Sinopsis
Alif Fikri (Arbani Tasiz) tidak pernah ingin bersaing dengan Randai (Teuku Rassya), sahabat satu kampungnya. Namun, entah mengapa Randai selalu menjadi bayang-bayang pencapaian Alif, baik dalam pendidikan maupun kisah cintanya. Alif berhasil kuliah di UNPAD, namun Randai berhasil masuk ITB lebih dulu, sebagaimana yang dicita-citakan Alif sebelumnya.
Alif jatuh hati pada Raisa (Amanda Rawles) yang satu kampus dengannya, namun ternyata Randai jatuh hati juga kepada Raisa dan selalu berusaha mengambil hati Raisa. Beban hidup semakin berat setelah ayah Alif meninggal dunia, dimana alif harus berjuang agar bisa terus kuliah, sementara Randai terus melaju lewat prestasinya. Alif benar-benar diuji kesabarannya untuk mempertahankan pendidikan dan cintanya juga menyelesaikan kuliahnya.
Lekat dengan budaya Minangkabau, film ini mengkisahkan tokoh Alif yang merantau dari kampong halaman demi melanjutkan studinya. Adapun Alif merupakan seorang pemuda Minang yang dibesarkan di pondok pesantren sebagai seorang santri. Perjuangan Alif menuntut ilmu didorong oleh semangat meniru idolanya yakni bapak B.J Habibie yang berkesempatan untuk menuntut ilmu di negeri asing yakni Jerman.
Pada film sebelumnya, digambarkan Alif yang dipondokkan sesuai dengan keinginan sang ibunda. Kini Alif yang sudah dewasa (diperankan oleh Arbani Yasiz) melanjutkan studinya ke perguruan tinggi. Alif dewasa berjuang untuk dapat masuk ke perguruan tinggi meski sempat diragukan lantaran tak punya ijazah SMA. Kegigihan Alif semakin terlihat ketika ditengah banyak yang meragukannya, ia tetap berpegang teguh mengejar mimpinya.
Tak tanggung-tanggung, Alif juga berjuang untuk bisa menuntut ilmu di negeri orang. Layaknya sebuah lautan penuh karang, perjuangan Alif bukan tanpa hambatan. Ia sempat mengalami putus asa ketika kehilangan orang terdekatnya di tengah studinya. Sehingga, pada suatu titik ia sempat terpuruk dan tak kuasa melanjutkan perjuangannya.
Alif sebagai seorang didikan santri tentu tidak mudah melepaskan mimpinya. Dengan berbekal mantra Man jadda wa jadda yang artinya “barangsiapa bersungguh-sungguh maka ia akan berhasil” dan man shabara zhafara yang artinya “siapa yang bersabar akan beruntung,” Alif menata dirinya agar bisa mengejar impiannya bak sang idola.
Kelebihan dan Kekurangan Film Ranah 3 Warna
Film Ranah 3 Warna merupakan sekuel dari novel Negeri 5 Menara, Ranah 3 Warna, dan Rantau 1 Muara. Sebenarnya film ini merupakan konflik yang baru namun tetap ada flashback-flasback dari karakter yang lama. Kalau Negeri 5 Menara focus pada Alif yang masih di pesantren. Kalau di film Ranah 3 Warna fokus pada Alif yang sudah merasakan pahitnya kehidupan. Film ini sendiri mengandung unsur religi, namun unsur religinya sendiri tidak difokuskan atau menjurui penonton namun hanya sekedar lewat saja.
Alur ceritanya menarik karena banyak konflik dan tidak membosankan. Mungkin karena pada dasarnya film ini diadaptasi dari novel, jadi plot-plot ceritanya mengikuti dari novel tersebut. Permasalahan pada film ini yang terasa kurang memuaskan yaitu pada soundnya. Banyak sekali karakter di film ini ketika pemeran berbicara suaranya seperti tempelan atau di dubbing sehingga terdengar aneh.
Kemudian, scene dari adegan satu ke adegan yang lain soundnya terdengar agak berbeda yaitu sound yang satu seperti di filter dan yang satu tidak. Selain itu, sound-sound yang sama di film ini seringkali dimunculkan. Pemeran yang seharusnya sedih secara natural malah dipaksa sedih karena penempatan music yang tidak tepat.
Dalam film ini juga adegan yang harusnya jadul tetapi tidak terlihat jadul namun malah terlihat modern. Perpindahan scene-scene pada film ini juga terasa selalu tiba-tiba. Alur dalam film ini terasa agak cepat sehingga terkesan buru-buru padahal durasi film ini sangat panjang sekitar dua setengah jam, mungkin karena banyak sekali yang akan diceritakan jadi harus terburu-buru scenenya.
Film ini juga banyak mengandung unsur yang “tidak masuk akal”, karena kita sebagai penonton tentu merasakan seolah-olah yang terdapat dalam film tersebut nyata. Jadinya kita berimajinasi bahwa yang terjadi dalam film tersebut nyata.
Salah satu contohnya pada saat anak-anak yang jadi perwakilan pertukaran pelajar dari Indonesia ingin pergi ke kanada mereka mandapatkan berita, diamana cuaca disitu kurang baik jadi tidak bisa melanjutkan perjalanan ke kanada terpaksa pesawat yang mereka tumpangi harus divert ke negara lain tapi kenapa negara yang dituju itu malah negara konflik, yaitu negara muslim yang lagi berperang saat itu (Yordania).
Padahal Alif sering sekali menulis cerita-cerita tentang negara konflik tersebut. Kenapa pilotnya milih untuk divert ke negara tersebut, bukankah itu membahayakan mereka.
Drama romantis di film ini tidak begitu lebay dan cringe, dimana pemeran utamanya tidak selalu dapat apa yang dia mau jadi ada persaingan. Selain itu ada banyak adegan yang tiba-tiba terjadi begitu saja sanpa adanya kronologi atau permulaan yang jelas sehingga penonton bingung dengan alurnya.
Contohnya dimana pada saat si Alif Fikri sedang berteduh menuju kosannya tapi tiba-tiba dia menemukan mushalla dan tiba-tiba dia jadi guru ngaji di mushalla itu.
Dalam film ini tidak hanya berisi tentang kesabaran dan berusaha namun terdapat komedi yang mampu membuat perasaan penonton bercampur aduk yaitu tidak hanya sedih yang dirasakan namun juga senang dan bisa membawakan tawa akan komedinya sehingga tidak membosankan.
Acting para pemainnya bagus, performa pemeran utama di film ini bagus sekali apalagi disaat ia menggunakan empat bahasa. Cinematograpynya enak dilihat serta pemandangan yang diambil di setiap negara juga bagus.
Film ini mampu membawa nilai-nilai kebudayaan, religi, kekeluargaan yang tidak terlalu berlebihan dan dirasa pas dan sesuai. Penonton pasti akan merasa relate akan film ini, karena film ini benar-benar menggambarkan kehidupan nyata. Pesan moral yang bisa diambil dari film ini yaitu perjuangan, kesabaran, menghadapi ujian dalam hidup, karir, pertemanan, hingga percintaan. (*).
Biodata Penulis
- Nama : Fermawati
- NIM : 2003010036
- Prodi : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
- Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
- Universitas Maritim Raja Ali Haji