Kritik sastra sangat penting untuk dikenalkan seperti karya sastra dan penulisnya kepada para pembaca. Kritik sastra yaitu salah satu cabang ilmu sastra untuk menghakimi suatu karya sastra dimana kritik sastra juga mempunyai fungsi untuk mengkaji dan menafsirkan karya sastra secara lebih luas.
Kritik sastra merupakan salah satu cara untuk menilai sebuah sastra sebagai karya seni yang tujuannya adalah untuk mengkaji dan juga memberikan sebuah masukan dan saran atas sebuah sastra yang dibuat. Kritik sastra ini biasanya dihasilkan oleh kritikus sastra. Sebuah kritik sastra yang baik harus menyertakan alasan-alasan dan bukti-bukti baik langsung maupun tidak langsung dalam penilaiannya.
Istilah dan pengertian kritik sastra baru muncul ketika para sastrawan Indonesia mendapat pendidikan dengan sistem Eropa pada awal abad ke-20. Sebelum itu, penilaian karya-karya sastra dalam bahasa daerah didasarkan pada kepercayaan, agama, dan mistik.
Kritik sastra merupakan penilaian kualitas suatu karya seseorang. Kritik sastra berasal dari bahasa Yunani yaitu Kritikos yang artinya hakim kesusastraan. Kritik sastra merupakan studi sastra yang secara langsung berhadapan dengan karya sastra dengan fokus utama penilaian.
Kritik sastra mulai mendapat perhatian di Indonesia setelah terbitnya kumpulan karangan “Kesusastraan Indonesia Modern dalam Kritik dan Essay“ Karya H.B Jassin. Ada beberapa tokoh-tokoh kritik sastra di Indonesia dalam pengembangannya adalah :
- A . Teeuw
- B Jassin
- Boen Oemaryati
- Goenawan Moehammad
- Sapardi Djoko Damono
- Sitor Situmorang
Seseorang dapat membuat kritik sastra yang baik apabila dia betul-betul menaruh minat, perhatian, kepekaan yang terlatih, dan pemahaman yang tinggi pada karya sastra melalui pengalaman manusiawinya.
Ada juga pengaruh konsep kritik sastra adalah karya sastra yang memiliki sifat imajinatif atau merupakan sebuah fiksi, apabila akan dilakukan kritik terhadapnya, harus juga memahami karakter serta konvensi-konvensi yang berlaku terhadapnya dan pada zamannya.
Fungsi kritik sastra akan dapat berfungsi dengan baik apabila kritik sastra tidak hanya karena tanggung jawab pengeritik tetapi juga tanggung jawab para sastrawan, dan tanggung jawab mereka yang memanfaatkan ktirik sastra itu sendiri.
Pendekatan dalam kritik sastra dapat dipahami sebagai sudut pandang pilihan yang telah di putuskan untuk di pijak ketika proses analisis dilakukan. Dalam tindakan ktirik sastra, pijakan yang dapat dipilih menurut pendapat Abrams (1976:6) terbagi atas 4 macam sudut pandang. Menurutnya dalam kegiatan analisis karya sastra, termasuk pada kritik sastra mengacu dari empat elemen yang juga dianggap dapat ditemukan di dalam karya sastra, yaitu :
- Karya sastra sebagai produk seni
- Pengarang yang memproduksi karya sastra
- Tiruan dari dunia luar karya sastra
- Penikmat karya sastra
Seperti diungkapkan oleh Harjana (1991:6) bahwa kritik sastra baru di kenal setelah para sastrawan Indonesia yang memperoleh pendidikan menurut sistem Eropa. Hal ini menunjukkan bahwa kritik sastra bukan merupakan tradisi untuk kehidupan sastra di Indonesia. Sebelum itu penilaian atas karya sastra hanya terbatas pada karya sastra yang diterbitkan dalam bahasa daerah. Karya-karya tersebut dihubungkan dengan kepercayaan, agama, dan mistik.
Kritik sastra dan sejarah sastra benar hubungan yang ketat maka tak telah tersedia kritik sastra tanpa sejarah sastra. Akan tetapi, keduanya benar wilayahnya sendiri dalam lingkungan kehidupan sastra dan benar perbedaan. Sejarah sastra dan kritik sastra adalah kritik sastra yang berpegang pada kebenaran akan menganalisa suatu karya sastra dengan melibatkan pemikiran dan sikap orang-orang dalam suatu zaman lahirnya suatu karya sastra.
Dalam kritik sastra Pradopo (1995:93) menyatakan bahwa kritik sastra membantu perkembangan kesusastraan suatu bangsa dengan menjelaskan karya sastra mengenai baik buruknya karya sastra dan menunjukkan daerah-daerah jangkauan persoalan karya sastra. Dengan demikian, para sastrawan dapat mengambil manfaat dari kritik sastra, maka mereka dapat memperkembangkan penulisan karya-karya sastra mereka yang kemudian mengakibatkan perkembangan kesusastraan.
Kritik sastra tidak hanya berfokus pada tataran ontologism atau epistemologis sebuah karya sastra. Kritik sastra merupakan bidang kajian yang kompleks karena juga mengandaikan tataran aksiologis karya sastra. Oleh karena itu, merujuk pada Esten (1987:13) kritik sastra tidak hanya meliputi apa dan bagaimana sebuah karya sastra, tetapi juga mengapa sebuah karya sastra tersebut diciptakan. Agar kompleksitas kritik sastra tersebut dapat dicapai, seorang kritikus sastra harus memahami aspek-aspek yang terdapat dalam kritik sastra.
Karya sastra memiliki struktur yang kompleks. Kompleksitas struktur tersebut menempatkan karya sastra menjadi suatu teks yang rumit, baik secara pemikiran atau ide, struktur, ataupun penggunaan bahasa. Oleh karena itu, untuk mendapatkan pemahaman yang baik dan mendalam mengenai karya sastra, perlu dilakukan analisis sehingga sebuah karya sastra dapat diungkap keberadaannya sebagai sebuah teks yang sistematis dan bermakna. (*).
Biodata Diri
- Nama : Susanti Kabela
- Nim : 2003010044
- Kelas : M-01 PBSI
- Prodi : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
- FakultasKeguruan dan Ilmu Pendidikan
- Universitas Maritim Raja Ali Haji