ASA DAN RASA MASYARAKAT SEGERAM
MASYARAKAT Segeram sekarang ini menapaki era baru. Yang dulu fasilitas publiknya sangat terbatas kini masyarakat Segeram sudah terlayani oleh aliran listrik, akses internet, dan lembaga pendidikan tingkat SLTP yakni SMP satu atap pun sudah berdiri dengan megah lengkap dengan fasilitas komputernya.
Guru yang dulu hanya satu orang, yakni Bapak Mukhtar Hadi, sekarang baik guru di SD maupun di SMP satu atap sudah tercukupi. Hanya satu kekurangan dari sisi infrastruktur adalah akses jalan-yang belum di aspal. Jalannya hanya jalan tanah biasa, sehingga di musim hujan sulit dijangkau, terutama kenderaan roda empat. Selain, jalan tanah, juga banyak jembatan yang terbuat dari kayu yang lapuk dan sangat mudah rusak jika dlintasi.
Dalam kaitan akses menuju Segeram ada kisak menarik. Yakni ketika rombongan STAI Natuna untuk perkali menjejaki Kampung Segeram, tepatnya pada tanggal 12 Agustus 2017. Pada tanggal 12 Agustus 2017, rombongan STAI Natuna berangkat dari Kampus di Kompleks Mesjid Agung Natuna Gerbang Utara dengan menggunakan mini bis lebih kurang 20 orang berangkat ke Kampung Segeram.
Saat pergi cuaca agak terang, hanya ada hujan germis, sehingga perjalanan menuju Kampung Segeram dengan menempuh perjalan lebih kurang 3 jam dari Kampus STAI Natuna berjalan mulus. Tepatnya jam 18.45 sampailah rombongan di ujung jalan sebelum masuk ke Kampung Segeram.
Karena jalan sempit ada batu di tengah jalan, maka kenderaan tdak bisa sampai ke Kampung Segeram. Rombongan turun dan kemudian berjalan kali lebih kurang 1 KM dengan membawa peralatan perbekalan. Akhirnya perjalanan sampai di rumah Bapak Mukhtar Hadi salah seorang guru di SDN Segeram. Rombongan bermalam di rumah Pak Mukhtar Hadi, dan esok hari mengadakan pertemuan dengan masyarakat Segeram di SDN 010 Segeram.
Dari pertemuan tersebut disepakati kerjasama STAI Natuna dengan masyarakat Segeram dalam pengembangan dan pemberdayaan masyarakat dengan menghadirkan kegiatan KKN mahasiswa di Segeram. Sebelum di Kampung Segeram, mitra pengembangan dan pemberdayaan masyarakat STAI Natuna dilakukan di Desa Teluk Buton Kecematan Bunguran Utara. Maka sejak tanggal 12 Agustus 2017 tersebut, STAI Natuna menjadikan Kampung Segeram sebagai masyarakat binaan atau kemitraan.
Dalam perjalanan pulang tanggal 14 Agustus 2017, tepatnya jam 13.15 rombngan STAI Natuna setelah melakukan pertemuan dan studi awal tentang potensi Kampung Segeram bertolak kembali ke Ranai. Suasana hujan, namun ketika awal berangkat dari rumah Pak Mukhtar Hadi, hujan sudah reda.
Dalam perjalan hujan turun kembali, jalan sudah dipenuhi air, jembatan-jembatan yang ada tergenang air, bahkan ada yang putus. Baru perjalan kira-kira 45 menit sampai di suatu titik-tanah berpasir halus kemudian ada jembatan kecil. Ternyata jembatan sudah tergantung akibat terderus oleh air.
Kemudian kendaraan yang dikemudikan saudara Safrsizan mencoba melintasi, akhir mobil sangkut. Berbagai upaya dilakukan, ada yang mencari papan, kayu dan lainnya untuk membuat jembatan alternatif sudah mobil bisa terangkat dari jebakan jembatan patah tersebut. Namun belum juga berhasil, padahal sudah hampir 3 jam berjibaku untuk mengatasinya.
Berbagai upayakan dilakukan, mencoba menghubungi Basarnas di Ranai-ternyata jalan menuju Kelarik juga terputus oleh banjir. Kemudian mencoba menelpon Bapak Muthtar Hadi, Pak RW, RT untuk minta bantuan. Akhirnya sekitar jam 17.00 (sore menjelang magrib) rombongan masyarakat Segeram datang memberikan pertolongan, akhirnya mobil dapat keluar dari jebakan jembatan putus tersebut. Kemudian melanjutkan perjalanan menuju Kelarik Timur.
Sesampai di Kelarik Timur jembatan juga putus, akhir rombongan naik motor tosa ke Rumah Saudara Herman salah seorang staf STAI Natuna yang ikut rombongan. Bermalam di Kelarik, rumah orangtua Herman pagi besok sekitar jam 9 pagi baru bertokal kembali menuju Ranai. Tepat jam 14.30 siang rombongan sampai di Kampus STAI Natuna dengan selamat.
Itulah sekulimit gambaran betapa akses jalan darat menuju Kampung Segeram begitu parah, sehingga membuat kampung ini menjadi terisolir dan jarang dikunjungi orang. Namun sejak STAI Natuna hadir di Kampung Segeram 2017. Kampung Segeram mulai dilirik dan dikunjungi para petinggi negeri. Tidak tanggung-tanggung Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Prof. Dr Muhajir Efendi pun menjejakikan kaki di Kampung Segeram pada tahun 2019 untuk meresmikan Gedung SMP Satu Atap. Waktu itu, Menteri di dampingi Bupati Natuna Drs. A. Hamid Riza dan Kepala Dinas Pendidikan Natuna Herman SH dan rombongan.
