Festival Batu Berdaun, Nizar Ingin Lingga Jadi Perhatian Kemenparekraf

Terbit: oleh -72 Dilihat
Bupati Lingga, Muhammad Nizar dan Staf Ahli Menteri Bidang Reformasi Birokrasi dan Regulasi Kemenparekraf, dan Ketua Umum DPP Asprindo

LINGGA – Bupati Lingga, Muhammad Nizar sangat serius berupaya membangun Kepariwisataan Bunda Tanah Melayu dan menjadikan Kabupaten Lingga sebagai tujuan wisata sejarah dan religi.

Rencana membangun pariwisata yang sedikit berbeda, dan dinilainya hanya Lingga yang punya potensi tersebut bahkan langsung disampaikan ke Staf Ahli Menteri Bidang Reformasi Birokrasi dan Regulasi, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf), Ari Juliano Gema, Ketua Umum DPP Asosiasi Pengusaha Bumi Putra Nusantara Indonesia (ASPRINDO), H. Jose Rizal, MBA, serta Sekretaris Jendral, Ir. Irwansyah, MBA yang hadir di Kabupaten Lingga pada Festival Batu Berdaun Beach yang diselenggarakan oleh RG Peduli Wilayah Kepri berkerjasama dengan pemerintah daerah, di Pantai Batu Berdaun, Dabosingkep, Minggu (27/02/2022).

Dia berharap, agenda kegiatan pariwisata di Kabupaten Lingga baik itu Tamadun Melayu Antar Bangsa, yang pernah digelar Pemkab Lingga pada 2017 silam, dan Festival Batu Berdaun Beach, mendapat perhatian dari Kemenparekraf, atau memungkinkan masuk pada kalender pariwisata nasional.

Bupati Lingga, Muhammad Nizar menyampaikan sambutan

“Kalau untuk kegiatan-kegiatan sangat sering dilakukan disini (Batu Berdaun). Namun untuk festival baru pertama kali, dan mudah-mudahan dari sini bisa menjadi masukan dan menjadi salah satu perhatian Kemenparekraf, semisal masuk dalam kalender pariwisata,” kata Nizar.

Katanya, pemerintah daerah saat ini sangat serius membangun pariwisata di Kabupaten Lingga, bahkan terus mendorong adanya terobosan-terobosan terkait pariwisata seperti kegiatan yang terlaksana di Batu Berdaun, atas bentuk kepedulian dari pemuda-pemuda, baik dari RG Peduli Kepri dan pemuda secara umumnya, serta pemerintahan dan masyarakat dalam usaha mengeliatkan pariwisata di Kabupaten Lingga.

Karena memang visi kedepan, Kabupaten Lingga harus menjadi daerah pariwisata yang populer, salah satunya menegakkan wisata sejarah, budaya dan religi sebagai tapak sejarah Melayu.

Sebagaimana catatan sejarah membuktikan, akar kebudayaan Melayu bermula disini. Dan bahkan telah diakui oleh 6 negera serumpun sebagai Bunda Tanah Melayu tahun 1990-an.

Sejak 1787, Kesultanan Lingga – Riau bertamadun di Daik, sebagai pusat pemerintahan selama 113 tahun. Baru pada tahun 1900 berpindah ke Pulau Penyengat dan akhirnya di hapus oleh Belanda pada 1913.

Bupati Lingga, Muhammad Nizar melepaskan peserta Festival Batu Bedaun Beach

“Usaha kami dalam pengembangan wisata yang tidak ada di kabupaten lain di Kepri. Kalau pantai pengembangan wisata bahari, mungkin sudah ketinggalan selangkah. Ada wisata sejarah dan religi yang begitu sarat, dari peninggalan Kesultanan Riau Lingga selama 113 tahun yang pusat pemerintahannya berada di Lingga dan itu wisata yang tidak ada di kabupaten lain di Kepri,” paparnya.

Lingga menurutnya merupakan negeri para sultan, selain Daik sebagai Bunda Tanah Melayu. Ada beberapa makam sultan yang bersemayam di Pulau Lingga termasuk pahlawan nasional Sultan Mahmud Riwayat Syah III, yang namanya kini dipakai Pemerintah Kota Batam, sebagai nama salah satu masjid agung disana.

“Jujur, kami juga sempat berkecil hati, kehadiran pak menteri beberapa waktu lalu di Pulau Penyengat, dan atas pengakuan Pulau Penyengat. Namun yang nyatanya induk kebudayaan Melayu itu berada di Kabupaten Lingga, dan telah diakui sebagai Bunda Tanah Melayu,” jelas dia dihadapan tamu dari kementerian.

Oleh karena itu, dia berharap staff ahli yang hadir bisa menyampaikan keinginannya yang ini mengundang Menteri Sadiaga Uno, agar dapat hadir di Kabupaten Lingga pada puncak peringatan HUT Kabupaten Lingga yang ke 19 pada Oktober mendatang. Sekaligus ingin memantapkan Tamadun Melayu Antar Bangsa menjadi bagian pariwisata nasional, sebagaimana yang pernah disampaikan ke Menparekraf, Sandiaga Uno beberapa waktu lalu saat diri masih berstatus Plt Bupati.

Bupati Lingga, Muhammad Nizar dan Staf Ahli Menteri Bidang Reformasi Birokrasi dan Regulasi Kemenparekraf, dan Ketua Umum DPP Asprindo disela-sela kegiatan

“Sampaikan salam takzim dari pemerintah Kabupaten Lingga kepada pak Mentri, kami mengundang ulang tahun Kabupaten Lingga agar dapat hadir di Kabupaten Lingga hadir pada kegiatan HUT Lingga ke 19, yang memang telah kami kemas sebaik mungkin pariwisatanya dan UMKMnya. Termasuk ingin memantapkan kegiatan Tamadun Melayu Antar Bangsa, dan pemakaian 1000 tudung Manto, agar masuk rekor muri. Bahkan masuk pada kegiatan tahunan kementerian,” ungkapnya.

Hal tersebut disambut positif Ahli Menteri Bidang Reformasi Birokrasi dan Regulasi, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf), Ari Juliano Gema, yang mengapresiasi terselenggaranya Festival Batu Berdaun dengan lancar dan baik.

Ia mengatakan festival atau tamadun bisa dilakukan secara terus menerus, atau menjadi program tahunan daerah. Namun dirinya tetap merekomendasikan keinginan Bupati Lingga, untuk disampaikan ke Menparekraf, Sandiaga Uno.

“Mudah-mudahan, beliau (Pak Mentri) dilain kesempatan bisa hadir disini. Namun saya kagum atas kerjasama RG Peduli Kepri, dan pemerintah daerah, kegiatan berjalan baik. Dengan banyaknya potensi pariwisata, supaya bisa dikemas dan dilakukan dengan kolaborasi dan ekonomi kreatif, agar tetap terus terlaksana,” unjarnya.

Sementara Ketua Umum DPP Asprindo, H. Jose Rizal, MBA memperkuat keinginan Bupati Lingga. Dengan visi menjadikan pribumi tuan di negeri sendiri, pihak Asprindo mendukung penuh penggelaran Festival Batu Berdaun Beach dengan tagline Mewujudkan Desa Wisata Indonesia Maju dan Mendunia itu.

Bupati Lingga, Muhammad Nizar dan Staf Ahli Menteri Bidang Reformasi Birokrasi dan Regulasi Kemenparekraf, dan Ketua Umum DPP Asprindo serah terima bingkisan

Keterkaitannya hadir pada festival ini, adalah mengingat misi mengangkat kembali kejayaan Kesultanan Kerajaan Melayu Lingga-Riau melalui warisan seni budaya, kearifan lokal, pariwisata dan sejarah serta kuliner khas yang perlu dikembangkan.

“Melayu adalah pribumi. Sebagai organisasi pengusaha pribumi, Asprindo selalu menaruh perhatian atas segala hal yang terkait dalam upaya mengangkat harkat dan martabat kaum pribumi,” tuturnya.

Selain itu Asprindo, kata Jose Rizal merupakan partner yang dipilih oleh Kemenparekraf dalam strategi memajukan pariwisata di Indonesia.

“Tentu saja kita berharap pariwisata diperbatasan terus digeliatkan, itu penting. Apalagi Lingga dekat dengan Singapura dan Malaysia,” pungkasnya.

Untuk diketahui, Bupati Lingga hadir melepaskan peserta Run Dabo 7 dan 10 Km, serta turut menyemarakkan Fun Bike bersama keluarga dengan rute dari Lapangan Merdeka, Dabosingkep finis di pantai Batu Berdaun.

Disela-sela kegiatan, Nizar juga menyerahkan piagam penghargaan kepada Kepala Sekolah dan guru yang telah berhasil menyelesaikan penulisan buku pada program Satu Guru Satu Buku (SaguSabu).  (KP).


Laporan : M. Nazbi

Kontributor : Prokopim Lingga


 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *