Dania gadis yang tinggal di desa itu sudah beranjak dewasa dengan perputaran waktu yang tidak terasa dan saatnya dia menentukan pilihannya untuk melanjutkan sekolahnya kejenjang yang lebih tinggi atau memilih untuk di desa atau bekerja.
Tentu saja ia memilih untuk melanjutkan pendidikannya, melewati berbagai tes dan tantangan yang tidak mudah ia lewati akhirnya Dania memasuki salah-satu perguruan tinggi negeri di luar daerahnya Dania sedih, antar dia harus memilih pergi atau tetap tinggal di desa karena Dania anak keempat dari ketiga saudaranya artinya Dania yang belakangan ini bersama-sama dengan orangtuanya, namun dengan motivasi dan dorongan dari orangtuanya terlebih keluarganya yang ada bersamanya di desa Dania yakin untuk melanjutkan pendidikannya.
Kota yang Dania tempati saat ini yang jauh dari orangtua dia meyakinkan dirinya bahwa orangtuanya baik-baik saja. Ya tentu, karena banyak keluarga yang tinggal bersama orangtuanya disana. Siapa yang tahu hati manusia, rambut sama hitam bukan? Itu saja kita ketahui dari seseorang bahkan keluarga sekalipun.
Untuk pertama kalinya Dania mendengar kabar yang tidak baik dari desanya tentang orangtuanya,dimana lahan orangtuanya sedang dikelola yang berisikan tanaman habis di Grader hingga tak tersisa apapun, karena lahan tersebut bukan milik orangtua Dania jadi tidak ada hak untuk menolak tindakan tersebut namun orangtua Dania sudah memberikan permohonan agar diberi waktu setelah panen, baru di Grader namun si pemilik lahan tidak mengizinkannya, akan tetapi Dania kan mempunyai banyak saudara di desanya.
Mungkin mereka bisa memberikan pencerahan kepada orangtuanya, juga ada salah-satu keluarga Dania yang bekerja di pemerintahan setempat jadi Dania sedikit tenang, namun hal tersebut sangat bertolak belakang dari apa yang Dania harapkan justru keluarga yang di desa menjadi musuh berat orangtua nya yang bahkan sedikit pun tidak ada yang berpihak kepada orangtua Dania, justru semakin memperkeruh keadaan “sontak Dania kaget.
Dania menangis sejadi-jadinya, bahkan dia tidak tahu apa yang harus ia lakukan perasaan semenjak di desa semua aman, tentram dan damai tidak ada cela yang menjadi alasan bahwa semuanya tidak baik-baik saja, ucap Dania yang berkata-kata sendiri.
Tapi setelah aku pergi dengan tujuan meraih pendidikanku kok semuanya bertolak belakang. Apa mereka baik sewaktu aku bersama orangtuaku? Apa tujuan mereka melakukan hal tesebut apa mereka tidak menganggap orangtuaku sebagai keluarga lagi? Apa tidak ada lagi rasa empati sebagai manusia? Dania yang tidak ada henti-hentinya bertanya pada dirinya.
Tapi dia berusaha menenangkan dirinya sehingga bisa memberikan semangat kepada kedua orangtuanya, dalam hati Dania tidak ada dendam sama sekali, tapi apa yang membuat mereka sampai setega ini?.
Dania berusaha untuk meyakinkan dirinya bahwa orangtuanya mampu melewati masalah ini, anak mana yang sanggup melihat orang tuanya dianggap seperti tidak keluarga. Padahal keluarga Dania bukan sembarang keluarga dimana masih satu orangtua dari Ibunya. Seratus tiga puluh derajat perubahan setelah Dania tidak tinggal di desa lagi, sejak kejadian itu Dania membatasi komunikasinya dengan keluarganya di desa. (*).
Biodata Penulis
- Nama : Damayanty Egesfo Siallagan
- Prodi : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
- Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
- Universitas Maritim Raja Ali Haji