Bersama lusuh dunia aku menangis
Ketika teringat seorang perempuan yang ku panggil emak
Dari puncak gelombang kencang laut Natuna Utara dia ku ratap
Pada rapuh rating asa aku berpaut
Melihat hempasan gelombang pantai aku menangis
Menunggu bila waktu tenggelam
Aku takut dia tak lagi bisa tersenyum
Emak !
Telah aku paksa diri ini untuk kedekatmu
Walau entah apa akan terjadi
Sejak dulu engkau ku tinggal pergi
Itulah sketsa tentang aku
Insan lemah dalam perbudian pekerti
Emak !
Hari ini aku arungi lautan biru bergelombang
Lalui badai musim utara hanya untuk berjumpa dengan mu
Bahwa pasrah aku pada takdir diri menulis ini
Berharap engkau terus tersenyum
Emak !
Entahlah emak!
Salah aku kau benarkan
Jahat aku kau sayang
Aku selalu saja engkau beri pujian
Tak ada perempuan yang seperti mu
Emak !
Dalam sedih kau tersenyum
Dalam susah kau tertawa
Dalam duka kau membanting tulang
Tak pernah ku lihat kau mengeluh
Apa lagi menyesali
Emak
Cuma kaulah perempuan sejati
Pemilik cinta setiap hati
Setiap gerak mu adalah tangis batin ku
Derap langkah mu benteng rapuh hati ku
Aku takut kau terluka
Tak lagi tersenyum
Emak !
Jangan kau maki aku dengan pujian mu
Tapi pujilah aku dengan makian mu
Jangan pula engkau berhenti merungut ku
Teruslah engkau berlete
Kerana letemu itu petunjuk buat ku
Emak !
Doakan saja aku dalam sujudmu
Aminkan saja setiap gerak langkah ku
Pada dunia akan ku ceritakan
Tentang mulianya hidup mu
Dan sahidnya mati
Selamat Hari Ibu
Sembur aku dengan tuah mu
- Penulis : Amran
- Pemred koranperbatasan.com
- Laut Natuna Utara, 20 Desember 2021