Kritik Sastra Diskriminasi pada Wanita dalam Novel Cantik Itu Luka

Terbit: oleh -55 Dilihat
Rizky Nurul Suhendra

Buku Cantik Itu Luka ialah suatu karya yang ditulis oleh Eka Kurniawan. Buku tersebut pernah mendapatkan suatu penghargaan Prince Claus Award 2018. Novel Cantik Itu Luka berada di jajaran best seller dikarenakan buku tersebut telah mencuri perhatian hingga internasional dan bahkan telah diterjemahkan berbagai bahasa. Pada isi buku itu mengisahkan sejarah Indonesia pada masa kolonial hingga pra kemerdekaan.

Dalam kehidupan sehari-hari perempuan menjadi topik diskusi yang menarik dan bahkan tiada habisnya. Salah satu buku yang menceritakan sikap dan sifat perempuan itu ialah novel yang berjudul Cantik Itu Luka yang ditulis oleh Eka Kurniawan.

Novel ini menceritakan bagaimana kehidupan para wanita Indonesia disaat penjajahan Belanda dan Jepang. Tokoh cerita tersebut menggambarkan situasi pada saat itu wanita yang bekerja sebagai “pemuas nafsu pria”.

Mereka ditahan oleh tentara penjajah lalu “bersetubuh” setelah tentara kolonial tersebut pulang dari berperang. Beberapa tokoh perempuan menjadikan kebiasaan tersebut menjadi suatu pekerjaan mereka dikarenakan bisa menghasilkan uang yang banyak.

Diskriminasi pada Novel Cantik Itu Luka diawali pada masa kolonial Belanda hingga masa penjajahan Jepang. Perbedaan yang terjadi di masa itu ialah, pada masa Belanda para kaum wanita dipaksa untuk menjadi “gundik” mereka.

Akan tetapi para wanita sangat diberi perlakuan yang baik. Berbeda dengan masa penjajahan Jepang, para kaum wanita dipaksa untuk menjadi “pemuas nafsu”  mereka dan diberikan perlakuan buruk seperti kekerasan, diperkosa dan lain-lain jika apa yang mereka minta tidak dikabuli.

Pada tokoh yang bernama Dewi Ayu mendapatkan perlakuan tidak menyenangkan oleh seorang komandan disaat penyekapan. Ia siap mengganti si Ola untuk bercinta dengan komandan asalkan gantinya ialah, komandan mau memanggilkan dokter untuk Ibunya Ola. Sayangnya setelah dokter dipanggil, nyawa ibu nya Ola tidak bisa diselamatkan.

Kekerasan pada wanita juga terjadi pada Alamanda anak pertama Dewi Ayu. Hal itu dilakukan oleh sang sodancho dikarenakan ia tergila-gila dengan kecantikan Alamanda. Maka dari itu sang sodancho melakukan seksualitas pada Alamanda untuk membayar hawa nafsunya. Diskriminasi tersebut menyebabkan secara fisik dan nonfisik.

Diskriminasi juga terjadi pada anak keempat Dewi Ayu yaitu si Cantik. Hal menyakitkan ia terima dikarenakan dengan fisik yang sangat buruk rupa ia diolok-olokan dan dijauhi oleh masyarakat Pulau Halimunda. Diceritakan pada Novel Cantik Itu Luka, ia menerima perlakukan yang berbeda dengan kakak-kakak saudaranya yang lain di masa dalam kandungan.

Sejak dalam kondisi hamil, Dewi Ayu tidak menginginkan si Cantik lahir di dunia karena diperkirakan akan menghadirkan malapetakan. Berbagai cara ia lakukan untuk menggugurkan kandungan itu, tetapi selalu gagal. Akhirnya ia menyerah dan melahirkan si Cantik. Tetapi ia tidak ingin melihat bayi itu hingga ia meninggal.

Maka bisa kita petik bahwa diskriminasi yang terjadi pada cerita novel Cantik Itu Luka terbagi dalam dual hal.

Pertama, dilakukan oleh bangsa kolonial yang membedakan perlakuan dari Belanda dan Jepang terhadap kaum wanita pribumi. Belanda sangat memperlakukan dengan baik wanita pribumi sedangkan Jepang melakukan hal yang sebaliknya.

Kedua, diskriminasi yang diterima oleh tokoh Si Cantik ialah perlakuan yang tidak menyenangkan yang dilakukan oleh orang sekelilingnya dikarenakan ia berwajah buruk rupa. Bahkan diskriminasi ia terima dari Dewi Ayu sejak mengandung dirinya. (*).


Biodata Penulis

  • Nama : Rizky Nurul Suhendra
  • NIM : 2003010073
  • Prodi : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
  • Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
  • Universitas Maritim Raja Ali Haji

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *