NATUNA – Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Natuna, Provinsi Kepulauan Riau, Hikmat Aliansyah, SKM, mengungkapkan kasus Demam Berdarah (DBD) yang terjadi di Desa Air Putih, Desa Sebelat, dan Kelurahan Sabang Barat, Kecamatan Midai sebanyak 16 orang telah dirujuk ke RSUD Natuna untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut.
Temuan kasus DBD ini telah dikonsultasikan kepada Sekretaris Daerah (Sekda) serta Bupati Natuna Natuna selaku pimpinan untuk melakukan penetapan Kondisi Luar Biasa (KLB) lantaran peningkatan kasus DBD secara data sudah masuk dalam kategori.
“Untuk menetapkan KLB harus ada Surat Keputusan (SK) dari Pak Bupati,” kata Hikmat kepada koranperbatasan.com di Ruang Kerjanya Kantor Dinas Kesehatan, Kompleks Kantor Bupati Natuna Bukit Arai, Rabu, 12 Februari 2025.
Kata Hikmat pihaknya telah mengambil langkah positif menghadapi kasus yang terjadi. Dalam hal ini Dineks Natuna melakukan koordinasi dengan aparat setempat seperti Camat, Bhabinsa, Koramil dan Polsek. Dinkes juga melibatkan masyarakat untuk melakukan gerakan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan mengubur barang-barang bekas, menutup tempat penampung air, serta menguras bak mandi seminggu sekali.
Menurut Hikmat pihaknya juga mengajak masyarakat senantiasa memantau tempat-tempat pembiakan nyamuk terjadi. Himbauan ini tidak hanya di sekitar rumah tetapi juga di kebun-kebun kelapa lantaran saat ini di Midai banyak kelapa dan tempurung-tempurung berpotensi menampung air hujan. Tempurung dari hasil kerja masyarakat mengupas kelapa potensial menjadi tempat nyamuk berkembang biak.
“Kami minta petugas puskesmas juga menjelaskan kepada masyarakat agar tempat pembiakan nyamuk di kebun-kebun juga di pantau. Kita juga sudah melakukan pembagian bubuk abate dan fogging kita laksanakan mulai dari hari Jumat radiusnya 100 meter ke kanan, depan, belakang,” ujarnya.
Hal tersebut dilakukan menurut informasi penelitian ahli daya terbang nyamuk bisa mencapai 100 meter. Sehingga tidak menutup kemungkinan nyamuk yang sudah menggigit seseorang di rumah si A belum merasa puas menghisap darah kemudian beranjak terbang ke rumah si B yang jaraknya hanya 50-60 meter.
Menanggapi lonjakan kasus ini, Hikmat mengaku sempat menerima usulan dari Komisi I DPRD agar sekolah diliburkan apabila KLB telah ditetapkan oleh bupati. Sehubungan dengan beberapa kasus didapatkan dari beberapa anak di sekolah yang sama namun berjauhan tempat tinggal ternyata terbukti terjadi penularan.
“Kalau meliburkan sekolah itu kewenangannya dinas pendidikan jadi tentunya kami laporkan ke Pak Sekda dan Pak Bupati. Kalau memang oke nanti tidaklanjut meliburkan sekolah dari dinas pendidikan,” beber Hikmat.
Hikmat menegaskan, dinkes telah melakukan penyelidikan epidemiologi untuk mengenal sifat-sifat penyebab, sumber dan cara penularan serta faktor yang dapat mempengaruhi timbulnya wabah demam berdarah khususnya yang terjadi di Kecamatan Midai.
“Kita tanyakan apakah penderita ini berasal dari luar? menurut informasi salah satu penderita itu memang ada berasal dari luar artinya kemungkinan dia itu terinfeksinya atau tertular di luar Midai kemudian dibawa masuk ke Midai sehingga banyak factor. Disitu juga dilihat dalam PE apakah di rumah penderita atau di sekelilingnya memang ada jentik nyamuk aedes karena nanti ada perbedaan jentik nyamuk biasa dengan aedes,” tegas Hikmat.
Sebenarnya perawatan DBD ini, lanjut Hikmat, bisa dilakukan di Puskesmas Midai karena sudah ada rapid antigen atau tes antigen NS1 dengue untuk pemeriksaan mendeteksi keberadaan protein non-struktural 1 (NS1) yakni protein yang dimiliki virus dengue penyebab demam berdarah.
Hanya saja dalam penanganan atau perawatan DBD perlu memantau hematokrit dan perlu diperiksa dengan laboratorium. Akan tetapi Puskesmas Midai masih kekurangan untuk penetapan laboratorium sehingga jika sudah tidak tertangani akan langsung dirujukan ke RSUD Natuna.
“Kalau terjadi penurunan ini bisa tidak diketahui oleh Puskesmas Midai karena memang alatnya tidak ada. Makanya ketika dokternya ragu melihat kondisi seperti itu, kemudian dia konsultasi dengan dokter residen atau dokter penyakit dalam yang ada di Ranai maka dianjurkan untuk dilakukan rujukan. Makanya pasien-pasien itu kita rujuk untuk penanganan pertama serta pemberian cairan,” terang Hikmat.
Sebagai Kadinkes Natuna, Hikmat berharap penanganan kasus demam berdarah baik kepada pasien terdampak maupun masyarakat khususnya di Kecamatan Midai bersama-sama melakukan gerakan PSN. Sebab bukan hanya menjadi tanggung jawab dinkes saja melainkan tanggung jawab bersama. Terutama dalam memantau penampungan air di dalam rumah seperti dispenser, dan bagian belakang kulkas.
“Kemarin kami ketemu di tempat minum burung ternyata mungkin 10 minggu tidak diganti airnya. Jadi nyamuk juga bertelur dan berkembang biak di situ. Kemudian yang kedua, kalau nanti mendapati anak demam panas mohon segera di bawa ke tempat kesehatan terdekat jangan tunggu-tunggu,” tutup Hikmat. (KP).
Laporan : Dhitto