STAI Natuna dalam melaksanakan kegiatan pengabdian di Kampung Segeram STAI Natuna pun melibat berbagai perguruan lain. Pada tahun 2018 STAI Natuna melaksanakan kegiatan KKN di Segeram bersama Universitas Islan Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, dan kemudian tahun berikut 2019 dengan Sekolah Tinggi Ilmu Sosial Politik (STISIPOL) Raja Ali Haji Tanjungpinang.
Kegiatan kerjasama ini akan terus dilakukan. Dua tahun terakhir ini terkendala oleh wabah Pandemi Corona 19. Jika Pandemi berakhir-kegiatan kerjasama ini akan terus dilanjut, baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Dalam negeri sudah ada kerjasama STAI Natuna dengan Pondok Pesantren Al-Hikam Depok Jakarta. Sedangkan dengan luar negeri ada kerjasama dengan Songkla Uinversity dari Fatani Thailand dan Universitas Sains Malaysia dan Persatu Penulis Malaysia (GAPENA).
Menyelamati dan mendalami masyarakat Segeram, maka asa dan rasa masyarakat Segeram kedepan yang paling utama adalah memimpikan Segeram menjadi Desa, bukan lagi kampung atau dusun. Hal tersebut terungkap dalam dialog dan wawancana tim peneliti dengan berbagai tokoh masyarakat Kamung Segeram.
Ketua RW Segeram Faisal Prihadi dalam pertemuan dengan tim peneliti di Mesjid Al-Bihar Segeram tanggal 13 Agustus 2021 lalu mengemukakan harapan masyarakat terbesar adalah menjadikan segeram sebagai desa sebagaimana daerah lain.
Ia beralasan, Segeram memiliki akar sejarah dan peninggalan masa lalu yang besar, sehingga Segeram perlu diangkat derajatnya menjadi desa. Hal senada juga disampaikan Mukhtar Hadi dan Bapak Zurman Imam Mesjid Al-Bihar Segeram, bahwa asa masyarakat Segeram mendatang adalah memperjuangkan Segeram menjadi desa.
Sebuah asa dan rasa yang tidak terlalu berlebihan tentu, jika dilihat sejarah panjang Kampung Segram dengan segala khasanah sejarah, sosial dan budaya yang dimiliki. Di tambah lagi dengan potensi alamnya yang luar biasa tentu asa dan rasa tersebut patut didukung oleh kita, terutama pemerintah dan DPRD Kabupaten Natuna.
Bahwa Segeram kedepan, selain diingkatkan status pemerintahannya menjadi setingkat desa. Segeram dapat dikembangkan sebagai destinasi wisata ziarah, wisata mangrup (aliran sungai Segeram dipenuhi hutan bakau) dan industri kuliner. Segeram memiliki bahan baku udang kecil bahan dasar pembuatan calok dan belacan (terasi), kemudian gonggong yang merupakan hasil laut pavoritnya.
Potensi dan hasil laut yang melimpah di Segeram merupakan sumber kekuatan untuk menjawab asa dan rasa masyarakat Segeram. Potensi dan khasanah sejarah, sosial dan budaya yang ada dari berbagai peningggalan masa lalu dapat dijadikan media untuk mengembangkan wisata ziarah di Segeram. Kekayaan laut hayati yang ada dapat dikembangkan menjadi pusat produk halal hom industri di Natuna.
Sementara tanah dan hutan yang luas dan subur dapat dikembangkan menjadi sentra pertanian buah-buahan dan sayuran, sehingga dapat memenuhi kebutuhan masyarakat di Kelarik dan Sedanau akan sayur dan buah-buahan.
Asa dan rasa yang sangat penting dan strategis dari masyarakat Segeram adalah mewujudkan suatu lembaga pendidikan yang berbasis pesantren di Segeram. Dari berbagai aspirasi yang diserap oleh tim peniliti, masyarakat Segeram sangat berharap SMP satu atap yang ada dapat dilengkapi dengan asrama sehingga sekolah ini dapat dikembangkan menjadi pesantren.
Dengan dikembangkan menjadi berbasis pesantren, maka SMP satu atap Segeram dapat mengembangkan keahlian atau kecakapan hidup siswa lebih khusus seperti keahlian dalam halafan Al-Quran (Tahfiz) dan kecakapan hidup dalam mengolah bahan baku udang dan gongong menjadi berbagai jenis olahan yang halal, berkah dan berkualitas.
Dengan demikian, keterbatasan akan murid akan dapat terjawab. Karena masyarakat atau peserta didik dai Seluan, Selaut, Sedanau Batubi dan Kelarik Bunguran Utara akan bersekolah di Segeram, karena sekolah di Segeram terdapat program unggul dan spesifik.
Suatu asa dan rasa yang sangat gemilang tentunya, jika hal ini dapat terwujud. Karena dengan ada pendidikan umum berbasis pesantren di Segeram, selain akan menghasilkan lulusan berkualitas sesuai harapan masyarakat dan pemerintah, maka kehadiran sekolah berbasis pesantren akan ikut melahirkan perubahan lain seperti penambahan penduduk, kedatangan orang, kebutuhan sandang dan pangan, yang pada akhir menghidupkan semua sektor kehidupan di masyarakat Segeram.
Dengan demikian Segeram akan kembali menjadi induk perubahan peradaban di Natuna. (Bersambung…..).
- KAMPUNG SEGERAM DALAM ARUS SEJARAH NATUNA
- (Meneroka Asa dan Rasa Masyarakat Segeram)
- Oleh : Umar Natuna dan Nikmat Sabli *