umat Kabupaten Natuna, H. Umar berharap, rekomendasi yang rencananya akan dibicarakan dengan pemerintah daerah setempat, bisa terealisasikan. “Semoga gayung bersambut,” harapnya.
Segeram Kandung Sejarah Bernilai Tinggi
Ternyata salah satu perkampungan bernama Segeram terletak di Kelurahan Sedanau, Kecamatan Bunguran Barat, Kabupaten Natuna, Provinsi Kepulauan Riau “mengandung” peradaban sejarah dan belum “terlahirkan” oleh para pemangku kepentingan.
Pembuktian sekaligus pengungkapan fakta kajian sejarah apa saja yang “terkandung” di Segeram menjadi Pekerjaan Rumah (PR) pemerintah daerah agar kandungan sejarah yang bernilai tinggi, yang selama ini masih terpendam di Segaram dapat segera “terlahirkan”.
Berdasarkan hasil riset dari aksi yang dilakukan oleh STAI Natuna klaster sejarah sosial masyarakat Segeram yang dimulai dari tanggal 12-15 Agustus 2021 dalam rangka Milad STAI Natuna Ke-19, menemukan berbagai informasi berharga dari perspektif keilmuan.
Pembina Yayasan Abdi Umat Kabupaten Natuna, H. Umar Natuna, mengungkapkan informasi berharga tersebut meraka peroleh karena adanya berbagai temuan tentang babakan sejarah kehidupan masyarakat Kampung Segeram dari masa ke masa.
“Periode awal, masa kejayaan Segeram sebagai pusat pemerintahan atau kampung induk. Priode dag age (gelap) masa gelap dan hilang. Kemudian priode kebangkitan kembali, lebih kurang 300 tahun, ditandai dengan kehidupan ramai,” sebutnya kepada koranperbatasan.com di tulis melalui pesan WhatsApp, Minggu 15 Agusutus 2021.
Menurut H. Umar, berbagai aspek kehidupan tumbuh, dibawah kendali Datuk Kasim, dan diteruskan oleh Datuk Yunus, Usman, Zainal, Syaili, dan lain-lain. Mengalami kemunduran kembali, karena adanya konflik internal (keluarga) besar.
“Akibatnya terjadi migrasi secara besar-besaran, masyarakat keluar meninggalkan Segeram, dan hanya tersisa 7 Kepala Keluarga (KK),” ujarnya.
Selanjutnya kata H. Umar, bangkit kembali sekitar tahun 70-an dan mundur lagi sekitaran tahun 85-an.
“Karena banyak yang pindah untuk masa depan sekolah anaknya, maka priode sekarang, hanya ada 34 KK, dan kehidupan sosialnya kurang kompak atau kurang bersatu. Mungkin sisa luka sejarah masa lalu atau karena mitos kutukan?,” cetusnya.
Riset terakhir yang dilakukan tutur H. Umar, mengunjungi dan mereview Makam Tujuh. Makam Tujuh adalah makam yang terdiri tujuh dan berderet dalam bentuk unggukan atau tumpukan tanah yang berbentuk kuburan.
“Makam ini tidak ada lagi nisannya, karena mungkin sudah lapuk atau memang seperti itu asli sebagaimana ciri khas makam di Kampung Segeram. Utamanya Makam Putri Bulan di Gunung Sedenuk,” tuturnya.
H. Umar menerangkan terdapat empat jenis atau bentuk nisan makam tua yang meraka temukan di Segeram. Pertama, memanjang berukir terbuat dari batu karang. Kedua, bulat seperti bola lempar lembing terbuat dari batu hitam. Ketiga, tegak lurus berukiran terbuat dari batu semen. Kemudian yang keempat tanpa nisan.
Dari riset aksi STAI Natuna juga ditemukan peninggalan sejarah masyarakat Segeram berupa makam utama. Makam Tujuh dan makam biasa masa awal tidak kurang tiga ratusan yang terhampar di lokasi seluas 5 hektar.
“Ada juga peralatan perang seperti meriam dan kelengkapan (peluru), perkakas rumah tangga dalam bentuk mangkok, keris perisai para pemimpin atau sultan, rumah-rumah besar, dan nama-nama tempat yaitu Sungai Datuk Kasim, Sungai Datuk Abu, dan Sungai Datuk Udin,” pungkasnya.
Tindakan setelah dilakukan riset aksi itu lanjut H. Umar, akan di tulis, untuk diterbitkan menjadi buku bacaan sejarah dan jurnal. (KP).
Laporan : Johan