Pudarnya Pengetahuan Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Pemersatu yang Baik dan Benar di Kalangan Remaja

Terbit: oleh -26 Dilihat
Rio Sahputra

Dahulu, Indonesia tidak memiliki bahasa resmi sebagai bahasa pemersatu bangsa. Hal ini menjadikan dan menjelaskan bahwasanya kemajemukan di Indonesia saat itu masih sangat sulit untuk diintegrasikan. Para cendekiawan saat itu mulai mencoba segala cara agar dapat melakukan asimilasi budaya sosial agar mendapatkan titik temu dalam kebahasaan.

Namun, proses tersebut dinilai kurang efektif dan efisien dikarenakan bahasa di setiap daerah yang memiliki tatanannya tersendiri. Hingga pada periode tahun 1920-1927, para cendekiawan memutuskan bahwasanya bahasa yang ideal yang dapat digunakan sebagai bahasa pemersatu bangsa Indonesia adalah bahasa Melayu.

Seiiring berjalannya waktu, pada tahun 1928 bahasa Melayu dikumandangkan sebagai bahasa pemersatu bangsa dan diganti nama menjadi bahasa Indonesia pada kongres yang kita kenal sebagai Kongres Sumpah Pemuda. Adanya hal tersebut menjadikan pemicu terjadinya persatuan/integrasi masyarakat Indonesia dari ujung Sabang hingga Merauke.

Dicetuskannya bahasa Melayu menjadi bahasa Indonesia yang merupakan bahasa nasional atau bahasa pemersatu bangsa, menjadikan bangsa Indonesia saat itu menjadi bangsa yang satu dan utuh. Sehingga dengan mudahnya bangsa Indonesia memperjuangkan kemerdekaan. Adapun perjuangan itu berupa komunikasi yang baik, hal ini dapat ditemukan dalam komunikasi perang, pembelajaran, dan kehidupan sehari-hari.

Namun dengan seiring berjalannya waktu, penggunaan bahasa Indonesia di Indonesia mulai terlihat mengalami kemerosotan. Adapun indikator penggunaan bahasa Indonesia yang mengalami kemerosotan itu dapat dilihat dari penggunaan bahasa Indonesia yang baik ketika berkomunikasi antar sesama. Ditambah juga bahasa Indonesia mengalami proses pencampuran dan pembauran dengan bahasa asing.

Banyak remaja yang baru secuil mempelajari bahasa asing sudah mulai menjauhkan diri dari bahasa utamanya. Secara sederhana, memang menggunakan bahasa asing itu diperlukan, walau begitu tidak menutup kemungkinan bahwasanya bahasa Indonesia dibiarkan begitu saja.

Mencampuradukkan bahasa Indonesia dengan bahasa asing dengan tatanan yang asal-asalan dinilai hanya dapat merusak bahasa itu sendiri. Alasan para remaja melakukan tersebut adalah karena hal sepele, yaitu ingin terlihat berpendidikan dan keren. Jauh di dalam hakikat bahasa itu sendiri, penggunaan bahasa bertujuan untuk berkomunikasi guna mencapai objektifitas tertentu.

Di sisi lain, menurunnya penggunaan bahasa Indonesia yang baik di kalangan remaja adalah karena ketidakmampuan mereka dalam memahami bahasa Indonesia itu sendiri. Menurut mereka, bahasa Indonesia masih terkesan kaku, terikat, dan sulit untuk dipahami. Hal sepele lain menurut para remaja adalah bahwasanya bahasa Indonesia dinilai “kampungan” dan ketinggalan zaman.

Adanya perkembangan teknologi informasi juga berperan penting. Banyak informasi komunikasi yang tersebar di media maya justru menjadi bumerang bagi para penutur bahasa Indonesia, khususnya para remaja. Kebebasan mengakses jaringan internet justru membuat mereka semakin menjadi-jadi dalam mengintegrasikan beragam bahasa.

Dengan demikian, perlunya edukasi secara khusus dan mendalam, serta menanam cinta bahasa Indonesia kepada para remaja sangat diperlukan sehingga mereka dapat memahami bahwasanya bahasa Indonesia adalah bahasa yang harusnya mereka gunakan. (*).


Biodata Penulis

  • Nama : Rio Sahputra
  • NIM : 2003010046
  • Prodi : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
  • Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
  • Universitas Maritim Raja Ali Haji

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *