SEGERAM DALAM ARUS SEJARAH NATUNA
PERADABAN Melayu awal sebagaimana dikemukakan Wirtheim terdapat tiga pokok sistem kemasyarakatan. Pertama, adanya pusat bandar sebagai negara kota pesisir Nusantara dengan kegiatan perdagangan. Kedua, pedalaman bandar pesisir yang mengusahakan kegiatan tanaman perdagangan seperti lada hitam dan padi huma. Dan ketiga, perkampungan petani, yaitu daerah sawah padi tempat terdapatnya pusat pemerintahan beraja seperti keraton di jawa. (Azis Darmawan, Hlm 5-6).
Jika sejarah dan perkembangan peradaban Melayu-melayu tersebut dikaitkan dengan Kampung Segeram, maka tentu saja Segeram memiliki arus sejarah yang kuat dalam sejarah Natuna khususnya dan Asia Tenggara umum. Segeram menjadi jejak awal sejarah perkembangan Natuna. Yakni dimana Segeram sebagai pusat pemerintahan, perdagangan, pendidikan dan keagamaan, maka tentu tidak salah jika kemudian kita katakan Segeram adalah Bandar Melayu di Natuna. Karena di Segeram lah awal mula cerita dan catatan tentang kegiatan pemerintahan, literasi (pendidikan), islamisasi dan kehhidupan yang beradab. Dari Segeram lah baru muncul kemudian Binjai, Penibung, Mahligai, Kelarik, Sedanau dan lainnya.

Sebagai Bandar Melayu Natuna, Segeram adalah pusat remaian (pelabuhan) sebagai media perdagangan, intraksi dengan berbagai kalangan ada dari Campa, Syiam, Fatani, dan bahkan Cina tentunya. Selain itu, Segeram terdapat pusat pemerintahan di tepi Sungai Segeram ada benteng pertahanan, ada rumah-rumah besar tempat pertemuan para tetamu, pemakaman dan berbagai peninggalan lain, yakni peralatan perang seperti keris, meriam (pelurunya) serta perkakas rumah tangga dalam hal ini keramik.
Bukti bahwa Natuna masa itu dikenal Segeram, atau Srindit berada dalam jaringan perniagaan maritim dunia dapat dibuktikan melalui temuan keramik dan sejumlah artefak lainnya. Yakni keramik dari Cina dari Dinasti Song dan Yuan yang memiliki kesamaan dengan keramik di Barus, Samudera Pasai, Muara Jambi dan Palembang, sekitar abad 11-12, kemudian ditemukan lagi keramik abad 13-14 dan memasuki abad 15-16 jumlahnya menurun, dan kembali naik pada abad 18-19 sampai abad 20.

Segeram sebagai arus utama sejarah dan peradaban di Natuna memang tidak bisa dipingkiri. Dalam perkembangan pemerintahan di Natuna, awalnya bermula di Segeram. Yakni ketika Kesultanan Johor mengirim putrinya bernama Engku Fatimah atau aja juga yang menyebut Dayang Ayesha dengan membawa Mahkota Kerajaan, maka kemudian menikah dengan Demang Megat yang kemudian bergelar Orang Kaya Dina Mahkota, Segeram kemudian menjadi pusat pemerintah pertama di Natuna, yang mandiri, dalam artian bukan bagian dari Kesulatan Johor.
Dari Segeram dan keturunan Engku Fatimah dan Demang Megatlah kemudian lahir para pemimpin di Natuna kedepan. Orang Kaya Jantung adalah anak dari Putra Demang Megat dan Engku Fatimah kemudian Orang Kaya Jantung memiliki anak yakni orang Kaya Aling. Dari keturunan inilah kemudian melahirkan para pemimpin pemerintah di Natuna, ada Wan Rawa. Wan Rawa Kemudian memliki keturuan bernama Wan Pasak dan Wan Teras.

