Sang Pandai Besi Tradisional di Sedanau, Menempa Parang Hingga Jangkar

Terbit: oleh -152 Dilihat
Karnadi bersama anaknya Veri sedang membakar besi menggunakan Embus untuk membuat parang dan keris.

NATUNA – Keringat bercucuran ke seluruh tubuh disebabkan hawa panas yang bersumber dari bara api arang kayu itu, sudah sering dirasakan Karnadi (57 tahun), dalam menekuni usaha “pandai besi” bertempat di RT 01 RW 10 Ni’amah, Kelurahan Sedanau, Kecamatan Bunguran Barat, Kabupaten Natuna, Kepulauan Riau.

Memanfaatkan alat tradisional “Embus” yang dimiliki, ia pergunakan sebagai pengontrol kestabilan semburan api saat membakar berbagai jenis besi hingga bewarna kemerahan.

Dengan mengayunkan martil seberat 3 hingga 5 kilogram di genggaman jemari dalam keterampilan menempa besi, lelaki tua yang akrab disapa Bong Kar ini sudah banyak mengciptakan karya seperti jangkar perahu nelayan lokal, parang, sabit, pisau sembelih sapi, pisau dapur, keris dan sebagainya.

Karnadi sedang menempa besi yang akan dijadikan sebuah keris.

Perjalanan Bong Kar menjadi seorang perajin pandai besi terhitung sejak tahun 1995 silam bersama mertuanya M. Zen atau lebih dikenal dengan sapaan Mat Melake (Almarhum), salah seorang tokoh warga setempat pada masa itu.

Dibantu anaknya Veri, hingga kini Bong Kar terus menciptakan karya dengan tetap menggunakan tenaga dan alat tradisional tersebut, meski peralatan di era modern semakin berkembang dan canggih.

“Embus ini terbuat dari bahan dasar kayu tebal yang disatukan menjadi bentuk segi empat memangjang. Pada pertemuan sisi kayu dipakal menggunakan tali goni, kueng atau dempul. Kemudian pada pangkal dan ujung diberi lobang angin, serta di salah satu sisi tengah bawah diberi dua siong besi. Pemberian dua siong dilakukan agar saat menarik dan mendorong pegangan embus, disalah satu siong tetap menghembuskan angin ke bara api atau arang kayu,” terangnya menjawab koranperbatasan.com, Minggu 11 September 2022.

Jangkar buatan Karnadi.

Selama 25 tahun menjadi penerus dan mempertahankan usaha keluarga, bentuk maupun ukuran dari kerajinan tangan yang dibuat oleh Bong Kar berdasarkan tempahan (pesanan) dari warga. Kebanyakan warga memasan dengan membawakan atau memperlihatkan contoh yang diinginkan.

“Untuk bahan kita menyediakan besi baja per, lahar bearing atau kulahar dan lainnya. Besi itu biasanya untuk membuat parang, pisau sembelih sapi, pisau dapur, sabit potong rumput. Harga bervariasi menyesuaikan jenis besi dan apa yang dibuat, misalnya pisau sembelih sapi dari besi baja per lengkap dengan gagang dan sarung Rp300 ribu, parang dengan gagang dan bahan yang sama Rp200 ribu” jelasnya.

Parang ketok / parang tebas buatan Karnadi.

Sementara untuk jangkar, Bong Kar tidak menyediakan besi melainkan hanya mengambil upah dari jasa pembuatan.

“Kalau untuk jangkar menggunakan besi sap ukuran tiga suku, seinci, satuperempat. Upah pembuatan sebuah jangkar juga bervariasi mulai dari Rp350 ribu ukuran 3 suku, Rp600 ribu ukuran seinci dan Rp1 juta ukuran satuperempat,” ujarnya.

Sosok ayah dari 4 orang anak itu menambah, bagi warga Natuna khususnya, yang ingin memperoleh informasi lebih lanjut mengenai harga dan varian produk kerajinan pandai besi ini, bisa menghubungi ke nomor kontak (082287920807).

“Bisa juga langsung ke rumah. Jika mau memperbaiki mata pisau yang rusak tak terlalu parah atau meluruskan sap bengkok, Insya Allah bisa,” sebutnya.

Parang buatan Karnadi.

Untuk diketahui, selain menjadi perajin pandai besi, Bong Kar juga menyediakan jasa pembuatan pompong (perahu) nelayan lokal dengan kapasitas maksimal panjang 30 dan lebar 7 kaki.

“Bahan dari orang, kita hanya menawarkan jasa saja dan harga menyesuaikan. Ukuran maksimal ditetapkan guna penyesuaian lokasi pembuatan, juga menimbang agar bisa keluar dari bawah jembatan. Selebih itu tidak bisa dikeluarkan lagi dari bawah jembatan, nyangkut,” tutupnya. (KP).


Laporan : Johan


Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *