DUA gadis hitam manis duduk bergantian di kursi hadapan kasir. Dari jauh matanya tampak redup, sesekali berkedip mengarah lurus kehadapan pintu masuk. Dengan ramah ia melontarkan senyum menghampiri setiap yang datang, ketika salah satu dari jemari pengunjung menekan tombol bel bundar merah menempel pada meja bernomor.
Sambil menggenggam erat buku tebal abu-abu berisikan menu. Salah satu dari dua gadis yang terlihat polos itu seakan-akan tak memiliki beban. Ia dengan langkah pasti menemui satu persatu penghuni meja, kemudian tersenyum ramah lalu berucap kata-kata.
“Maaf abag-abang mau pesan apa?,” kata Erna, salah satu dari dua gadis manis “penggugah rasa” itu bertanya dan tersenyum.
Memang saat itu Erna tak sendiri sehingga ia tampak berani, mungkin karena ditemani Novi, salah satu dari delapan rekan kerjanya yang memiliki raup wajah tak jauh berbeda.
“Kok mirip! kalian adik beradik iya?,” tanya sosok saudagar Tanjak Warisan Alam Melayu yang akrab disapa Deny Jebat tersenyum.
Kedua gadis itu saling memandang dan sempat terdiam, lalu berbalas senyuman, kemudian tertawa malu sembari menutup mulut dengan kedua dekapan jemari tangannya yang terlihat seperti “berbulu”, sungguh anugrah.
“Tak lah bang! kami bukan adik beradik, emang banyak yang bilang begitu,” sebut Novi disusul Erna dengan senyuman.
Tanpa disadari, dalam suasan canda itu, pesanan sesuai selera penghuni meja pun telah berhasil “di curi” dan akhirnya tercatat pada kertas putih yang berada digenggaman Erna. Kedua perempuan manis yang mengaku sama-sama berasal dari Kabupaten Lingga itu akhirnya beranjak pergi meninggalkan meja.
Meski keduanya tak lagi berada dihadapan meja bundar putih, dan deretan kursi yang terbuat dari rakitan kayu, serta aneka tanaman bunga hias. Namun dapat dipastikan senyum manisnya tetap saja melakat di jiwa. Sunguh benar-benar luar biasa, segelas kopi citra rasa punya cerita.
N’este Coffee, adalah sebuah nama tempat dimana kedua gadis hitam manis yang baik hati serta murah senyum itu bekerja. Sebuah tempat menikmati berbagai jenis makanan dan minuman yang siap untuk di santap di tempat, bahkan bisa juga dibawa pulang ke rumah.
Selain letaknya tidak jauh dari jalan raya dan pusat kota. Suasananya juga terasa nyaman dan santai. N’este Coffee bahkan menyediakan berbagai fasilitas tempat bermain, olahraga dan hiburan. Pengunjung bisa berkaraoke ria bersama keluarga tercinta, juga dapat menikmati permainan bola sodok bersama sahabat.
“Iya benar, selain karaoke, disini juga ada studio zumba aerobik, olahraga billiard, dan mini golf, semuanya gratis kecuali billiar,” ungkap Alamsyah, pelaku bisnis yang menyebut dirinya Owner N’este Coffee, ketika ditanya koranperbatasan.com sore itu, Jum’at 11 Februari 2022.
Ternyata N’este Coffee tak hanya sekedar memiliki gadis hitam manis yang murah senyum dan berbagai fasilitas menarik lainnya seperti tersedianya aneka buku bacaan serta dekat dengan pusat perbelanjaan. Menariknya lagi, harga sajian menu juga terjangkau.
Tempat santai yang letaknya tidak jauh dari Terminal Sei Carang Batu IX Bicen bersebelahan dengan Caffela dan Calisto Food Cour, di Kota Tanjungpinang tersebut juga memiliki owner yang ramah, bahkan terlihat mudah bergaul.
“Kita buka mulai dari jam delapan pagi sampai jam dua belas malam, jadi mereka kerjanya bergantian,” sebut Alamsyah.
Usai berbagi cerita dalam suasana hujan gerimis dan hembusan angin yang berhasil membuat riang sekujur tubuh sore itu. Salah satu dari karyawan N’este Coffee bernama Rian mengarahkan camera telepon android milik Aryandi Ketum Generasi Anak Melayu (Geram) Kepri Bersatu yang kebetulan berada diantara si kuli tinta saat itu.
“Saya permisi, silakan menikmati,” tutur Alamsyah, disusul beberapa karyawannya meninggalkan meja, menuju kasir termasuk Erna dan Novi yang sebelumnya sempat diminta poto bersama oleh koranperbatasan.com untuk melengkapi sajian berita. (*).
Cerbung Iklan Promosi Usaha Warung Kopi
Penulis : Amran