Oleh Rawa, Wan Pasak diberikan kekuasaan untuk memimpin Pulau Bunguran bagian Barat dengan gelar Datuk Kaya Pasak, sedangkan Bunguran Timur di pimpin oleh abangnya Wan Teras, dengan gelar Datuk Kaya Teras. Wan Teras selanjutnya memindahkan pusat pemerintahannya dari Kampung Mahligai Sungai Ulu ke kampung yang baru, yaitu di tepian Sungai Ranai.
Dari silsilah tersebut terus sambung menyambung dan menyebar di berbagai wilayah dan penjuru di Natuna. Dalam catatan Wan Tarhusein dalam bukunya, Gelar Datuk Kaya Tokong, hlm 115-120, bahwa dari Silsilah Datuk Kaya di Pulau Bunguran, yakni; Wan Muhammad Senibung 1848 (Orang Kaya Dina Mahkota) yakni Wan Rawa, Wan Pasak, Wan Teras, Wan Hoen, Wan Koeta, Wan Ahmad, Wan Hoesein, Wan Muhammad Isa, Wan Muhammad Benteng, Wan Muhammad Ismail dan Wan Muhamad Rasyid dan seterusnya sampa kepada Wan H. Suhardi.
Selain itu masih menurut Wan Tarhusien ada silsilah Datuk Kaya di wilayah Serasan yaitu: Datuk Kaya Tenggo; Van Treanggano (1740-1790) DatukKaya Basir Bn Haji Rajab (1790-1830) Datuk Kaya Yahya Datuk Kaya Muhammad Taher. Kemudian ada silsilah Datuk Kaya Pulau Laut, yaitu: Datuk Kaya Bidin Datuk Kaya Mahmoed Datuk Kaya Yahya Datuk Datuk Kaya Moehammad Taib Datuk Kaya Muhammad Doen Datuk Moehammad Isa.

Demikian untuk menyebut beberapa contoh arus sejarah yang bermula dari Segeram. Data dan fakta terkait Segeram sebagai pusat pemerintahan dengan berbagai jekak keturunan dan penyebaran di wilayah Natuna, maka sudah tentu Segeram menjadi arus sejarah perubahan dan peradaban di Natuna.
Sedangkan dalam konteks perubahan peradaban dari tempat ketempat sudah sangat jelas sekali alur sejarahnya. Yakni pusat perubahan dan peradaban pertama bermula dari Segeram, kemudian baru pindah dan berkembang ke Binjai dan seterus ke Mahligai. Rangkaian perubahan tempat atau wilayah tersebut menunjukan kepada kita Segeram bukan sekedar kampung biasa, melaikan ia merupakan Induk Kampung di Natuna. Dari Segeram lah, kemudian baru lahir kampung atau peradaban di tempat lain sampai yang kita alami sekarang ini.
PENUTUP
Bahwa berbagai ironi atau label yang melekat bagi Kampung Segeram; terisolir, terbelakang, kampung kutukan sejarah, kampung ditinggalkan orang, orang-orangnya sulit berubah dan maju barangkali karena kita belum mampu menghadirkan nilai-nilai sejarah Kampung Segeram dalam pola pikir masyarakat Segeram itu sendiri.
Sebagai orang luar Segeram dipandang hanyalah suatu tempat yang jauh dijangkau dan tidak menjanjikan kehidupan. Karenanya, banyak para Aparatur Sipil Negara (ASN) yang bertugas di Segeram tidak merasa betah, karena cara pandangnya terhadap Segeram tidak sejalan dengan apa yang ada dalam sejarah masa lalu Segeram.

Yakni Segeram sebagai kampung induk, pusat peradaban pertama di Natuna yang kemudian melahirkan peradaban dan perubahan di berbagai wilayah dan penjuru khususnya di Natuna, maka tentunya kita melihat Segeram sebagai sebuah cahaya dalam kegelapan.
Karenanya harus ada upaya mengembalikan Segeram kepada titik awal sejarah peradaban di Natuna. Dengan meletakkan Segeram sebagai arus utama perubahan peradaban di Natuna, maka kita tentu akan melihat Segeram dari perspektif yang positif, bahkan penuh energi untuk menjadi inspirasi bagi percepatan berbagai perubahan dan peradaban baru di Natuna kedepan.

Sebab tidak ada kemajuan suatu kaum, bangsa dan daerah yang tidak dimulai dengan mengambil inspirasi dari jejak rekam masa lalu. Masa lalu adalah cermin untuk mendesain masa depan. Tanpa cermin awal, tentu akan sulit kita meletakan nalar sejarah masa yang akan datang.
Untuk itu adalah tugas kita bersama, terutama Pemerintah Kabupaten Natuna dan DPRDnya untuk mengembalikan sejarah awal tersebut sebagai modal sosial untuk percepatan perubahan peradaban baru di Natuna. Sudah saatnya sebelum terlambat berbagai khasanah dan peninggalan sejarah yang ada di Segeram didata dan diverifikasi agar ia bernilai sejarah dan nilai moral.
Jejak sejarahnya harus digali dan direkam dalam peta sejarah perkembangan kedepan. Tanpa itu, kita akan kehilangan aset sejarah dan jadidiri sebagai masyarakat Natuna. Wallahualam bisyawab. (Selesai).
KAMPUNG SEGERAM DALAM ARUS SEJARAH NATUNA
(Meneroka Asa dan Rasa Masyarakat Segeram)
Oleh : Umar Natuna dan Nikmat Sabli *